04/05/2024

Jadikan yang Terdepan

Gaung Moderasi Beragama Semakin Nyaring, Bukan Solusi Tapi Ambisi

Oleh Ine Wulansari

Pendidik Generasi

Gaung moderasi beragama kian nyaring terdengar. Terlebih setelah diterbitkannya Perpres Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Dalam Perpres tersebut Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai ketua pelaksana Sekretariat Bersama Moderasi Beragama yang bertugas untuk mengkoordinasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan penguatan moderasi beragama di tingkat kementerian atau lembaga, pemerintah daerah provinsi, dan kabupaten/kota.

Dalam Perpres yang ditandatangani tanggal 25 September 2023 ini, tugas utama Menag adalah memperkuat moderasi agama. Hal tersebut ditekankan pada cara pandang dan praktik beragama secara moderat, dengan maksud memantapkan persaudaraan dan kebersamaan umat beragama. (tirto.id, 30 September 2023)

Racun Moderasi Beragama Persaudaraan dan kebersamaan antar umat beragama sudah sepatutnya kita jaga. Namun jika harus dengan moderasi beragama rasanya keliru, sebab hal tersebut membuat kebingungan umat dan yang pasti arahnya mendiskreditkan Islam.

Bagaimana tidak, moderasi beragama sering kali disandingkan dengan isu radikal, intoleran, dan lainnya. Hal ini bisa membuat sebagian kalangan begitu mudah menuding orang lain yang tidak sepaham dengan berbagai isu-isu negatif tersebut, padahal, terkadang hanya masalah cabang dan perbedaan biasa.

Seperti mengucapkan hari raya kepada agama lain sering kali dibenturkan dengan Islam, sehingga jika tidak mengucapkan maka dianggap intoleran. Parahnya, moderasi beragama ini kerap kali kebablasan. Misalnya, dalam tes wawasan kebangsaan suatu lembaga, salah satu peserta diminta untuk melepas kerudung. Jika tidak mau, maka dianggap intoleran.

Dengan demikian, toleransi yang diusung moderasi beragama ini justru di luar nalar. Bagaimana mungkin hal tersebut bisa membuat kerukunan dan keharmonisan, jika pemahaman terkait toleransi saja salah kaprah. Pemerintah seolah tak ada kapoknya, bertahun-tahun arus moderasi beragama semakin deras.

Istilah ini dianggap sebagai jurus ampuh dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Padahal banyak hal yang lebih urgen, lebih penting, lebih mendesak bagi negara terutama Kemenag ketimbang mempropagandakan moderasi beragama.

Persoalan kemiskinan, gap yang besar antara the poor dan the rich, stunting, kerusakan generasi, dan lainnya harus segera diselesaikan. Masalah-masalah yang membelit bangsa ini baik yang berkaitan dengan sosial budaya, harus segera diatasi. Jangan sampai, racun moderasi beragama justru memecah belah dengan berbagai alasan yang pada akhirnya menyudutkan Islam.

Moderasi Beragama Memusuhi Islam

Moderasi beragama yang kembali diangkat sesungguhnya mempunyai kebahayaan yang besar. Setidaknya ada empat kebahayaan yang harus senantiasa diwaspadai. Pertama, mengerdilkan semangat juang Islam dan berjihad menegakkan kebenaran. Kedua, menggerus aqidah dan ketaatan umat Islam terhadap agamanya. Ketiga, membentuk kembali budaya-budaya sinkretisme masyarakat. Keempat, menyebarkan paham-paham sesat dan menyesatkan yaitu pluralisme, liberalisme, dan sekularisme.

Istilah moderasi beragama tidak muncul begitu saja. Hal ini lahir dari pandangan keagamaan yang sesuai dengan kacamata sekuler yang dibuat oleh Barat. Tentu saja maksud dan tujuannya untuk melawan umat Islam yang ingin menjalankan agamanya secara totalitas.

Menurut mereka orang-orang seperti ini diberi gelar radikal. Dengan cap negatif tersebut, akan membuat sebagian umat Islam khawatir dan takut jika menjalankan agamanya sesuai dengan perintah Allah. Hal inilah yang sejatinya diinginkan oleh Barat sebagai sebuah proyek besar sekulerisasi yaitu menjauhkan agama Islam dari pengaturan kehidupan sehari-hari kaum muslim.

Barat paham betul bahwa umat Islam yang memegang teguh ajarannya bisa membahayakan posisi mereka, hingga Barat perlu mengharuskan moderasi beragama ke seluruh dunia Islam.

Sebagaimana diketahui bahwa cengkeraman Kapitalisme telah menguasai kekayaan alam negeri-negeri muslim. Oleh karena itu, dengan menderaskan moderasi beragama keberadaan mereka akan semakin kokoh.

Islam Solusi Tuntas Problematika Kehidupan

Berbagai macam problematika kehidupan terus-menerus dirasakan masyarakat. Pada hakikatnya permasalahan bukan sekadar kerukunan hidup, lebih dari itu banyak hal yang harus diselesaikan segera. Masyarakat butuh kesejahteraan yang dijamin sepenuhnya oleh negara.

Jika kondisi tersebut tidak diatasi maka kemiskinan, stunting, kekerasan, dan sebagainya akan terus membelit rakyat. Dengan menderaskan moderasi beragama, bukan solusi yang didapatkan rakyat namun hanya ambisi menyukseskan agenda global.

Masyarakat membutuhkan penyelesaian menyeluruh bagi persoalan kehidupan mereka yang tidak lain dengan menerapkan aturan Islam di seluruh sendi kehidupan. Menjadi janji Allah dengan menerapkan Islam akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Pintu-pintu keberkahan akan turun dari langit dan bumi.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-‘Araf : 96)

Ayat di atas sangat jelas dan memberi isyarat kepada umat Islam bahwa mereka mempunyai kewajiban mengikuti dan menerapkan seluruh aturan yang berasal dari Allah Ta’ala. Dengan tunduk dan patuh secara sempurna yang terwujud dalam penerapannya oleh negara, keberkahan akan tercurah dari langit dan bumi. Kesejahteraan hidup pun akan dirasakan oleh seluruh umat manusia.

Dengan demikian semakin jelas bahwa moderasi beragama hakekatnya sekulerisasi Islam yang menjauhkan umat dari mengambil Islam sebagai solusi bagi persoalan kehidupan. Padahal Islam merupakan sistem kehidupan yang mengatur semua aspek kehidupan termasuk urusan ekonomi, politik, sosial, peradilan dan pertahanan.

Oleh karena itu, dengan menerapkan Islam secara totalitas oleh intitusi negara akan mampu menjamin kesejahteraan, menghasilkan generasi unggul, dan seluruh persoalan yang mendera akan terselesaikan hingga tuntas. Wallahua’lam bish shawab.