07/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Penyandang disabilitas tidak menahannya untuk sukses kembangkan koperasi

Surabaya, Kabargress.com – Selain membuka jasa pijat, Karjono juga aktif dalam kegiatan koperasi. Bahkan, penyandang disabilitas tunanetra ini merupakan salah satu penggagas dan pendiri koperasi syariah rusunawa pertama di Kota Surabaya. Karena kegigihannya itu, Karjono pun sukses mengembangkan koperasi dan memiliki anggota lebih dari 100 orang.

Saat ditemui di kediamannya di Rusunawa Siwalankerto Surabaya, Karjono menunjukkan “Koperasi Syariah Al-Muhajirin Siwalankerto Sejahtera” yang ada di lokasi rusun milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu. Ayah lima anak inipun dipercaya menjadi Ketua Harian di koperasi tersebut. Sedangkan Ketua Umumnya adalah Imam Besari yang juga Ketua Takmir Musala di rusunawa.

“Ini merupakan koperasi syariah yang pertama dan masih satu-satunya koperasi syariah di Rusunawa Surabaya,” kata Karjono saat ditemui di koperasi Rusunawa Siwalankerto Surabaya, Selasa (2/2/2020).

Karjono pun bercerita awal dibentuknya koperasi ini. Saat itu ia bersama Imam Besari ingin mendirikan koperasi di rusunawa. Dengan harapan, warga di rusunawa ekonominya lebih sejahtera bersama melalui adanya koperasi. “Dulu kami untuk merintisnya tahun 2017 ke 2018 itu hanya dua orang saja, saya dengan Pak Imam Besari. Kemudian baru (warga rusun) yang lain mulai ikut,” ungkap dia.

Meski demikian, Karjono mengakui, awal terbentuknya koperasi ini tidaklah mudah. Sebab, untuk mengajak warga agar mau bergabung menjadi anggota serta meyakinkan mereka untuk saling percaya bukanlah pekerjaan mudah. Namun, dengan ketekunan dan kegigihan Karjono, lambat laun warga di rusunawa satu persatu mulai bergabung menjadi anggota koperasi.

“Dulu awal simpanan wajib tiap bulan kami tetapkan Rp 10 ribu per orang. Nah, akhirnya ada 20 orang bergabung sehingga kemudian terkumpul uang Rp 200 ribu,” katanya.

Namun, karena syarat pembentukan badan hukum koperasi modal awalnya Rp 15 juta, sehingga Karjono bersama rekannya masih harus memikirkan hal tersebut. Dari dana Rp 200 ribu yang terkumpul itu, Karjono kemudian menulis surat kepada Wali Kota Surabaya untuk pengajuan bantuan Rp 20 juta. Dengan rincian Rp 15 juta sebagai modal awal dan Rp 5 juta sebagai biaya notaris untuk legalitas koperasi.

“Kami menyampaikan keinginan kami waktu itu kepada Ibu Risma. Ternyata Ibu Risma luar biasa, beliau langsung merespons keinginan kami untuk membentuk koperasi ini dan itu benar-benar dibuktikan, termasuk modal awal dari beliau dulu dibantu Rp 20 juta,” tutur Karjono.

Tepat di tanggal 30 Mei 2019, akhirnya “Koperasi Syariah Al-Muhajirin Siwalankerto Sejahtera” memiliki legalitas resmi. Dengan bantuan dana Rp 20 juta dari Pemkot Surabaya itu, Karjono gunakan sebagai modal awal pembentukan koperasi. “Alhamdulillah lagi ada notaris di Surabaya itu kami dibantu, dibebaskan biaya urus legalitasnya. Sehingga uang Rp 5 juta yang rencana digunakan untuk biaya notaris itu utuh, kita putar untuk modal (Toko Kelontong),” ujarnya.

Dalam manajemen pengelolaan koperasi, Karjono mengaku, selama ini pihaknya juga didampingi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkopum) Surabaya. Setiap dua pekan sekali, tim dari Dinkopum datang untuk memberikan pendampingan. Seperti membantu terkait pembukuan koperasi hingga stok barang.

“Kami didampingi setiap dua minggu sekali tim dari sana (Dinkopum) ke sini. Termasuk saat mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang pertama di bulan November 2020 kemarin kami juga diarahkan. Karena badan hukum kami di tahun 2019, sedangkan awal 2020 masa pandemi sehingga RAT-nya diundur bulan November 2020,” terangnya.

Seiring berjalannya waktu, koperasi yang digagas Karjono bersama rekannya kini telah memiliki aset sekitar Rp 100 juta lebih, baik berupa uang cas maupun barang di Toko Kelontong. Bahkan, jumlah anggota di koperasi ini sekarang telah mencapai 130 orang. Mayoritas para anggota koperasi merupakan warga Rusunawa Siwalankerto.

“Ini kami lakukan karena kami ingin menjaga kestabilan usaha. Karena misi kami adalah mempersatukan. Kami punya prinsip sapu lidi, bagaimana agar sapu lidi kecil-kecil itu disatukan sehingga menjadi satu kekuatan ekonomi,” imbuhnya.

Karjono hanya berharap, ke depan rusunawa dapat menjadi konsep one spot center. Dimana rusunawa tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tapi di situ juga ada kestabilan, serta ada pengendalian atau kerjasama dalam hal perekonomian.

“Kami berharap warga rusunawa lebih sejahtera. Mudah-mudahan nanti semua warga rusun bisa memiliki rumah sendiri-sendiri. Sehingga rusun ini bisa segera kami tinggalkan dan rusun ini bisa ditempati oleh warga Surabaya lainnya yang membutuhkan atau belum memiliki rumah,” papar dia.

Di waktu yang sama, Ketua RT 07 RW 06, Rusunawa Siwalankerto, Kelurahan Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo Surabaya, Tri Sugeng Purwidianto membenarkan, bahwa saat ini sudah banyak warga Rusunawa Siwalankerto yang menjadi anggota koperasi. “Sekarang lebih maju lagi. Artinya ada toko kelontongnya, anggotanya sudah bertambah sekitar 100-an lebih. Mereka adalah warga di dua Rusun Siwalankerto,” kata Sugeng sapaan lekatnya.

Pihaknya pun bersyukur adanya koperasi di rusunawa ini. Sebab, warga tak harus belanja jauh-jauh ke luar rusun karena di Toko Kelontong milik koperasi sudah mencukupi. “Saya selaku Ketua RT hanya membantu memfasilitasi. Dengan adanya koperasi itu saya berharap warga juga bisa dapat manfaatnya,” terang dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkopum) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro menyatakan terus melakukan pembinaan melalui pendampingan kepada pengurus koperasi yang ada di Kota Pahlawan. Misalnya dalam hal pembukuan, pengembangan usaha hingga pembinaan pengurus koperasi.

“Saat ini ada sekitar 800 koperasi dibawah binaan Dinkop yang tersebar di 31 kecamatan Surabaya. Mulai akhir tahun 2020 kemarin, di 31 kecamatan sudah terbentuk semua,” kata Widodo.

Widodo mengungkapkan, bahwa koperasi ini tak hanya dibentuk di lingkup perkampungan. Namun di rusunawa Surabaya juga terbentuk koperasi berupa Toko Kelontong. Di antaranya, Rusunawa Romokalisari, Tanah Merah, Penjaringan Sari, Sumbo hingga Siwalankerto.

“Harapannya memang dulu di masing-masing rusun ada koperasi toko kelontong. Saya harapkan tahun ini semua koperasi bisa beroperasi, semua jalan, supaya dapat membantu perputaran roda ekonomi di Surabaya,” pungkasnya. (ZAK)