MENJELANG bulan puasa ramadhan harga gula di pasaran terus merangkak naik. Kenaikan harga gula tentu sangat memembani belanja masyarakat golongan ekonomi bawah. Para ibu rumahtangga harus pandai-pandai mengatur belanjanya, dan terpaksa melakukan pengiritan (efiesensi) agar tidak mengganggu uang belanja yang cekak. Tetapi faktanya, naiknya harga gula sebagai salah satu bahan pokok ini telah menurunkan daya beli masyarakat.
Untuk mengatasi problem ini Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir. Moch. Samsul Arifien, MMA, dua pekan lalu di gedung Negara Grahadi, menegaskan Pemprov Jatim bakal melakukan operasi pasar, di beberapa titik. “Kami akan lakukan operasi pasar untuk antisipasi kenaikan harga gula,” kata Samsul Arifien, usai menghadap Gubernur Jatim Pakde Karwo, untuk membahas kebijakan pergulaan dan terjadinya kenaikan harga gula menjelang puasa ramadhan.
Operasi pasar yang dilakukan secara besar-besaran itu, dimaksudkan sebagai upaya menekan harga gula.Selain operasi pasar, langkah lain untuk mengatasi gejolak naiknya harga gula di pasaran yang telah memberatkan masyarakat, Dinas Perkebunan atas permintaan Pakde Karwo, juga lakukan koordinasi dengan berbagai pihak termasuk dengan PTPN X, PTPN XI, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI ), Asosiasi Pengusaha Gula Indonesia (APGI) beserta stakeholder lainnya.
Koordinasi tersebut mencari solusi terkait tingginya harga gula di Jatim. Pertemuan dengan para pihak tersebut telah disepakati bahwa Dirut PTPN X, Ir. Subiyono selaku Ketua Pengendali Gula Nasional di Jatim segera melakukan koordinasi terkait kondisi gula saat ini di Jatim. Dengan demikian terkait masalah pergulaan koordinasinya langsung ke Subiyono. “Dalam hal pergulaan koordinasinya langsung dengan Pak Subiyono,” tegas Samsul, seraya menambahkan yang pasti operasi pasar tersebut untuk memastikan bahwa kenaikan harga gula dapat ditekan seminim mungkin.
Produksi Gula 1,2 Juta Ton
Sebab, harga gula pasir di berbagai wilayah di Jatim mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dikutip dari Siskaperbapo, harga gula saat ini berkisar Rp15.500-Rp16.000 per kg. Kenaikan harga gula ini tak terkait dengan produksi. Sebab, realisasi produksi gula yang dirilis Dinas Perkebunan Jawa Timur pada musim giling tahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan dengan musim giling tahun 2014.
Data yang terekam dari 32 Pabrik Gula (PG) yang tersebar di seluruh provinsi Jawa Timur, termasuk lahan tanaman tebu dan dari total lahan seluas 201.972 hektar, produksi gula mampu mencapai 1.217.332 ton.
Produktivitas hablur tahun 2016 ungkap Samsul Arifien lebih baik, dari rata-rata 5,75 ton/ha pada tahun 2014, meningkat 6,03 ton/ha atau naik 4,87%. Begitu pula rata-rata rendemen tahun 2015 ini, jauh lebih baik dibanding rata-rata rendemen tahun 2014 sebesar 7,65. Capaian ini berarti teknologi budidaya tebu oleh para petani juga semakin berkembang lebih baik. Ini terbukti dengan nilai rendemen gula yang semakin tahun semakin bagus.
“Ada pabrik gula yang rendemen hariannya sudah mencapai 10 persen sampai 11 persen, kami berharap tahun 2016 rendemen tinggi ini juga terjadi di pabrik gula lainnya,” ujar Samsul Arifien, seraya menambahkan bahwa tahun 2015 rendemen tebu di Jawa Timur dari 31 pabrik gula, rata-rata mencapai 8,4%. Dengan nilai rendemen harian bervariasi antar pabrik gula.
Sejumlah pabrik masuk dalam kelompok 5 besar rendemen tertinggi. Paling besar, rata-rata rendemen tahunan pabrik dicapai Pabrik Gula Krebet Baru I sebesar 9,86%. Disusul Pabrik Gula Kebon Agung yang mencapai 8,84%. Selanjutnya Pabrik Gula Meritjan 8,69%; Pabrik Gula Wonolangan 8,65%; dan Pabrik Gula Asembagoes 8,62%.
Ditambahkannya, dengan produktifitas yang bagus dan nilai rendemen yang tinggi, pasti akan mempengaruhi nilai ekonomi yang didapat petani tebu. Didukung pula harga yang bagus, Harga Pokok Produksi (HPP) tahun 2015 sebesar Rp8.900 per kilogram, namun harga lelang gula mencapai Rp9.500 sampai Rp10.000 per kilogram. Hal ini juga diikuti dengan lancarnya distribusi penjualan gula ke luar Jawa Timur.
“Ini hasil upaya Gubernur Pakde Karwo memperjuangkan dalam mengupayakan alur distribusi perdagangan gula bisa kembali normal. Seperti melarang gula rafinasi dan impor masuk Jatim dan Indonesia Timur,” terang Samsul Arifien. (Adv/r)
More Stories
Ayo ke TPS! Pilkada Serentak, Rabu 27 November 2024
Rabu 27 November 2024, Ayo ke TPS!
Pansus Perdana Komisi A bersama PD Pasar Surya Dapati Jalan Buntu