Oleh: Anugrah Prasetyo
Komunitas Pejuang Kampoeng
Nasdem mengirim utusan ke Sekber PKB – Gerindra sebagai sinyal pressure ke PKS dan Demokrat.
Kunjungan Nasdem ke Sekber PKB – Gerindra ini bukan untuk koalisi atau penjajakan koalisi.
Tapi lebih kepada upaya Nasdem Menaikkan daya tawar di depan PKS dan Demokrat agar segera menentukan sikap soal pencapresan Anies.
Bagi Nasdem, elektabilitas Nasdem adalah pertimbangan utama. Bukan soal Anies atau soal partai koalisi.
Bagi Nasdem, elektabilitas partai adalah nomor 1. Anies, PKS dan Demokrat adalah nomor sekian. Selama tujuan utama Nasdem tidak tercapai, maka segala manuver akan dilakukan Nasdem.
Sedangkan bagi Gerindra, Prabowo capres adalah harga mati. Kalau Nasdem mau gabung pun, maka harus setuju dengan Prabowo capres.
Sedangkan bagi Nasdem, Anies capres bukan harga mati. Anies masih berpeluang ditinggalkan begitu saja bahkan PKS dan Demokrat juga berpeluang ditinggal oleh Nasdem apabila terus menerus deadlock.
Dalam konteks ini, posisi Gerindra dan PKB cenderung lebih aman. Mengingat koalisi mereka sudah cukup matang. Minimal lebih matang daripada koalisi Nasdem dengan PKS dan Demokrat.
Kunjungan Nasdem ke Sekber PKB dan Gerindra bertujuan memberikan tekanan terakhir kepada PKS dan Demokrat agar segera menentukan sikap.
Jika PKS dan Demokrat masih terus menerus tarik ulur soal pencapresan Anies. Maka Nasdem akan segera bersiap merapat ke kubu lain.
Posisi dilematis tetap ada di PKS dan Demokrat. Karena kedua partai ini sekali lagi tidak punya banyak pilihan di pilpres 2024.
Demokrat dan PKS tetap berada di koalisi Nasdem mengusung Anies, dengan catatan, Nasdem yang akan mendikte semua kebijakan di koalisi ini.
Atau PKS dan Demokrat menyeberang ke kubu Gerindra, dengan catatan yang sama. Gerindra dan Prabowo yang aman mendikte semua kebijakan di koalisi ini..
PKS dan Demokrat hanya punya dua pilihan itu. Tidak punya pilihan ketiga. Karena mereka berdua akan gagal membuat poros baru dengan partai apapun yang lain.
Karena saat ini, PKB sudah memberikan sinyal koalisi dengan Gerindra. Sedangkan PDIP dkk di istana juga telah memberikan sinyal blacklist kepada PKS dan Demokrat.
Sisa dari koalisi istana dan koalisi Gerindra-PKB adalah partai partai kecil yang sama sekali tidak punya daya tawar. PAN, PPP, justru lebih berpeluang berkoalisi dengan istana kembali.
Jika Nasdem akhirnya meninggalkan Anies karena syarat merapat ke Gerindra harus setuju Prabowo capres. Maka PKS dan Demokrat akan segera dalam kondisi kritis.
Anies pun tanpa Nasdem akan sulit nyapres. Demokrat dan PKS sama sekali tidak mampu mendorong Anies. Serba tidak punya kekuatan apapun.
Nasdem memahami bahwa mereka punya daya tawar yang tinggi, maka sejak awal Nasdem berani mencapreskan Anies sendirian.
Daya tawar Nasdem bukan di elektabilitas partai itu sendiri. Tapi daya tawar Nasdem adalah jaringan Surya Paloh yang luas ke istana dan luar istana.
Sedangkan PKS dan Demokrat adalah partai yang tidak memiliki modal apapun lagi saat ini. Baik modal massa, modal uang, modal media, modal jaringan elit dst.
Semua modal modal yang dibutuhkan itu justru ada di Nasdem, Gerindra, PKB, Golkar, dan tentunya PDIP sebagai penguasa.
Banyaknya manuver yang dilakukan Nasdem dikarenakan Nasdem paham, bahwa PKS dan Demokrat hanya sebagai partai pendorong mobil mogok. Baik mobil itu nanti punya Nasdem atau punya partai lain.
Nasdem juga sadar, mengejar ketertinggalan elektabilitas partai jauh lebih penting ketimbang mempertimbangkan Anies, PKS atau Demokrat. Surya Paloh bukan sosok amatir. dia termasuk senior yang lincah.
Apalagi di dalam hasil hasil survei, mencapreskan Anies banyak membawa keuntungan bagi PKS dan Demokrat. Lebih besar keuntungan untuk dua partai itu ketimbang efek positif bagi Nasdem sendiri.
Efek Ekor Jas Anies lebih besar ke PKS dan Demokrat ketimbang ke Nasdem itu sendiri apabila Nasdem berkolaborasi dengan PKS dan Demokrat.
Peta survei ini akan memberikan gambaran kepada Nasdem, bahwa pencapresan Anies selama tidak mendongak Nasdem secara signifikan, dan harus segera di evaluasi dengan cepat.
Nasdem menuju rumah Gerindra – PKB karena pertimbangan koalisi dengan PKS dan Demokrat tidak akan membawa banyak efek positif bagi partai.
Ibaratnya, Nasdem yang imam, Nasdem yang modalin, tapi efek positif elektoral justru lari ke PKS dan Demokrat. Karena pemilih Anies lebih dekat dengan PKS dan Demokrat ketimbang ke Nasdem.
Menurut saya, jika saya ketua umum Nasdem. dengan pertimbangan politik dan kebesaran partai kedepannya. Surya Paloh perlu segera menarik dukungan ke Anies dan membubarkan koalisi dengan PKS dan Demokrat.
Karena koalisi ini hanya akan menguntungkan Demokrat dan PKS. Surya Paloh harus segera balik badan dan mengutamakan nasib Nasdem dan kader Nasdem pada pemilu nanti, ketimbang mempertimbangkan soal soal kegaduhan dengan PKS dan Demokrat yang masih deadlock.
Sebagai ketua umum partai, maka Surya Paloh perlu segera banting setir dan lebih mengutamakan elektabilitas partai sebelum terlambat. Sebelum Nasdem menghadapi situasi sulit dan waktu yang tidak cukup mengingat pilpres sudah semakin dekat. ***
More Stories
Narkoba Mengancam Generasi, Islam sebagai Solusi
Stunting Makin Genting, Butuh Problem Solving
Mengais Rezeki dengan Menjadi Pengemis di Aplikasi