08/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Jangan Bicara Anti Keberagaman

Surabaya, KabarGRESS.com – Di tengah hiruk pikuk berita panasnya kancah perpolitikan Indonesia, masyarakat dikagetkan berita penyerangan pemimpin Agama di beberapa daerah di Indonesia seperti Banten, Yogyakarta dan Jawa Timur. Di Banten, terjadi penolakan warga desa Legok terhadap seorang biksu bernama Mulyanto Nurhalim. Mulyanto dianggap menyalahgunakan fungsi tempat tinggal menjadi tempat ibadah.

Di Yogyakarta, seorang melakukan penyerangan terhadap Pastor Prier SJ yang sedang memimpin Ekaristi kudus di gereja Lidwina Sleman. Di Jawa Timur setidaknya ada tiga penyerangan mencuat di antaranya pembunuhan guru mengaji di Sampang 27 Desember 2017, perusakan patung Dwarapala di pura Mandara Giri Lumajang, perusakan pintu kaca masjid Baiturrahim Tuban. Itulah serentetan penyerangan yang ditengarai sebagai bentuk intoleransi atas kebhinekaan Indonesia.

Beragam bentuk intoleransi menjadi ancaman perpecahan, persatuan dan kesatuan NKRI. Oleh karena itu, tiada sikap lain yang harus dipilih selain menolak segala bentuk intoleransi terhadap keberagaman di Indonesia. Sikap menolak intoleransi harus menjadi sikap setiap warga negara Indonesia termasuk di dalamnya segenap sivitas Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Menolak segala bentuk intoleransi begitu mendesak, maka segenap sivitas UKWMS turut ambil bagian secara tegas say no to intolerance action.

Bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-58 tahun, UKWMS yang mengusung tema “Bersama seluruh komponen bangsa, UKWMS peduli membangun negeri yang bhinneka dengan transformasi sosial melalui kepemimpinan yang visioner dan inklusif”, mengadakan Kuliah Umum bagi para dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa dengan nara sumber tunggal yaitu Mayjen Pol (Purn) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H., yang merupakan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI sejak tahun 2015. Materi yang disampaikan bertemakan “Pancasila dan Demokrasi Indonesia”.

“Kuliah Umum ini melibatkan 500 mahasiswa UKWMS dan dirasa penting untuk dilakukan mengingat Pancasila sebagai perekat dan pemersatu bangsa yang amat sangat relevan untuk menangkal segala bentuk aksi intoleransi yang terjadi di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini ditujukan untuk menumbuh kembangkan jiwa toleransi para mahasiswa di tengah kebhinnekaan Indonesia. Mahasiswa akan berani mengekspresikan sikap menolak terhadap realitas intoleransi yang mengancam persatuan dan kesatuan NKRI,” ujar Antonius Yuniarto, SS., MM., selaku Ketua Panitia.

Dimulai pada siang hari, Sidarto didampingi Puput Tri Kusminto, S.IP., M.Med.Kom. sebagai moderator, mampu membawa suasana kuliah umum dengan meriah. Kuliah umum berlangsung dalam bentuk dialog interaktif di Auditorium Benedictus Kampus UKWMS Dinoyo. Sebagai seorang purnawirawan polisi, Sidarto sangat paham tentang perkembangan demokrasi dan pengamalan Pancasila di Indonesia. “Berbicara mengenai apa yang perlu dibenahi di Indonesia saat ini adalah bahwa Pancasila selama ini diabaikan, namun sekarang Pancasila harus ditanamkan, dibudayakan dan diberdayakan. Hormati pula keberagaman, jangan bicara anti keberagaman,” ucapnya tegas.

Berbagai polemik yang menyinggung Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) di Indonesia tak urung membawa dampak buruk bagi generasi penerus bangsa. Penyalahgunaan dalam penggunaan sosial media juga turut berperan, yakni untuk menebar kebencian dan menyebarkan hoak sehingga kerap kita temui adanya gesekan antar komunitas, mudah tersulutnya emosi warga karena pemberitaan yang belum tentu kebenaran isinya.

Maka untuk mempertahankan demokrasi dan menjaga Pancasila, Sidarto menyatakan, “Ibarat membangun sebuah rumah dibutuhkan fondasi dan fondasinya adalah Pancasila, tiangnya adalah Undang-undang Dasar 1945, atapnya NKRI, dan penghuninya Bhinneka Tunggal Ika. Ini adalah rumah bangsa yang harus dijaga bersama. Tolong jaga Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, keberagaman dan demokrasi,” pungkasnya. (ro)