23/11/2024

Jadikan yang Terdepan

BEI Terus Berkomitmen Dorong Investasi Berkelanjutan dan Peningkatan Praktik ESG

Surabaya, kabargress.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berkomitmen untuk mendorong investasi berkelanjutan jangka panjang dan peningkatan praktik ESG (Environmental, Social, Governance) di pasar modal Indonesia.

Langkah nyata upaya tersebut diantaranya bekerja sama dengan lembaga penilai ESG dan melakukan penilaian ESG atas Perusahaan Tercatat di BEI.

Seperti diketahui, ESG menjadi isu krusial secara global, seiring dengan meningkatnya kesadaran investor tentang dampak perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.

“ESG terdiri dari tiga faktor utama yang digunakan untuk mengukur keberlanjutan dan dampak etika suatu perusahaan,” ungkap Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, pada acara Penerapan ESG di Pasar Modal dan Pengenalan IDX Carbon di Surabaya, Kamis (10/10/2024).

Diuraikan Denny, faktor Environmental mencakup isu-isu seperti perubahan iklim, pemanfaatan sumber daya alam, dan pengelolaan limbah. Aspek Sosial berfokus pada hak-hak pekerja, kesejahteraan masyarakat, dan hak asasi manusia.

“Sementara itu, Tata Kelola (Governance) menekankan pada struktur manajemen, transparansi, etika bisnis, dan pengelolaan risiko,” ujarnya.

Penerapan ESG bagi perusahaan emiten, masih kata Denny, bukan sekadar kewajiban, tetapi juga dapat memberikan manfaat signifikan. Salah satu keuntungan utamanya adalah peluang untuk menarik minat investor terhadap perusahaan yang menunjukkan kinerja ESG baik.

Investor kini lebih mencari portofolio yang berkelanjutan dan etis, sehingga perusahaan yang memenuhi kriteria ESG memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan investasi.

“Penerapan ESG juga berkontribusi pada efisiensi operasional perusahaan. Dengan mengadopsi praktik ESG yang baik, perusahaan dapat mengurangi risiko operasional, menekan biaya jangka panjang seperti energi dan pengelolaan limbah, serta membangun reputasi yang solid di mata konsumen dan mitra bisnis. Ini dapat meningkatkan daya saing dan profitabilitas perusahaan,” imbuh Denny.

Meski ESG menawarkan berbagai manfaat, Denny mengakui adanya tantangan dalam implementasinya di Indonesia. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya ESG di kalangan emiten.

Namun, dengan dorongan dari BEI dan meningkatnya kesadaran investor, peluang untuk mempercepat adopsi ESG di pasar modal Indonesia semakin terbuka.

Selain itu, Denny juga menjelaskan mengenai Bursa Karbon (IDXCarbon). Langkah ini diharapkan dapat menjadi instrumen penting dalam mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.

Ia mengatakan, Bursa Karbon merupakan platform perdagangan kredit karbon yang memungkinkan perusahaan atau entitas yang telah mengurangi emisi karbon lebih dari target yang ditetapkan, untuk menjual kelebihan pengurangan emisi tersebut kepada pihak lain yang belum memenuhi target.

Kredit karbon ini dapat diperjualbelikan secara transparan di bursa, dengan harapan dapat mendorong sektor industri untuk lebih aktif berpartisipasi dalam upaya pengurangan emisi.

“Bursa Efek Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara perdagangan kredit karbon. BEI akan mengawasi mekanisme transaksi dan memastikan transparansi dalam setiap proses jual-beli kredit karbon ini,” tukasnya.

Sejumlah perusahaan besar, terutama di sektor energi dan industri berat, diperkirakan akan menjadi peserta aktif dalam perdagangan ini. Di sisi lain, pemerintah juga berharap adanya partisipasi dari sektor kehutanan dan pertanian, yang memiliki potensi besar dalam menyerap karbon melalui reboisasi dan konservasi hutan.

“Dengan adanya bursa karbon, Indonesia optimis dapat memainkan peran yang lebih signifikan dalam penanggulangan perubahan iklim global. Langkah ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional,” pungkasnya. (Ro)