” Lapangan pekerjaan harus kita buka seluas – luasnya untuk saudara kita . Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) harus di dorong dan di fasilitasi , giat usaha mesti kita dorong agar masyarakat mampu meningkatkan incom pendapatannya ‘”
SIdoarjo , KabarGress.com – SIDOARJO MAKMUR bukan hanya berupa jargon politik Paslon No3 Mas Kelana – Dwi Astutik , yang berkesan manis tapi benar – benar menjadi ruh perjuangannya memperbaiki kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Upaya konkret Paslon No3 Mas Kelana – Dwi Astutik mengangkat harkat martabat warga Sidoarjo adalah menggulirkan tagline SIDOARJO MAKMUR , di barengi mendorong tumbuh kembang usaha baru bagi masyarakat . Termasuk melakukan penguatan UMKM
Mas Kelana menyatakan tekadnya membantu memfasilitasi usaha baru yang dilakukan warga masyarakat. Sebab munculnya usaha baru masyarakat nantinya membuka peluang kerja bagi tenaga – tenaga produktif .
” Saya siap membantu dan memberikan fasilitas bagi masyarkat yang akan berusaha ,” katanya saat diskusi kecil dengan KabarGress.com ,Kamis (15/10/2020) di Aston Hotel
Peluang kerja dan berusaha harus di ciptakan. ” Kita tidak bisa berdiam diri. Kalau mau kesejahteraan ekonominya baik ya harus berusaha dan bekerja ,” sambung Cabup favorit Sidoarjo Paslon No3 menandaskan.
Dalam kerangka menumbuhkan usaha baru , UMKM bergerak dalam produksi pembuatan tempe , tahu beserta turunannya , Mas Kelana telah membuat MuO dengan Pemerintah Ghana tentang importasi kedelai.
” Pemerintah Ghana memberikan kuota impor kedelai 48 ribu kedelasi ,setiap bulan,” tuturnya
Disamping berikan kuota impor kedelai yang volumenya cukup signifikan , Mas Kelana juga mendapatkan konsesi lahan pertanian seluas 200 hektar dari Ghana. Lahan tersebut di peruntukan pengembangan penanaman kedelai . ” Lahan untuk penanaman juga sudah siap disana ,” aku nya.
Kerjasama bidang pertanian kedelai dan kuota impor kedelai Mas Kelana dengan Ghana , nantinya di harapkan mampu mengkontribusi kebutuhan kedelai bagi Indonesia khususnya Kabupaten Sidoarjo. Dimana Indonesia adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah China.
Sebab kedelai jadi bahan baku bagi tempe dan tahu, dua makanan yang sangat lazim disantap masyarakat Tanah Air. ” Kedelai bukan hanya sekedar untuk tahu dan tempe tapi turunannya juga sangat banyak , seperti keripik tempe , kecap , tempe chrespy ,” jelas Mas Kelana .
” Dan tingginya kebutuhan kedelai belum sepenuhnya mampu di penuhi oleh petani kita ,” cetus Cabup dikenal murah senyum ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang semester-I 2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai 510,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,52 triliun (kurs Rp 14.700). Sebanyak 1,14 juta ton di antaranya berasal dari AS.
Sementara Data Gabungan Asosiasi Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo), selain dari Amerika Serikat, kedelai yang dipasok untuk para pengusaha tahu dan tempe didatangkan dari Kanada, Brasil, dan Uruguai.
Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, volume kedelai impor mencapai 2-7 kali lipat produksi kedelai lokal, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat . Sebagai seorang pengusaha Mas Kelana besar tekadnya membantu kebutuhan kedelai bagi masyarakat Indonesia.
” Dari kuota impor kedelai , 48 ribu ton, 10 ribu ton nya bisa untuk mencukupi kebutuhan produksi tahu dan tempe pengusaha UMKM di Sidoarjo ,” pungkasnya ( Ery)
More Stories
Hari Kesehatan Nasional Ke-60, Pj. Gubernur Adhy Apresiasi Tim Yankes Bergerak Layani 1.067 Masyarakat Pulau Kangean
Menpar: Potensi Wisata Bali Utara dan Barat Belum Digali dan Disentuh Wisatawan
Hadirkan Inovasi Teknologi Terkini, PLN Nusantara Power Pamerkan Langkah Nyata Dorong Transisi Energi di Indonesia