Surabaya KabarGRESS.com – Sistem Pembayaran di Indonesia berkembang sangat cepat. Semakin meluasnya the internet of things seperti e-commerce, financial technology dan jasa transportasi berbasis aplikasi menyebabkan kebutuhan akan sistem pembayaran yang aman, efisien, lancar, dan andal terus meningkat. Berbagai inovasi terkait cara dan sarana pembayaran marak ditawarkan untuk
mempermudah, mempermurah dan mempercepat proses bertransaksi.
Mempertimbangkan dinamika perubahan yang bersifat cepat dan menyeluruh di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia menyusun Blueprint Pengembangan Sistem Pembayaran Indonesia. Diluncurkannya GPN merupakan momentum penting dalam implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia. GPN menjadi terobosan dalam menghilangkan fragmentasi melalui interkoneksi dan interoperabilitas antar Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran.
Sebagai kelanjutan dari launching Gerbang Pembayaran Nasional pada tanggal 4 Desember 2017, maka pada 3 Mei 2018 lalu, Bank Indonesia bersama dengan Kementerian BUMN, Kementerian Sosial, OJK dan Perbanas meluncurkan Kartu Berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sebagai
wujud interoperabilitas (saling dapat dioperasikan) secara penuh dalam ekosistem pembayaran retail.
“GPN menjadi langkah terobosan dalam rangka menghilangkan fragmentasi layanan pembayaran retail sehingga masyarakat dapat mengakses layanan sistem pembayaran yang lebih efisien melalui interkoneksi dan interoperabilitas. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, jika
implementasi GPN berhasil dilaksanakan dengan baik, maka GPN akan mampu menjadi platform
sistem pembayaran terbesar di dunia yang dapat diterima di negara lain,” tutur Difi A. Johansyah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur pada acara BI Bareng Media tanggal 8 Mei 2018.
Melalui GPN, sistem pembayaran Indonesia ke depan akan mencakup semua layanan, lebih inklusif, mudah, efisien, serta selalu terjaga keamanannya. “GPN mewujudkan interoperabilitas uang elektronik sehingga seluruh uang elektonik dapat digunakan untuk pembayaran di setiap ruas jalan tol. Nantinya, 1 merchant akan membutuhkan lebih sedikit EDC dan satu mesin EDC akan dapat
memproses seluruh jenis kartu,” tutur Yudi Harymukti, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur.
Penggunaan kartu berlogo GPN memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Masyarakat dapat menggunakan kartu ATM/debet dengan logo GPN di seluruh ATM dan terminal pembayaran dalam negeri. Masyarakat dapat bertransaksi menggunakan kartu berlogo GPN dengan biaya lebih rendah.
Bahkan, khusus bagi penerima bantuan sosial pemerintah, tidak dikenakan biaya pada saat melakukan pencairan. Sementara bagi bank, kehadiran GPN dapat memperluas akseptasi nasabah
melalui kemudahan akses terhadap seluruh kanal pembayaran. Bank tidak perlu berkompetisi dalam menyediakan infrastruktur kanal pembayaran, sehingga dapat lebih leluasa dan fokus dalam meningkatkan kualitas layanan kepada nasabahnya.
Perbankan pun telah menyatakan kesiapannya untuk meluncurkan kartu berlogo GPN. “Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur telah mendapatkan izin Bank Indonesia untuk mengeluarkan tiga jenis kartu berlogo GPN,” tutur Soeroso, Direktur Utama BPD Jatim.
BPD Jatim merencanakan sampai dengan tahun 2021, sejumlah 1.600.000 kartu yang terbit sudah akan menggunakan logo GPN. Sementara, pada tahun 2018, target BPD Jatim adalah 30% dari angka tersebut. Kesiapan perbankan Jawa Timur ini sebagaimana yang telah diatur oleh Bank Indonesia bahwa sejak tanggal 1 Januari 2018, penerbit wajib mulai menerbitkan kartu ATM dan/atau
kartu debit berlogo nasional.
Pada kesempatan yang sama, Bank Indonesia pun memaparkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. “Perekonomian Jawa Timur pada Triwulan-I 2018 tumbuh sebesar 5,50% (yoy), lebih tinggi dibanding nasional (5,06%, yoy),” tutur Harmanta, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur.
Masih tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur ini, dari sisi permintaan ditopang oleh peningkatan ekspor dan penurunan impor.
Sementara, inflasi Jawa Timur pada April 2018 tercatat sebesar 0,18% (mtm) atau 3,05% (yoy), masih berada pada kisaran sasaran inflasi 3,5% ±1%. Salah satu faktor pendorong inflasi ini adalah
kenaikan harga bawang merah seiring dengan tingginya curah hujan serta meningkatnya permintaan daging dan telur ayam ras menjelang bulan puasa.
“Kenaikan harga daging dan telur ayam ras ini sudah diprediksi sebagaimana data historis menjelang lebaran dimana untuk telur kenaikannya terjadi sekitar H-40 menjelang Lebaran, dan turun
kembali H-15 menjelang Lebaran mengikuti pola masyarakat yang gemar menyiapkan kue dan hidangan Ramadhan,” tutur Harmanta.
Dengan memperhatikan pola ini, Harmanta pun meyakini bahwa harga bahan makanan dan barang-barang lainnya akan tetap terkendali dengan jumlah pasokan yang mencukupi dalam periode Ramadhan kali ini. (ro)
More Stories
Siap Berikan Digital Experience yang simpel & next level, IM3 Transformasikan Layanan Pascabayar Menjadi IM3 Platinum
Dankor Brimob Komjen Pol. Imam Widodo: Brimob Harus Kuasai Permasalahan Poleksosbud!
Badilum Pembinaan Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Negeri di Wilayah Jawa Timur