Surabaya, KabarGRESS.com – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Jawa Timur, menggandeng Bank Bukopin dalam mengembangkan dunia pariwisata. “Kami sudah melakukan MoU dengan Bank Bukopin diantaranya menerbitkan kartu ATM bergambar ASITA,” jelas Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Jawa Timur, H. Arifudinsyah, SH, CN, usai acara buka bersama anak yatim dan anggota ASITA Jatim, di Hotel Swiss-Belinn Manyar, Jalan Manyar Kertoarjo 100, Surabaya, Selasa (21/6/2016).
Menurutnya, upaya promosi dunia pariwisata harus digencarkan. Seperti promo melalui ATM tadi. Dan para anggota ASITA Jatim akan mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan ATM Bank Bukopin tersebut. Pada kesempatan tersebut, pihak dari Bank Bukopin juga telah menyiapkan layanan dalam menerbitkan ATM bergambar ASITA. Para anggota ASITA tinggal menyerahkan fotocopy KTP, NPWP serta mengisi aplikasi yang telah disediakan pihak Bank Bukopin.
Arif mengatakan lebih jauh, negara majupun masih rutin melakukan promosi khususnya kepada wisatawan dari luar negerinya. “Baru-baru ini, pemerintah Mesir dan Jepang mengundang kami untuk melihat potensi pariwisata di negara mereka. Hebatnya, mereka mengundang kita gratis lo. Luar biasa kan upaya promo mereka meski sudah menjadi negara maju. Ini yang harus kita tiru dan pemerintah lakukan dengan mengundang para agen travel asing untuk melihat potensi pariwisata di tanah air,” ungkapnya.
Destinasi pariwisata khususnya Jawa Timur, lanjut Arif, memiliki potensi besar untuk mendatangkan wisatawan khususnya dari manca negara. Jatim mempunyai 38 kabupaten/kota terdapat sedikitnya 800 obyek wisata yang sangat bagus. “Kami ingin makin banyak obyek wisata di Jatim ini yang dikembangkan dan layak jual bagi wisatawan mancanegara dan domestik,” harap Arifudinsyah.
Tahun lalu, menurut data Dinas Pariwisata Jatim, angka wisman mencapai 5 juta dan wisatawan nusantara mencapai 25 juta. Mereka yang tercatat sebagai turis domestik sangat menyukai wisata religi Wali Songo. “Angka wisatawan mancanegara itu masih bisa diperbesar lagi dengan menambah infrastruktur di Jatim ini. Misalnya, membangun Pelabuhan Probolinggo sehingga bisa disinggahi kapal pesiar dan bandara baru yang memudahkan turis pergi kemana-mana. Selama ini, wisatawan mancanegara dari Asean masih mendominasi kunjungan wisata ke Jatim,” urainya.
Yang lebih penting lagi, masih menurut Arif, ego sektoral khususnya pemerintah daerah harus disingkirkan jauh-jauh. Meskipun dunia pariwisata merupakan domain Dinas Pariwisata, namun dinas-dinas lainnya juga harus mendukung penuh. “Ini telah dilakukan pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang telah sukses menghilangkan ego sektoral.
“Upaya membangun sektor pariwisata di Banyuwangi patut dicontoh. Karena dengan berbagai event yang digelar, maka akan berdampak secara ekonomi. Misalnya saja potensi parkirnya, ini sangat dirasakan masyarakat disana. Itu semua bisa berjalan jika ego sektoral dihilangkan,” tandasnya.
Arif juga menyinggung masih banyaknya agen travel yang belum bergabung dengan ASITA Jatim. Dari sekitar 700 biro perjalanan wisata (BPW) di Jawa Timur, yang terdaftar baru sekitar 400 BPW. Mereka yang belum terdaftar itu belum punya kantor sendiri, belum berbentuk PT atau CV dan lainnya. “Namanya orang berusaha itu, memang awalnya dari kecil dan tumbuh menjadi besar. Jadi mudah-mudahan mereka sadar dan menjadi pengusaha BPW yang baik dan mendaftar menjadi anggota DPD Asita Jatim,” ujarnya.
Seluruh anggota ASITA Jatim siap membantu pemerintah dalam memajukan dunia pariwisata di Jatim. “Kami mendengar Gubernur Jatim, H. Soekarwo mengalokasikan dana Rp20 triliun. Namun, akan digunakan apa dana itu masih belum jelas. Mudah-mudahan dana itu bisa dipergunakan mengubah wajah wisata di Jatim ini,” ucapnya.
Arif mengingatkan jika dunia pariwisata memiliki keunggulan dibandingkan dunia usaha lain. “Pertumbuhannya bisa 16 kali lebih cepat dibandingkan dunia usaha lain,” timpalnya.
Baru-baru ini, Arif mengaku bertemu dengan kolega dari Tiongkok. Dari masukan Tiongkok, untuk menikmati dunia pariwisata Jatim ini lebih mahal Rp3 juta dibandingkan dengan Bali. “Contohnya saja jasa guide yang membutuhkan biaya tidak murah. Juga perjalanan dari destinasi wisata satu ke destinasi lainnya butuh biaya mahal. Ini beda dengan di Bali,” pungkasnya. (ro)
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan