Surabaya, KabarGRESS.com – Service Learning (SL). SL merupakan sebuah proses pembelajaran berbasis jasa layanan yang sering diterapkan Universitas Kristen Petra (UK Petra) dalam proses belajar mengajarnya. Dalam proses SL ini, UK Petra mengajak para mahasiswa untuk melayani masyarakat dengan ilmu yang sudah dipelajari dikelas untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Ialah Program Studi Arsitektur UK Petra dalam mata kuliahnya bernama “Kerja Pelayanan C – Desain Inklusi dan jaringan-jaringan LSM (penyandang disabilitas)” menggelar pameran hasil SLnya bertajuk Pameran UBCHEA – UK Petra: Desain Rumah, Apartemen dan Sekolah Inklusif bagi Penyandang Disabilitas selama sembilan hari mulai 8-16 Juni 2016 mulai pukul 08.00-15.00 WIB di Ruang Pamer Perpustakaan UK Petra, Gedung Radius prawiro lantai 6 kampus UK Petra, Surabaya.
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara Program Studi Arsitektur UK Petra, Perpustakaan UK Petra, Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra dan Departemen Mata Kuliah Umum yang disponsori oleh United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA). Pameran ini memaparkan enam maket yaitu 4 desain rumah, 1 Apartemen dan 1 Sekolah yang aksesibel serta layak bagi warga kota termasuk difabel, orang lanjut usia (lansia), ibu hamil dan lain – lain. Sebelum mendesain ini, para mahasiswa diwajibkan untuk melakukan survey dengan narasumber.
“Sebab Desain Inklusif ini dikenal didefinisikan sebagai proses merancang yang melibatkan penggunanya dan mewadahi kebutuhan pengguna yang khusus sehingga dapat digunakan dengan aman, nyaman dan mudah. Maka dari itu, SL ini juga bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB), Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC), Bandung Independent Living Center (BILIC) dan Paguyuban Warga Strenkali Surabaya (PWSS)”, ujar Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. selaku dosen penanggung jawab SL ini.
Desain pertama yaitu Rumah Cerebral Palsy. Dalam desain ini, dirancang secara khusus yang mana perabotan dan desain rumah semuanya dapat dijangkau dengan merangkak. Sedangkan desain rumah kedua yaitu Rumah Kursi Roda, dalam rumah ini didesain agar dapat diakses oleh kursi roda. Selain itu juga disediakan railing atau pegangan tangan yang memudahkan perpindahan dari Kamar Mandi atau tempat lainnya.
Desain yang ketiga yaitu Rumah Tuna Netra yang dalam mendesainnya dibutuhkan alat pengamanan dan pembedaan dengan tekstur di dalam rumah. Akibatnya rumahnya harus memiliki denah yang sederhana (cenderung linier). Desain yang keempat, Rumah Lansia yang mana ditempatkan di lantai 1 dengan ditambah tempat usaha yang aksesibel agar tetap berkarya meski diusia lanjut. Desain kelima ialah Apartemen Kursi Roda, meski luasannya tidak besar dalam desain apartemen ini disediakan perabotan yang mudah dijangkau saat berkursi roda.
Juga lebar pintu yang cukup lebar untuk diakses kursi roda. Sedangkan desain keenam merupakan Sekolah Inklusif bagi Siswa Tuna Netra dan Tuna Daksa Kursi Roda bagi SMPLB-A YPAB. Kelas ini menjadi unik karena dilengkapi dengan perletakan meja untuk siswa kursi roda di sebelah depan kelas.
Kemudian ditambahkan juga meja untuk siswa lainnya (siswa tuna netra dan siswa biasa lainnya). Tak lupa disediakan sound system khusus bagi siswa tuna netra, juga berbagai fasilitas penunjang seperti meja komputer, lemari alat peraga untuk tuna netra, wastafel tempat cuci tangan dan peralatan. Kelas ini juga dapat diakses dari koridor yang dilengkapi railing (pegangan tangan), ubin pemandu serta ramp/ bidang miring yang memfasilitasi semua siswa masuk ke kelas ini. (ro)
More Stories
Mampu Yakinkan Panelis, Mei Diunggulkan Jadi Rektor Unitomo
Wagub Emil, Tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah Hadir di Wisuda STIT Islamiyah KP Paron
FK UKWMS Melantik Dekan Baru