Surabaya, KabarGress.com – Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas produksi perusahaan. Pinjaman dari perbankan memang masih menjadi pilihan utama perusahaan, namun tingkat suku bunga dasar yang fluktuatif membuat perusahaan memilih pendanaan lainnya.
Pasar modal sendiri sudah cukup lama dikenal sebagai wahana untuk memperoleh pendanaan perusahaan. Sayangnya sampai dengan saat ini, perusahaan yang memanfaatkan pasar modal sebagai sarana pendanaan masih tersentral di Jakarta dan sekitamya. Initial Public Offering (IPO) atau lebih dikenal penawaran umum perdana, bisa jadi solusi penggalangan modal bagi perusahaan.
Data Bursa Efek Indonesia per 21 April 2016 menunjukkan, dari total 524 perusahaan mencatatkan sahamnya di pasar modal, 432 emiten berasal dari Jakarta, 27 emiten di Jawa Timur dan 26 emiten berkantor pusat di Banten. Alhasil emiten asal Jakarta mengusai 88,76% kapitalisasi pasar di BEI, yang disusul oleh Jatim 4,51% dan Banten 4,65%.
Masih belum meratanya akses informasi tentang pasar modal di setiap daerah membuat Bursa Efek Indonesia (BEI), bersama Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Indonesia (KSEI) selaku Self Regulatory Organization (SRO) terus melakukan sosialisasi ke daerah di seluruh Indonesia. Selain berupaya menambah jumlah investor dan meningkatkan minat perusahaan baik swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk tertarik mencatatkan sahamnya di BEI.
Atas dasar hal tersebut, maka OJK, BEI, KPEI dan KSEI bekerjasama dengan Kamar Dagang dan lndustri (Kadin) Indonesia menyelenggarakan acara IPO Fair 2016. Dilaksanakan mulai Jumat (29/4) sampai Sabtu (30/4), di Sheraton Surabaya Hotel & Tower, Surabaya, yang mana acara ini diikuti anggota Kadin Indonesia dan perusahaan lainnya yang belum go public.
“Acara ini dapat membantu perusahaan yang belum go public untuk bisa go public. Karena perusahaan itu akan lebih transparan, akuntability dan kompetitif,” jelas Ketua Umum Kadin Indonesia, Tosan Roeslani, saat konferensi pers bersama Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida dan Frederick Widyasari Dewi, PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia.
Acara yang dibuka Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf juga tersebut juga diadakan talkshow dengan narasumber antara lain consultan hukum serta Perfindo sebagai perusahaan pemeringkat efek. Direktur Utama PT Panorama Sentrawisata Tbk. Budijanto Tirtawisata, dan Direktur PT Indospring Tbk. Bob Budiono, Deputi Direktur Penilaian Perusahaan Sektor Jasa OJK M. Maulana, Deputi Direktur Penilaian Perusahaan Sektor Riil OJK, Herlina Hayati Emi Samidia M., Kepala Privatisasi, Start-up, SME dan Foreign Listing BEI Saptono Adi Junarso, Partner Konsultan Hukum Makes & Partners Iwan Setiawan, dan banyak lagi.
Dengan semakin meningkatnya minat perusahaan di dalam negeri untuk menjadi perusahaan tercatat di bursa efek diharapkan akan dapat lebih menyemarakkan perdagangan saham di pasar modal Indonesia. Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat semakin menjadi cerminan maupun tolak ukur bagi kemajuan perekonomian Indonesia. (ro)
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan