Surabaya, KabarGress.com – PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III memulai pembangunan flyover yang menjadi interkoneksi akses Terminal Teluk Lamong dengan Tol Surabaya-Gresik dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya. “Dengan pembangunan flyover maka Terminal Teluk Lamong sebagai multipurpose terminal yang penting di Pelabuhan Tanjung Perak akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan. Selain itu juga mudah dijangkau melalui Tol Surabaya-Gresik”, jelas Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III, Husein Latief, pada acara groundbreaking proyek tersebut di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (25/9) pagi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini turut hadir dan mengikuti langsung prosesi ground breaking. Selain itu para pengguna jasa dan mitra kerja Pelindo III di Pelabuhan Tanjung Perak juga tampak pada seremoni pembangunan infrastruktur strategis tersebut. Mengutip paparan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya tahun 2014-2034, menurut Perda Nomor 12 tahun 2014, kawasan Teluk Lamong diperuntukkan sebagai kawasan mix use pendukung pengembangan pelabuhan. Maka JLLB direncanakan sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan kawasan tersebut dengan Surabaya selatan dan utara, serta Terminal Teluk Lamong.
Husein Latief menambahkan bahwa dalam pengembangannya, Terminal Teluk Lamong yang merupakan green port pertama di Indonesia akan memiliki konektivitas yang multi moda. Alternatif pertama ialah melalui jalan eksisting, yakni Jalan Tambak Osowilangon. Kedua, melalui flyover tersebut yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land). Ketiga menggunakan moda transportasi kereta api yang akan masuk ke Terminal Teluk Lamong dan keempat, melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak.
Saat menyampaikan sambutan, Tri Rismaharini terkenang saat baru dua hari menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, dirinya diminta rapat bersama Setwapres untuk mempercepat dimulainya pembangunan Terminal Teluk Lamong. ”Saat itu saya memilih membangun pelabuhan (terminal barang) di Teluk Lamong. Karena saya ingin harga barang menjadi lebih murah untuk warga Surabaya, juga Jawa Timur, bahkan kawasan Indonesia timur”, ungkap Risma. Kini setelah Terminal Teluk Lamong sudah mulai beroperasi, Pemkot Surabaya bersama Pelindo III mendorong peningkatan aksesibilitasnya. ”Agar kinerja Terminal Teluk Lamong lebih efisien dan efektif demi mendukung daya saing Surabaya yang letaknya strategis untuk meningkatkan perekonomian rakyat”, tambah Risma.
Terkait strategisnya posisi Surabaya dalam rute logistik internasional, Risma mengaku sudah banyak Kedutaan Besar dari berbagai negara yang berminat untuk membongkar barangnya di Surabaya (Pelabuhan Tanjung Perak). ”Mereka ingin Surabaya siap, agar tidak perlu transit ke Singapura. Untuk mengefisienkan biaya pengiriman”, ceritanya. Dengan terkoneksinya antara akses Terminal Teluk Lamong, JLLB, dan Tol Surabaya-Gresik secara optimal, Risma optimis beban angkutan barang dapat tereduksi hingga 80 persen dan angkutan orang bisa turun setidaknya 50 persen. Kini China Shipping Container Lines sudah rutin langsung berlayar (direct call) ke Terminal Teluk Lamong dalam rute baru yang tidak melalui Singapura. Beberapa pelayaran dari negara lain juga sudah mulai menjajaki untuk melakukan hal serupa.
“Dukungan pemerintah pada pengembangan aksesibilitas darat Terminal Teluk Lamong sangat penting serta dapat dilihat komunitas dunia usaha sebagai komitmen dan good will untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah”, ungkap Husein Latief.
Hal ini sangat beralasan karena dari paparan pada acara tersebut terungkap bahwa Surabaya sebagai hinterland dari Pelabuhan Tanjung Perak, memiliki potensi pengoptimalan pola ruang untuk pemanfaatan lahan serta pengelolaan kawasan industri yakni pusat pergudangan Margomulyo-Osowilangon.
Kemudian penyiapan berbagai infrastruktur yang ada di pelabuhan dan kawasan daratan merupakan bagian dari rencana yang disebut sebagai “Surabaya City Logistic System”. Selain itu Surabaya juga memiliki potensi pengembangan Water Front City dengan fungsi mix use antara kegiatan perdagangan jasa dan pemukiman tepi pantai modern. Nuansa sinergi terasa karena kerja bersama antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pelindo III tersebut sejalan dengan Nawacita ke-7, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.
Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain). Tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan dengan peralatan yang bersumber tenaga listrik, berbagai fasilitas bongkar muat modern di terminal tersebut juga beroperasi secara semi-otomatis.
“Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama pembangunan ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering berkapasitas hingga 5 juta ton,” jelas Husein Latief. Besarnya arus logistik terminal tersebut menjadi dasar kebutuhan akan aksesibilitas dan konektivitas yang mengakomodir efisiensi biaya logistik, pungkasnya. (ro)
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan