“Programnya memang bulan Juni, namun anggota yang awalnya hanya 20 terus berkembang hingga 80 orang pada bulan November. Saldo sudah mencapai Rp62 juta,” ujar koordinator Bank Sampah Delima Banyuurip, Supriyati.
Bu Pri, sapaan akrabnya menerangkan, awal mula ada program Bank Sampah dimulai saat Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menggandeng mitra kerja, Yayasan Sekar Mandiri mengajak anggota Kelompok Wanita Tani (KWT), ke Desa Sukorejo, Kecamatan Senori untuk melihat tentang pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami.
Setelah survei itu, mereka bertekad untuk membuat bank sampah di Desa Banyuurip. Dengan kesepakatan bersama, akhirnya dipilih tempat di sudut depan rumah Supriyati yang ada di Rt 01, RW 03. “Sempat bingung menentukan namanya. Namun karena di tempat penampungan sampah ada delima, kami beri nama Bank Sampah Delima,” tutur Supriyati.
Sistem pengelolaan sampah, awalnya dilakukan dengan membuat arisan ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari Senin mulai pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB. Selain arisan, para peserta jugga membawa sampah non organik yang ada di rumah masing-masing.
Dari 29 anggota arisan, 20 di antaranya menjadi anggota bank sampah melakukan tugas masing-masing, seperti memilah sampah, menimbang dan mencatat berapa berat sampah yang dibawa oleh ibu-ibu. Selain itu, ada juga yang bertugas untuk mengambil sampah-sampah di rumah peserta jika tidak hadir dalam pertemuan arisan.
Untuk harga per kilogramnya sampah pada waktu itu, kardus dihargai Rp1.000, plastik keras Rp1.500, kaleng Rp1.300, besi Rp2.500, beling Rp400, botol minuman energi Rp100 dan botol kecap Rp400.
Setiap sampah yang dibawa oleh ibu-ibu, hasilnya dicatat dalam buku tabungan. Nantinya, hasil tabungan baru bisa diambil waktu menjelang lebaran. Ternyata dalam waktu hampir satu tahun, ditambah dengan tabungan dari peserta yang mulai aktif sekitar bulan November kemarin, pada bulan Juli 2015 mencapai saldo Rp62.157.000.
“Menjelang lebaran kemarin dibagikan ke 80 anggota. Tabungan dan bank sampah anggota ada yang dapat mulai dari Rp180.000 bahkan ada yang sudah Rp10 juta, padahal belum ada satu tahun,” katanya.
Selain dibagikan, dari pihak Pertamina juga memberikan hadiah kepada 3 anggota yang tabungannya paling banyak. “Walaupun sederhana, seperti perlengkapan untuk lebaran, namun sangat bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kami,” papar ibu dari tiga anak itu.
Setelah tabungan dibagikan sebelum lebaran, kemudian program bank sampah kembali dilaksanakan. Pada akhir Agustus ini, jumlah anggota meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika tahun lalu ada 80 anggota, dengan melihat hasil yang fantasis dari program bank sampah, banyak warga yang bergabung menjadi anggota. Saat ini, anggota bank sampah Delima mencapai 100 an.
Selain itu, lanjut Supriyati, kesadaran akan keberisihan lingkungan juga meningkat. Misalnya anak di sekolah biasanya menjumpai sampah di lingkungan atau dijalan, pasti dibawa pulang dan diberikan kepada ibunya.
Jumlah sampah yang dikumpulkan pun juga lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Jika sebelumnya rata-rata ada 70 kg sampah yang terkumpul setiap minggunya. Dalam satu bulan ini, ada 4 kwintal sampah dalam waktu 2 minggu.
Sistem pengelolaan sampah juga berubah. Jika sebelumnya setiap sepekan ada pengepul sampah dari Desa Wanglu, Kecamatan Senori, Tuban yang mengambil sampah. Untuk kali ini, pengambilan sampah dilakukan setiap 2 minggu sekali pada hari Selasa. Selain itu, setiap hari Senin, ada pertemuan untuk tabungan lebaran dan jimpitan atau membayar dengan iuran Rp1.000 untuk kas dan dana sosial.
“Anggota ada yang menabung mulai Rp5.000 sampai Rp250.000 setiap hari Senin Baru 4 Minggu berjalan, sekarang saldo tabungan sudah ada sekitar Rp16 juta,” katanya.
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan