Mojokerto, KabarGress.com – Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Brantas Jawa Timur, melalui Persemaian Permanen, terus berinovasi tanpa henti. Mendulang sukes memproduksi 1 juta batang bibit, kualitas terbaik tahun 2014, kini untuk mensukseskan program nasional Hutan Menanam Pohon Indonesia (HMPI) tahun 2015 memproduksi 1,5 juta batang pohon. “Sampai bulan Agustus ini bibit yang telah siap tanam sebanyak 750 ribu atau 50 persen. 50 % sisanya, akhir bulan September,” ujar Kepala BPDAS Brantas, Ir. Sasmitohadi, MM, didampingi Manager Persemaian Permanen, Pranoto, Rabu (12/8/2015).
Bibit terdiri dari kayu-kayuan dan MPTS tersebut, nantinya didistribusikan ke berbagai pihak, masyarakat, instansi pemerintah/swasta, lembaga sekolah dan TNI. Tugas BPDAS Brantas, mempersiapkan bibit dengan kualitas prima. “Kami di BPADS Brantas, tugasnya hanya memproduksi bibit, selanjutnya bibit-bibit itu diberikan ke berbagai pihak yang membutuhkan. Jadi, bibit produksi BPDAS Brantas itu sifatnya gratis. Bagi yang membutuhkan tinggal mengajukan permohonan, asal syaratnya lengkap, pasti kami beri,” imbuh Sasmito, sapaan akrab Ka. BPDAS Brantas, Sasmitohadi.
Di samping mendulang sukses, dalam rangka membumikan program gemar menanam pohon pada masyarakat, BPDAS Brantas, juga berhasil mengembangkan sistem steak pucuk. Inovasi pengembangan steak pucuk yang dilakukan secara sungguh-sungguh inipun hasilnya tidak mengecewakan. Untuk keberhasilan steak pucuk prosentasenya, di atas 50 persen. “Steak pucuk untuk bibit jenis klengkeng 60 persen ekuivalent 8000 ribu batang dari 16 ribu batang yang kami rencanakan. Sedangkan untuk bibit jati kami berhasil membuat 15 ribu batang atau sekitar 80 persen,” katanya.
Untuk system pembibitan steak pucuk ini, bakal dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. Pasalnya, dengan system steak pucuk, asalkan didukung asal usul pohon yang baik, pasti akan menghasilkan kualitas cukup baik pula.
Selain itu, pola pembuatan steak pucuk ini tidak rumit, dan terpengaruh oleh faktor musim. Kapanpun bisa dilakukan. Lantaran hasilnya cukup nyata dalam kerangka memenuhi kebutuhan tanam pohon pada lahan-lahan yang masih miskin vegetative, inovasi akan tetap terus dikembangkan. Harapan yang hendak diraihnya, adalah upaya percepatan pembangunan penghijauan lingkungan dapat dipercepat.
0leh karenanya, BPDAS Brantas akan tetap terus melanjutkan. Sehingga, ke depannya upaya menghijaukan lahan bisa lebih cepat diwujudkan.
“Steak pucuk bagian dari upaya percepatan pembangunan penghijauan. Dan, setelah kami lakukan, hasilnya cukup optimal. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan ketersediaan bibit, maka konsep ini tentu kan terus kami lakukan, disamping inovasi-inovasi lainnya, akan terus kami kembangkan,” ungkap pejabat dikenal doyan kerja ini menerangkan.
Tissue Culture
BPDAS, selaku UPT. Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, Kementerian Kehutanan, merupakan ujung tombak hajat besar HMPI. Meningat posisinya, sebagai garda terdepan keberhasilan HMPI, BPDAS Brantas berencana mengembangkan pembuatan bibit dengan system Tissue Culture atau Kultur Jaringan. Langkah yang telah dilakukan agar program pengembangan Laboratorium Kultur Jaringan (Kuljar) meraih keberhasilan yang optimal, BPDAS Brantas telah mempersiapkan sarana dan prasaranya, termasuk Sumber Daya Manusia (SDM). Beberapa pegawai BPDAS Brantas supaya memiliki SDM mumpuni bidang Kuljar ini, akan diikutsertakan pada bimbingan teknis pengembangan kuljar yang nantinya akan dilaksanakan oleh Direktorat PTH. “Sasprasny sedang dipersiapkan,” tambah Sasmito.
Sementara itu, untuk mengedukasi personil BPDAS Brantas Jatim, supaya memiliki SDM bidang Kuljar ini, bakal dilakukan kerjasama dengan BIOTROP Bogor. Setelah peningkatan SDM personilnya rampung, BPDAS Brantas melanjutkan membuat programnya. Dan program rintisan kuljar ini bakal efektif dilaksanakan tahun 2016 depan. “Tahun ini kami, persiapkan SDM dan sasprasnya dulu. Untuk laboratoriumnya sudah kami siapkan menjadi satu dengan Persemaian Permanen, di Kemlagi, Mojokerto. Tahun depan tinggal melaksanakan saja,” terangnya.
Lebih lanjut Sasmito menuturkan, menerapkan tissue culture banyak member keuntungan. Prosesnya, cepat, tidak kenal musim dan waktu, kapanpun bisa dilakukan. Anggaran yang dikeluarkan untuk biayapun minim, sedangkan hasilnya maksimal. ”Bibit yang dihasilkan cukup banyak, kualitasnya juga cukup baik, dan secara teknis bibit hasil kuljar ini bebas dari penyakit,karena dilaksanakan secara aseptic,” papar dia.
Paling tidak terdapat 5 poin keuntungan yang bisa diperoleh memakai metode kuljar. Pertama, memperoleh bibit tanaman baru yang lebih baik. Kedua, proses yang dihasilkan lebih banyak, dalam waktu tidak terlalu lama (dengan anakan yang seragam). Ketiga, metodenya memperbanyak tanaman dengan sfat seperti induknya, dipastikan bisa meraih keberhasilan, keempat, pengembangan dengan teknik kuljar membuat tanaman bebas dari penyakit dan kelima dari segi dana penerapan pola kuljar secara ekonomis lebih murah, tetap secara komersial mampu menghasilkaan produk terbaik.
“Pola kuljar memang banyak memberi keuntungan. Selain, proses pengerjaannya cepat, pengembangan model ini juga relative lebih murah dan ekonomis,” pungkasnya. (hery)
Teks foto:
– Manager Persemaian Permanen, Pranoto tengah memperlihatkan bibit sengon.
– Kepala BPDAS Brantas Ir. Sasmitohadi, MSi.
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan