Surabaya, KabarGress.com – Pemprov Jatim meningkatkan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dengan tiga lebih (3L) yakni lebih murah harganya, lebih baik kualitasnya, dan lebih cepat distribusinya. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi semuanya, sehingga P3DN dapat ditingkatkan dengan baik. “Lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat menjadi strategi untuk mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri. Efisiensi dan kualitas barang juga harus dijaga. Kalau tidak lebih murah, lebih, cepat, dan lebih baik kualitasnya, kita akan kalah. Ini juga merupakan perlindungan konsumen,” ujar Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo saat menjadi narasumber Forum Komunikasi Menteri Perindustrian dengan Dunia Usaha dan Instansi Terkait bertema “Pembangunan Industri ke depan dan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)” di Grand City Convex Surabaya, Kamis (6/8) siang.
Ia mengatakan, peningkatan P3DN merupakan salah satu kebijakan strategis yang mampu mendorong pemberdayaan industri nasional. Upaya tersebut perlu dilakukan seiring terjadinya globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia yang membawa dinamika perubahan dan dampak cukup luas bagi perekonomian nasional, terutama dengan makin bebasnya aliran barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja. Selain 3L, peningkatan P3DN perlu dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia pembiayaan lebih murah dalam industri khususnya IKM dan UMKM, kemudian baru bisa menghasilkan daya saing yang lebih baik. “Tugas penting yang harus dilaksanakan adalah bagaimana pihak pemerintah mampu mendorong masyarakat untuk memiliki rasa cinta produk dalam negeri,” kata Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim.
Pada kesempatan yang sama, Pakde Karwo juga memaparkan kondisi perekonomian dan perindustrian di Jatim. Pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 5,22 persen di atas ekonomi nasional yang mencapai 4,70 persen. Industri berperan sebagai penyumbang PDRB Jatim, serta penting menjadi bagian strategi pasar yang baik di Jatim.
Di Jatim, industri tumbuh sebanyak 5,30 persen pada triwulan II tahun 2015. Kontribusi perindustrian dan perdagangan di Jatim mencapai 46,89 persen (industri 29,45 persen dan perdagangan, hotel dan restoran 17,44 persen) terhadap PDRB Jatim. Sedangkan kontribusi industri di Jatim mencapai 20,6 persen terhadap nasional. “Kita harus menjaga sektor industri sebagai penggerak ekonomi Jatim dan nasional. Industri menjadi bagian yang harus dimasukkan dalam strategi pasar. Oleh sebab itu, posisi perindustrian di Jatim mencapai 29,45 persen,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikannya, pembinaan industri kecil menengah (IKM) Jatim juga terus dilakukan secara paripurna mulai dari bahan baku, pengolahan, produk jadi, hingga pemasaran. Untuk bahan baku, pemerintah memberikan bantuan bahan baku (stimulant) kepada IKM).
Pada proses pengolahan terdapat pemberian bantuan alat, peningkatan kapasitas teknologi, bimbingan standarisasi (ISO, GMP), peningkatan kualitas SDM (pelatihan teknik dan manajerial), serta pendampingan). Untuk produk jadi, pemerintah memberikan perlindungan berupa HKI dan sertifikasi (sertifikat halal, batik mark, ataupun SNI).
Pada proses pemasaran, Pemprov Jatim memberikan pembinaan terhadap packaging dan pemberian barcode. Setelah itu, pemerintah juga memfasilitasi promosi dalam dan luar negeri, memberikan info pasar, temu bisnis yang dilakukan setiap tiga bulan sekali, serta pelatihan ekspor.
“Bimbingan teknis peningkatan keterampilan SDM pada aspek teknis dan manajemen produksi dilakukan. Begitu juga dengan pelatihan peningkatan pengetahuan teknologi produksi yang antara lain bahan baku, teknologi proses dan finishing produk,” imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian RI Saleh Husin mengatakan, Kementerian Perindustrian telah menyusun Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035 guna mengembangkan industri nasional. Dalam pembangunan industri tersebut terdapat visi yakni menjadi negara industri tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan; industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global, serta industri yang berbasis inovasi dan teknologi.
Menurutnya, strategi yang bisa ditempuh seperti mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam, pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi, meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pembangunan industri strategis, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, serta kerjasama internasional bidang industri.
Lebih lanjut disampaikannya, dalam RIPIN terdapat bangun industri nasional di dalamnya yang berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung dan industri hulu. Ketiganya memerlukan modal dasar berupa SDA, SDM, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. “Pembangunan industri juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif,” ujarnya.
Mengenai peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), pemerintah memiliki kebijakan melalui UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa pada pasal 97 produk dalam negeri wajib digunakan oleh penyedia barang/jasa yang menawarkan dengan nilai TKDN ditambah nilai bobot manfaat perusahaan (BMP) paling sedikit 40 persen.
Dalam rangka peningkatan P3DN terdapat beberapa proyek infrastruktur yang menggunakan P3DN seperti usaha hulu migas yang dikoordinasikan oleh SKK Migas dan dilakukan oleh Kontrak Karya Kerjasama (K3S) di bawah Kementerian ESDM, Pembangunan Power Plant dan Transmisi Energi, PT. PLN dan PT PGN di bawah Kementerian BUMN, Pembangunan infrasrtuktur jalan, bendungan, jembatan dan gedung perumahan di bawah Kementerian PU dan Perumahan Rakyat.
Ia berharap, melalui forum ini dapat dihasilkan program-program dan langkah aksi positif, tidak hanya mendukung kemajuan usaha, tetapi juga mendorong pertumbuhan, perkuatan dan peningkatan daya saing industri nasional.
Dalam kesempatan itu, Saleh Husin memaparkan kinerja sektor industri sampai dengan triwulan I Tahun 2015. Di tengah kondisi perekonomian yang masih belum stabil, industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,21 persen lebih besar dari pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2015 sebesar 4,71 persen.
Sementara itu, total ekspor bulan Mei 2015 sebesar US$ 45,42 miliar atau turun 6,74 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sedangkan total impornya sebesar US$ 46,25 persen atau turun 9,68 persen. Sampai dengan bulan Mei 2015 total neraca perdagangan adalah defisit sebesar US$ 821,5 juta. (hery)
Teks foto: Gubernur Jatim Soekarwo bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Waketum Kadin Bidang Konstruksi Bambang Sujagad.
More Stories
GUBERNUR PASTIKAN DPRD KOTA MALANG SENIN DEPAN DI PAW
PAKDE KARWO, NILAI SAKIP HARUS BERDAMPAK KEPUASAN MASYARAKAT
RAIH PENGHRAGAAN KEPALA DAERAH INOVATIF