02/06/2025

Jadikan yang Terdepan

Haji dan Pancasila: Menyatukan Nilai Keagamaan dan Kebangsaan

Setiap tahun, bangsa Indonesia memperingari Hari lahir Pancasila. Tepat di bulan Juni Ini seiring tahun Hijriyah di bulan Dhulhijah ini, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong menuju Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Jemaah haji bertemu dengan Muslim dari berbagai negara, suku, dan budaya, memupuk rasa persaudaraan sesama umat manusia tanpa memandang siapapun.

Ibadah ini bukan sekadar perjalanan fisik–meskipun stamina fisik sangat dominan–, namun sebuah transformasi spiritual tanpa batas, bersujud kepada Sang Maha Perkasa, Alloh SWT. Dari sudut pandang sebagai bangsa Indonesia, Jamaah memiliki Pancasila, dasar negara, pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Ada wacana menggelitik dari sejumlah teman: Ibadah haji dan peringatan Pancasila adalah dua yang berbeda tetapi dapat saling merajut nilai-nilai luhur untuk masa depan dan kemajuan bangsa.

Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan bagi yang mampu atau ‘dimampukan’ (dalam kondisi apapun). Lebih dari sekadar ritual. Haji mengajarkan banyak hal. Di hadapan Ka’bah, jemaah mengenakan pakaian ihram yang seragam, menghapus segala perbedaan status sosial, pangkat, dan kekayaan. Ini adalah manifestasi nyata dari nilai Persatuan yang juga diemban dalam nilai nilai Pancasila.

Perjalanan haji penuh tantangan, membutuhkan kesabaran dan ketabahan yang sangat luar biasa. Ini seiring perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai cobaan, saat ini.

Tanggal 1 Juni memperingati Hari Lahir Pancasila. Ideologi negara yang mempersatukan keberagaman Indonesia. Cerminan nilai-nilai luhur bangsa. Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjunjung tinggi martabat manusia. Persatuan Indonesia, fondasi utama keberagaman kita. Kerakyatan pentingnya musyawarah dan demokrasi. Keadilan Sosial tujuan bangsa Indonesia.

Kendati berbeda konteks, nilai-nilai dalam ibadah haji dan Pancasila memiliki benang merah yang sangat kuat. Kesabaran dan ketabahan dari haji membentuk karakter individu yang kuat. Ujungnya memperkuat karakter bangsa. Haji mengajarkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab. Harapannya dan tuntutannya seperti itu. Menjadi manusia seutuhnya, mabrur.

Nilai-nilai pribadi itu menjadi modal besar dalam mewujudkan cita-cita Pancasila. Haji bukan hanya membawa manfaat spiritual namun juga memiliki potensi berkontribusi pada penguatan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila. Merajut kedua nilai ini berarti membangun fondasi yang kokoh bagi masa depan Indonesia.

Haji dan Pancasila, dua pilar penting dalam kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia. Saling melengkapi dan memperkaya. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, adalah modal introspeksi dan kontribusi memperkuat kemajuan bangsa.
Kementerian Agama menyebut kuota haji Indonesia untuk tahun 2025 adalah 221.000 jemaah, yang terdiri dari 203.320 jemaah haji reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Bayangkan jika jumlah jemaah haji tersebut memahami kedua pilar penting selepas menyandang Haji Mabrur, maka membantu beban berat pemerintah dalam upaya membangun di bidang spritual saat ini. Mengurangi susah payah Pemerintah, karena tiap tahun ada program pemberangkatan haji dengan jumlah kuota ribuan. Muga Jemaah Haji 2025 menjadi pribadi maqbul dan mabrur. Selamat untuk Pancasila.

Tulisan kolaborasi: Imam Nasrullah (Wakil Ketua DPRD Kab. Ngawi), Sugiharto (Praktisi swasta dan akademisi), Enni Aslihatul Kirom (Pendidik MTs.N 3 Ngawi)–Mekah, 1 Juni 2025