08/05/2025

Jadikan yang Terdepan

POLITIK MERANG KUL : ROLE MODEL GUS NURKHOLIS

GUS NURKHOLIS
Surabaya , KabarGress.com – PETA politik Jawa Timur berlangsung dinamis , penuh tantangan, kehadiran figur karismatik seperti Gus Nur menjadi oase segar. Lewat pendekatan “politik merangkul”, Gus Nur tidak hanya mengusung semangat inklusif, tetapi juga menjadi simbol transformasi dan kebangkitan Hanura di Povinsi strategis ini. Gus karismatik ini hadir bukan hanya sebagai politisi, tetapi sebagai pendidik politik yang menyemai harapan melalui gaya komunikasi yang santun dan berkarakter.

Hanura Jawa Timur kedepan membutuhkan sosok teladan yang mampu menyatukan semangat kader, menggerakkan akar rumput, dan menumbuhkan kembali kepercayaan publik terhadap partai. Gus Nur, dengan kharisma kultural dan kekuatan komunikasi publiknya, tampil sebagai role model ideal. Ia tidak datang dengan narasi konfrontatif, melainkan dengan pendekatan yang mendekap, menggugah, dan membangkitkan semangat gotong royong politik.

Menurut Gus Nur terdapat tiga pondasi utama harus menjadi landasan utama kader Hanura Jatim: public speaking yang kuat, sikap santun dalam komunikasi politik, dan bahasa tubuh yang berkarakter. Ini bukan sekedar keterampilan, melainkan strategi membangun simpati publik dan membentuk citra partai yang modern namun tetap membumi. Publik hari ini haus akan figur yang berbicara jelas, berisi, dan membangun, bukan yang hanya mengumbar retorika.

Public speaking yang ditekankan Gus Nur bukan hanya soal pidato politik. Ini adalah seni menyampaikan gagasan dengan hati, membentuk ikatan emosi dengan massa, dan mempengaruhi opini dengan etika. Ia berbicara seperti sahabat, mengajak rakyat berdialog, bukan menggurui. Inilah keunggulan yang harus diteladani oleh seluruh kader Hanura di Jawa Timur.

Politik santun menjadi napas utama dalam gaya Gus Nur. Dia menghindari polarisasi, dan lebih memilih pendekatan kultural yang menghormati semua pihak. Dalam situasi politik yang kerap memanas, keteduhan semacam ini adalah penyejuk. Santun bukan berarti lemah, melainkan kuat dengan cara elegan.

Bahasa tubuh atau body language pun menjadi kekuatan tersendiri. Gus Nur menunjukkan bahwa politik bukan hanya soal apa yang dikatakan, tapi bagaimana cara mengatakannya. Sikap tubuh yang terbuka, senyum yang tulus, serta kontak mata yang hangat, mampu menciptakan ikatan psikologis yang kuat antara pemimpin dan rakyat. Hanura harus mengadopsi pendekatan ini jika ingin kembali merebut hati masyarakat.

Transformasi Hanura Jatim tidak bisa hanya mengandalkan mesin partai. Dibutuhkan figur yang bisa menjadi wajah baru, yang membawa narasi perubahan tanpa meninggalkan akar tradisi. Gus Nur, berlatar belakang pesantren , tentunya pemahaman sosial keislamannya kuat, hingga mampu menjembatani aspirasi kaum tradisionalis dan generasi milenial dengan apik.

Kehadiran Gus Nur juga memberi pesan penting: bahwa politik bisa dijalani dengan akhlak. Bahwa kekuasaan tidak harus diraih dengan caci maki, tetapi melalui kerja keras, keikhlasan, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Nilai-nilai inilah yang harus menjadi jiwa dari gerakan Hanura Bangkit, Jaya, Menang.

Kader Hanura di Jawa Timur harus mengambil pelajaran dari gaya Gus Nur. Latih public speaking yang terstruktur dan menyentuh, biasakan komunikasi yang santun namun tegas, serta bangun citra melalui bahasa tubuh yang meyakinkan. Kampanye bukan hanya soal baliho dan jargon, tetapi soal membentuk kesan dan koneksi emosional.

Dalam setiap langkahnya, Gus Nur membawa energi positif. Ia tidak membangun sekat antara dirinya dan rakyat. Ia hadir di tengah masyarakat, mendengarkan keluhan mereka, memberikan solusi, dan memotivasi untuk tidak menyerah. Ini adalah gaya kepemimpinan yang inklusif, adaptif, dan visioner ,tepat di era politik kekinian.

Hanura Jatim membutuhkan arah baru, dan arah itu bisa dimulai dari mencontoh pola kepemimpinan Gus Nur. Sebuah politik yang membumi, spiritual, dan komunikatif. Ia menyadari bahwa kunci kemenangan bukan hanya logistik, tapi loyalitas rakyat yang tumbuh karena kedekatan dan ketulusan.

Di tengah kompleksitas tantangan, Gus Nur menawarkan alternatif: politik nilai. Ia mengajak kita untuk kembali pada akar perjuangan partai, yaitu keberpihakan pada keadilan, kepedulian sosial, dan integritas. Jika ini dijadikan identitas baru Hanura Jatim, maka kepercayaan publik akan tumbuh kembali.

Semangat “Hanura Bangkit, Jaya, Menang” tidak akan lahir dari slogan semata. Ia tumbuh dari gerakan yang nyata, dari wajah-wajah kader yang tulus, dan dari strategi yang berpihak kepada rakyat. Gus Nur menunjukkan bahwa kemenangan bisa diraih dengan cara yang beradab dan bermartabat.

Kini saatnya Hanura Jatim menjadikan Gus Nur bukan hanya sebagai ikon, tetapi sebagai inspirasi gerakan. Mari kita bangkit bersama, menyusun strategi politik merangkul, dan menatap masa depan dengan percaya diri. Karena kemenangan bukan hanya tentang angka suara, tetapi tentang makna perjuangan yang dirasakan oleh rakyat.

– ( Hery Bangkit )-