Surabaya, kabargress.com – Berbagai upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan gerakan stop buang air besar sembarangan (SBS) akhirnya membuahkan hasil membanggakan. Kini seluruh desa dan kelurahan di Jawa Timur telah bebas dari praktik buang air besar sembarangan atau 100 persen Open Defecation Free (ODF).
Hal itu disampaikan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono di Gedung Negara Grahadi, Rabu (6/11/24). Pihaknya menegaskan bahwa sesuai target per 2024, Jawa Timur telah bebas dari praktik buang air besar sembarangan.
“Alhamdulillah upaya yang kita lakukan secara sinergis dengan sejumlah pihak telah menghasilkan Jawa Timur 100 persen ODF. Ini menjadi suatu capaian dimana Jawa Timur sangat on the track dan terukur dalam upaya mewujudkan sanitasi yang baik sebagai program prioritas program pembangunan kesehatan masyarakat,” tegas Adhy.
Lebih lanjut, Pj Gubernur Adhy menambahkan terwujudnya kondisi ini tak lain juga berkat sejalannya komitmen pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan 100 Persen Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Tahun 2024. Pada Maret 2024, delapan kepala daerah di Jawa Timur telah menandatangani komitmen bersama untuk mewujudkan desa dan kelurahan di daerah mereka bebas SBS. Saat itu, masih ada 664 desa/kelurahan yang warganya masih buang air besar sembarangan (BABS).
“Kami berterima kasih bahwa komitmen yang kita teken bersama bukan hanya sekedar seremoni tapi diikuti dengan tindakan nyata sehingga Jatim 100 Persen ODF akhirnya bisa terwujud,” tegasnya.
Ditegaskan Adhy, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui program Jatim Akses berkomitmen penuh memberikan akses air bersih dan sanitasi bagi masyarakat Jatim. Hal ini sejalan dengan Pilar ke 6 Sustainable Development Goals (SDG’s) 2030 yakni menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk semua.
“Dalam lima tahun ini beberapa program rutin kita laksanakan seperti Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan Penanganan Kawasan Kota Kumuh Perkotaan yang memang kita dorong untuk memastikan masyarakat memiliki infrastruktur sanitasi,” ujarnya.
Selain itu, Pj Gubernur Adhy juga menegaskan bahwa setelah infrastruktur terwujud yang harus dijaga ke depan adalah perilaku masyarakat. Sebab seringnya gerakan SBS terkendala perilaku kultur dan mindset masyarakat.
“Artinya diperlukan kolaborasi dan sinergi tidak hanya dalam membangun infrastruktur sanitasi yang layak, tapi juga sangat dibutuhkan komitmen dan kesadaran masyarakat untuk tidak SBS lagi ke depannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Asta Triyono menyampaikan sanitasi yang baik dan layak memang harus dijaga dan diwujudkan karena jika tidak akan berdampak besar dalam permasalahan kesehatan.
“Selama ini kelompok penyakit keganasan, kelompok penyakit metabolik, dan kelompok penyakit infeksi. Ketiganya merupakan tiga besar penyakit yang paling banyak ditangani di rumah sakit. Dan ketiganya membutuhkan anggaran JKN yang sangat besar,” ujarnya.
Ketiganya juga berkaitan dengan permasalahan sanitasi Oleh karena itu, upaya kuratif harus diimbangi dengan upaya preventif dan promotif sebagai pencegahan, salah satunya melalui dengan SBS.
“Begitu sanitasi dan kita bagus, SBS telah mencapai 100% diharapkan benar-benar menurunkan angka infeksi di masyarakat,” pungkasnya. (Ci)
More Stories
Kampanye #Akuinvestorsaham, BEI Dorong Santri dan Mahasiswa di Jawa Timur Menjadi Investor Baru di Pasar Modal
Pasar Modal Indonesia Selenggarakan CMSE 2024: #AkuInvestorSaham 7 November 2024
Smartfren Perkenalkan Unlimited Suka-Suka, Internetan Bebas Khawatir, Bebas Pilih, Pasti Nyaman