Surabaya, kabargress.com – Polemik temuan foto Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri (FB) dengan Mantan Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo (SYL) memicu kontraversial.
Hebohnya berita tentang foto pertemuan kedua tokoh yang terjadi Maret 2022 itu, telah mengalihkan berita ditemukannya uang sebanyak 30 milliar dan 12 senjata api di rumah dinas Mentan.
Heboh berita temuan uang dan senjata api ini tenggelam dengan munculnya foto FB bersama SYL yang diangkat dan terus menerus disorot seakan terjadi transaksi dagang sapi yang melukai hati masyarakat yang merindukan pemberantasan korupsi.
Salah satu akademisi dari UP 45 Jogjakarta, Dr. Th Dewi Setyorini mengaku mencermati foto-foto yang beredar di media online tentang pertemuan FB dan SYL di lapangan badminton dan ragam pemberitaan yang menyertainya.
“Jika menelisik lebih dalam dari bahasa tubuh keduanya, maka pembicaraan tersebut dilakukan dengan sikap FB yang menjaga jarak,” ujar Dewi yang juga seorang Psikolog tersebut.
Masifnya pemberitaan tersebut, pada akhirnya membuat FB buka suara bahwa pertemuan tersebut terjadi Maret 2022 jauh sebelum SYL diperkarakan.
Bukti pertemuan dan apa yang dibicarakan pun sudah dikonfirmasi oleh mantan atlet badminton Edy Hartono (EH) yang turut menyaksikan peristiwa tersebut.Ada dua foto yang beredar.
Satu yang paling banyak adalah FB dan SYL berada pada satu frame, sedangkan foto kedua FB, SYL, dan satu orang lagi dalam frame yang sama.
Dengan data terbatas semata melihat frame foto yang beredar luas antara FB dan SYL, dan mengacu pendapat Edward Hall peneliti bidang ruang personal dan komunikasi non verbal, kata dia, ada beberapa point yang menarik untuk dikaji.
Ruang personal adalah mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Ruang personal ini merupakan ruang psikologis demi menjaga tingkat kenyamanan seseorang, bukan sebuah pagar yang secara fisik ada.
Namun suatu pembatas yang dinamis yang selalu dibawa kemana orang itu pergi. Ruang personal ini tidak bisa diintervensi tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.
Semakin jauh jarak personal diantara dua orang, maka relasi yang terbangun juga tidak dekat atau intim.
Berdasar pada pendapat Edward Hall tersebut, maka ruang personal antara FB dan SYL terlihat berjarak, hal itu menunjukkan bahwa ada batas personal imajiner yang dibangun FB yang tidak memberikan ruang bagi SYL untuk masuk dalam ranah personal yang lebih dekat.
“Ini menunjukkan bahwa relasi keduanya tidak akrab. Fakta yang berasal dari frame foto ini jelas menunjukkan bahwa diantara keduanya tidak ada hubungan privacy yang hanya keduanya yang dapat memahami,” kata dia lagi.
Dewi juga mengulik pemberitaan di Okezone pada 7 Oktober 2023 yang menuliskan bahwa SYL dicuekin FB sehingga pulang tanpa pamit.
Karena beberapa kali FB tetap melanjutkan permainannya dengan lawan main badminton. Dewi mencermati lebih dalam di frame yang hanya mereka berdua, tidak ada kesan intimidasi atau raut wajah yang menekan dari FB.
Saat didalami apa yang menjadi bahasan keduanya saat duduk berdekatan, terkonfirmasi membahas minyak goreng. Entah mana yang benar.
Mungkin jika FB tidak berada dalam titik pemberitaan yang saat ini beredar luas, kata dia, foto keduanya tidak akan menimbulkan multi tafsir.
Mengutip Kompas.com pada tanggal 06 Oktober 2023, deretan kontroversi FB bahkan sudah dimulai dari sejak pengangkatannya.
Tingginya harapan masyarakat terhadap komitmen negara dalam memberantas korupsi ditengarai seakan berjalan di tempat sejak FB menjadi ketuanya.
Pertemuan dua orang pejabat tentunya bukan sesuatu yang tabu. Menjadi persoalan ketika kemudian seorang diantaranya berada di pusaran sebuah kasus yang menyita perhatian banyak orang.
Sialnya, di tahun politik dimana semua sedang mencari celah untuk saling menjatuhkan. “Tak bisa diabaikan bahwa posisi SYL sebagai menteri dari Partai Nasdem yang mengusung Capres dan Cawapres AMIN (Anies dan Muhaimin) dipandang sebagai pihak yang terzolimi,” ujarnya.
Bila berita tentang foto ini diangkat terus menerus, tentu akan menjadi pemberitaan yang sangat massif. Sebaliknya persoalan temuan uang 30 milliar dan 12 senjata justru menjadi sebuah fakta yang diabaikan dan terselamurkan oleh foto FB dan SYL.
“Inilah kekuatan media social yang begitu mudah bisa dikulik dan disodorkan menjadi sebuah realita yang sulit dibantah,” ujarnya.
Menurutnya, pemberitaan yang terkesan berat sebelah dan mengaburkan fakta lain ini yang jauh lebih penting menjadi sebuah tendensi yang saat ini terjadi.
“Ada kekhawatiran bahwa sebagai masyarakat, kita mudah terbawa dalam arus pemberitaan yang acap kali tendensius. Frame berita yang tidak komplit akan menggiring opini yang tidak sehat,” kata dia lagi.
Pihaknya berharap, temuan 30 milliar dan 12 senjata senpi tidak boleh dipinggirkan karena foto keduanya di lapangan badminton.
Harapan masyarakat atas tegaknya KPK di tangan FB menjadi sebuah pertanggungjawaban FB terhadap sinisme masyarakat.
Firli Bahuri, kata dia bertanggung jawab untuk menuntaskan dan membersihkan nama baiknya demi harga diri yang dipertaruhkan.
Ia harus membuktikan komitmennya di tengah pusaran berita yang terus menerus menderanya. Kontroversi demi kontroversi perlu disudahi dengan berjalan pada koridor yang benar.
Situasi mulai panas, tak sejogjanya bermain-main dengan permainan yang menimbulkan syak wasangka. Pada akhirnya saat semuanya sudah dirampas, hanya harga diri yang kita pertaruhkan. Dengannya kita akan tetap berjalan dengan kepala tegak.
Momen ini, menurut Dewi, merupakan saat bagi FB untuk menunjukkan komitmen dan keseriusannya menjalankan marwah KPK untuk tegaknya tata kelola pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Tekanan demi tekanan, dan goncangan bahkan badai yang menerpa semua tak luput dari panasnya politik menjelang Pilihan Presiden. “Semoga KPK tetap tegak dalam semua ujian ini,” ujarnya. (R)
Teks foto: Dr. Th Dewi Setyorini
More Stories
Dankor Brimob Komjen Pol. Imam Widodo: Brimob Harus Kuasai Permasalahan Poleksosbud!
Badilum Pembinaan Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Negeri di Wilayah Jawa Timur
Dahlan Iskan Hadir Sarasehan Interaktif Ditjen Badilum