25/11/2024

Jadikan yang Terdepan

Islam Punya Aturan Atasi Masalah Tawuran

Oleh Irma Faryanti
Member Akademi Menulis Kreatif

Pemandangan tidak biasa terjadi di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sejumlah pelajar duduk bersimpuh dan menangis di hadapan orang tuanya, ketika tertangkap basah akan melakukan tawuran pada hari Sabtu lalu. Mereka menangis dan menyesali perbuatannya. Ipda Agung Taufan selaku Panit Lantas menyatakan bahwa pihaknya telah mengamankan 20 orang siswa, 5 diantaranya tengah diselidiki lebih lanjut karena membawa senjata tajam. Sementara 15 lainnya diperbolehkan pulang setelah berjanji di hadapan orang tuanya untuk tidak melakukan hal serupa. (Beritasatu.com, Minggu 23 Juli 2023)

Orang tua para siswa yang umumnya duduk di kelas 1 SMK ini mengaku kaget setelah mendapat panggilan dari pihak kepolisian terkait perilaku anak-anak mereka. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang wali murid yang sempat syok dengan peristiwa di atas. Ia berharap pertemuan pelajar dengan orang tuanya ini mampu memberi efek jera agar mereka tidak melakukan hal yang sama di kemudian hari.

Di tempat lain, tepatnya di kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten. Polisi juga mengamankan 69 pelajar dari dua sekolah yang diduga akan melakukan tawuran di hari pertama masuk sekolah. Hal yang sama terjadi seperti kasus di Bogor, para siswa tersebut pun menangis ketika dipertemukan dengan orang tua masing-masing dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polresta Tangerang, Kompol Kosasih menyatakan bahwa tertangkapnya 69 pelajar tersebut didasarkan atas pantauan patroli siber yang berhasil mendapatkan akun yang memperlihatkan sekelompok siswa yang membuat janji tawuran. Berkat aksi cepat pihak kepolisian, mereka berhasil diamankan di daerah Olek dan Tobat. Para pelajar mengaku diajak oleh alumni dan kakak seniornya, agar dapat diajak masuk ke dalam kelompok mereka. Awalnya mereka diajak berkonvoi untuk mencari lawan dari sekolah lain.

Kosasih juga menduga adanya proses perekrutan yang dilakukan oleh para senior agar bisa masuk ke dalam kelompok mereka. Secara tidak langsung menyiratkan adanya regenerasi untuk melanjutkan tradisi tawuran. Petugas baru mengamankan bendera komunitas saja, sementara senjata tajam masih dalam proses penyisiran di tempat mereka berkumpul.

Peristiwa tawuran bukan hanya terjadi kali ini, dan bukan hanya disebabkan oleh jiwa muda yang tengah bergejolak. Perilaku tersebut tidak bisa dilepaskan dari sekularisme yang saat ini diterapkan dan telah mengakar dalam diri para pemuda. Mereka menjadi pribadi yang kehilangan visi akhirat, prinsip halal haram tidak lagi menjadi penuntun tingkah lakunya.

Inilah buah dari diterapkannya kapitalisme sekular. Sistem ini hanya menjadikan fokus pendidikan sebatas pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas, sementara pembinaan kepribadian tidak diprioritaskan. Nilai agama hanya dijadikan bahan pelajaran yang diberikan dalam porsi yang sangat minim. Pada waktu yang sama mereka digiring pada pola pikir materialistis yang menjadikan kebahagiaan materi di atas segalanya. Tidak heran jika mereka berlomba meraih sukses dengan mengejar kesenangan duniawi.

Tidak heran jika output pendidikan dalam sebuah negara kapitalis tidak menghasilkan generasi yang berkepribadian tangguh. Mereka terpedaya ide kebebasan sehingga berperilaku semaunya, terjebak pergaulan bebas, narkoba termasuk bersikap sok jagoan melakukan tawuran. Semakin maraknya kasus yang terjadi menunjukkan tidak adanya ketegasan dari sisi penguasa dalam menanganinya. Sanksi yang selama ini diberlakukan nyatanya tidak memberi efek jera pada para pelaku.

Dari fakta di atas jelas bahwa kapitalis telah gagal dalam mengatasi permasalahan kehidupan, salah satunya tawuran. Untuk itu perlu ada sistem lain yang dapat memberi solusi bagi seluruh problematika manusia. Dalam hal ini, Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam menanganinya, yaitu dengan menegakkan akidah Islam sebagai asas/landasan keimanan. Output pendidikan juga akan menghasilkan pemuda bervisi akhirat yang juga cakap dalam ilmu pengetahuan, memiliki ketaatan total kepada Allah Swt. dan memahami betul visi dakwah dan jihad. Mereka lah generasi yang siap berkontribusi untuk kebangkitan umat.

Keutamaan kedudukan mereka digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam HR Bukhari, yang berbunyi:
“Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, yaitu imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, …”

Sanksi yang ditetapkan pun akan tegas diberlakukan kepada pelaku, untuk memberi efek jera dan menyadarkan mereka agar lebih menghargai nyawa sesama. Terlebih hukuman yang ditetapkan akibat menghilangkan nyawa manusia telah sangat jelas yaitu qisas. Sayangnya, ketentuan ini baru bisa berlaku ketika syariat diterapkan secara sempurna di setiap aspek kehidupan dalam naungan sebuah kepemimpinan Islam. Pelaksanaannya menjadi hal mendesak yang tidak dapat ditawar lagi. Wallahu a’lam Bishawwab