Surabaya – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur yaitu Budi Hanoto bersama dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parwansa telah menyelenggarakan Refleksi Akhir Tahun 2021 dalam kerangka Optimis Jatim Bangkit untuk upaya pengendalian inflasi dan pemulihan ekonomi berkelanjutan menyongsong tahun 2022, di Ruang Singosari, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur.
Dalam penyelenggaraan tersebut, beberapa catatan pencapaian tahun 2021 diutarakan yang merupakan wujud kerja keras dalam menghadapi tantangan di tengah pandemi Covid 19 dan bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2021.
Dalam penyampaian pemaparannya, Budi Hanoto menekankan pada kondisi permintaan yang berangsur membaik seiring dengan vaksinasi, konsistensi penerapan protokol kesehatan serta kolaborasi dan sinergi, mampu meningkatkan confidence masyarakat dalam beraktivitas. Peningkatan permintaan dan confidence masyarakat tercermin dari pencapaian kinerja inflasi Jawa Timur pada November 2021 sebesar 2,22% (yoy), yang sekaligus sudah berada dalam kisaran sasaran inflasi 3% ± 1% tahun 2021.
Khofifah Indar Parawansa menambahkan bahwa kondisi pandemi Covid 19 di Jawa Timur terkendali dan melandai, dengan 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur telah memasuki risiko rendah/zona kuning. Untuk itu, diharapkan masyarakat untuk tidak lengah dan senantiasa menjaga protokol kesehatan Covid 19 serta capaian target vaksinasi akan terus ditingkatkan, ditengah upaya Provinsi Jatim untuk meningkatkan akses transportasi dalam rangka menambah koneksitas di Jawa Timur.
Sejalan dengan itu, tantangan disparitas harga antar daerah serta pengendalian inflasi akan tetap difokuskan pada 4K, yaitu: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan implementasi Komunikasi yang Efektif.
Pada kesempatan yang sama, Kepala OJK Regional bersama BPS Jawa Timur turut menyampaikan harapan positif terhadap Optimis Jatim Bangkit ditahun 2022 dalam hal pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Langkah strategis OJK dalam meningkatkan kapasitas produksi pertanian dan sumber daya lainnya melalui media akses pembiayaan akan dioptimalkan, antara lain melalui pemilihan skema pembiayaan yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki Jawa Timur.
Senada dengan hal tersebut, BPS mengutarakan bahwa peningkatan value added dari produksi komoditas yang dihasilkan di Jawa Timur harus ditingkatkan dan didukung agar dapat memacu pergerakan ekonomi menjadi lebih baik.
Selanjutnya, jurus-jurus pengendalian inflasi dari beberapa wilayah disampaikan antara lain dari Kabupaten Mojokerto dan Kota Malang, agar dapat menginspirasi strategi pengendalian inflasi di wilayah lainnya. Pemanfaatan fasilitas digital dalam pengendalian harga yang dilakukan kedua wilayah tersebut akan memberikan kemudahan bagi pemangku kebijakan dalam memantau perkembangan harga, selain manfaat lainnya dalam akselerasi proses produksi komoditas hasil pertanian dan lain-lain. Optimalisasi potensi kerjasama antar daerah juga merupakan simpul utama dalam menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan antar daerah.
Acara tersebut ditutup dengan penyampaian strategi dari pimpinan daerah Jawa Timur dan Bank Indonesia Jawa Timur untuk mengoptimalkan lumbung pangan nusantara, digital farming, memperkuat sektor hilir sehingga hasil produksi dapat lebih mudah dipasarkan dan disalurkan, fungsi rumah kurasi dari Bank Indonesia yang dimaksimalkan, pemanfaatan infrastruktur waduk untuk kemudahan pendukung produksi sumber daya alam serta peningkatan kreativitas dan inovasi untuk menjadi tempat rekreasi baru.
Pembangunan dermaga-dermaga baru juga diharapkan dapat mendorong konektivitas antar kota dan antar provinsi sehingga dapat mempermudah pergerakan dan menambah nilai ekonomi pada sektor-sektor ekonomi berskala sedang. (*/Ro)
More Stories
Raperda APBD Jatim 2025 Resmi Disetujui, Pj Gubernur Adhy Pastikan Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Jadi Prioritas
Peringatan HKN 2024, Pj. Gubernur Jatim Komitmen Tingkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
SIAP MENANGKAN PILKADA PDIP GELAR PELATIHAN SAKSI