- Konsultan Bedah Saraf Tulang Belakang RSU Bunda – Jakarta
- Ketua Umum PERSPEBSI Cabang Jakarta
BERITA tentang seorang selebritis meninggal setelah menderita spinal cord injury (cedera saraf tulang belakang) membuat banyak orang menjadi ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi jika seseorang mengalami cedera saraf jenis ini. Apakah kejadian ini memang dapat menyebabkan kematian? Apa saja yang terjadi? Bagaiman cara mencegahnya? Apa pengobatannya? Inilah yang ingin penulis jelas kan dibawh ini.
Pemahaman tentang Sistem Saraf
Jaringan sistem saraf membawa informasi dalam bentuk impuls listrik saraf ke dan dari seluruh tubuh dan mengatur semua aktivitas tubuh. Unit dasar sistem saraf adalah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel, akson dan dendrit. Selain otak, sumsum tulang belakang sebagai bagian terpenting jaringan dalam sistem saraf dan disebut sistem saraf pusat (SSP). Selain SSP, system saraf yang lain disebut system saraf perifer (diluar saraf di otak dan sumsum tulang belakang).
Jalur saraf di dalam saraf tulang belakang
Ada dua sistem utama yang beroperasi untuk menyampaikan informasi dari otak ke tubuh dan sebaliknya yang melalui sumsum tulang belakang. Jalur pertama adalah jalur keluar (eferen) mengirimkan perintah dari otak ke tubuh untuk mengendalikan otot gerak (jalur motorik) dan jalur otonom yang bertugas mengendalikan jantung, usus, dan organ lainnya. Jalur kedua, disebut jalur aferen / jalur masuk atau jalur sensorik akan mengirimkan informasi dari luar melalui kulit, otot, dan organ lainnya ke otak (jalur sensorik). Ini semua di sumsum tulang belakang dibentuk oleh lebih dari 20 juta akson, yang tersusun dalam jalur / traktus spinalis yang keluar dan masuk otak.
Setiap segmen dalam sumsum tulang belakang terdiri dari segmen (berturut-turut dari atas ke bawah), adalah segmen servikal (setinggi daerah leher), segmen totakal (setinggi daerah dada), segmen lumbal (setinggi daerah pinggang) dan segmen sakral (setinggi daerah panggul). Mereka tampak secara anatomi, walau terlihat kecil, dari setiap segmen itu dan terhubung ke daerah tertentu dari tubuh. Segmen daerah servikal mengontrol saraf ked an dari leher, lengan, dan tangan. Saraf di daerah torakal mengontrol saraf ked an dari daerah dada depan dan belakang serta isinyaSaraf di daerah segmen lumbal mengontrol saraf ke dan dari daerah pinggul dan kaki. Saraf dari segmen sakral mengontrol daerah ked an dari jari kaki dan beberapa bagian kaki.
Cedera Saraf Tulang Belakang (Spinal Cord Injury)
Cedera saraf tulang belakang merupakan cedera pada tulang belakang baik langsung (kecelakaan ataupun jatuh) maupun tidak langsung (infeksi bakteri atau virus) yang dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian (definisi dari Perhimpunan PERDOSSI, 2006). Price tahun 2003, menyatakan bahwa cedera tulang belakang dapat mengakibatkan terjadinya paralisis, paraplegia, depresi refleks neurologis, edema dan hipoksia jaringan.
Kasus cedera saraf tulang belakang jumlahnya tidak sebanyak cedera pada otak. Tidak ada data global yang persis berpa banyak orang yang memiliki cedera ini (akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh atau luka tusuk atau tembak). Namun data nasional dan regional di dunia berkisar antar 300 – 1300 orang yang mempunyai cedera saraf tulang belakang diantara 1 juta penduduk. Jika mengacu pada angka ini, walau data di Indonesia belum ada, diperkirakan ada sekitar 200.000 orang yang menderita cedera saraf tulang belakang di Indonesia.
Ada 2 kerusakan akibat cedera saraf tulang belakang:
- Kerusakan Langsung akibat Benturan atau Penekanan (Kerusakan primer)
Cedera pada saraf tulang belakang biasanya terjadi akibat trauma pada tulang belakang mulai dari leher / servikal sampai tulang belakang sakral. Tulang yang retak atau patah akan menekan sumsum tulang belakang atau bahkan merobeknya. Cedera saraf tulang belakang dapat saja terjadi tanpa patah tulang belakang yang jelas, namun sebaliknya seseorang bisa saja mengalami patah tulang belakang tanpa terjadi cedera tulang belakang. Namun, pada sebagian besar cedera saraf tulang belakang, sumsum tulang belakang tertekan atau robek. Sedangkan berat ringannya kerusakan saraf tergantung pada kekuatan penekanan saraf oleh tulang belakangnya, keras ringannya energy yang menghantam, dan lamanya penekanan atau lamanya pertolongan.
2 Kerusakan Tambahan / Ikutan / sekunder
Kerusakan sekunder dapat terjadi akibat terus berlangsungnya keruskaan primer karena kurang cepatnya pertolongan atau tidak tepatnya pertolongan.. Sehingga kerusakan yang seharusnya lebih ringan, menjadi lebih berat atau menjadi permanen dibandingkan kerusakan langsung di awal cedera/benturan. Karena begitu banyak kerusakan yang muncul setelah cedera awal, maka menjadi penting proses-proses kecepatan dan ketepatan penanganan untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi saraf sensorik, motoric dan otonom. Dalam beberapa menit setelah kecelakaaan atau cedera, jika tidak segera ditangani, menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen yang tidak cukup ke sel saraf, dan sel sarf akhirnya mati permanen. Ketika sel saraf di sumsum tulang belakang, akson, atau astrosit cedera, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, bahkan akan bisa merusak dirinya sendiri (self-destruction) akibat memproduksi bahan kimia beracun yang disebut zat radikal bebas.
Akibat Lanjut Cedera Saraf Tulang belakang
Seperti diketahui, sel saraf pusat (yang ada di sumsum tulang belakang) jika mati tidak bisa berregenerasi (tidak bisa digantikan sel baru). Karenanya yang muncul adalah kondisi kerusakan yang kompleks dan makin memburuk. Sehingga jika sel saraf di sumsum tulang belakang mati (mati langsung atau mati akibat lambat atau salahnya penanganan) akan menyebabkan fungsi-fungsi saraf sensorik (rasa, nyeri) hilang. Demikian juga fungsi saraf motorik (gerak) juga bisa hilang sehingga lengan dan tangan atau tungkai dan kaki menjadi lemah bahkan lumpuh (jika 4 alat gerak lumpuh disebut tetraplegia, jika hanya kedua kaki yang lumpuh disebut paraplegia). Jika saraf otonom yang rusak, maka konsekuensinya bisa terjadi gangguan buang air kecil atau buang air besar, suhu tubuh, tekanan darah dan sistem sirkualasi darah bahkan pada laki-laki bisa menyebabkan alat vitalnya tidak bisa ereksi. Beberapa akson di sel saraf mungkin tetap utuh, dan masih mampu membawa sinyal ke atas atau ke bawah sumsum tulang belakang, tetapi karena jumlahnya mungkin terlalu sedikit tidak mampu untuk menjalankan fungsi saraf dengan normal. Orang dengan cedera di atas tulang leher bagian atas bahkan memerlukan alat bantu nafas (ventilator) untuk tetap bisa bernapas.
Akibat tambahan dari cedera saraf tulang belakang bisa berlanjut menyedihkan : Cedera tulang Terlalu lama berbaring karena lumpuh akan menyebabkan luka akibat tubuh menekan alas tidur atau disebut decubitus, juga mudah terkan infeksi (biasanya sistem paru-paru dan dan saluran kencing) . Bahkan pada beberapa kasus bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam nyawa.
Bagaimana cedera saraf tulang belakang didiagnosis?
Pada fase akut, dokter akan memastikan terlebih dahulu apakh cedera saraf tulang belakang tidak memengaruhi pernapasan atau detak jantung yang berakibat dapat menyebabkan kematian cepat..
Selanjutnya, untuk menilai seberapa baik kondisi fungsi saraf tulang belakang, akan dilakukan pemeriksaan :
a. Fungsi sensorik, atau kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, atau rasa di kulit
b. Fungsi motorik, atau kemampuan untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh lengan dan tangan sampai jari-jari tangan, dan tungkai, kaki dan jari-jari kaki
c. Fungsi otonom, atau kemampuan baung air besar, buang air kecil, fungsi alat vital (pada laki-laki)
Tes pencitraan biasanya dapat membantu mendiagnosis cedera tulang dan saraf tulang belakang:
- Ronsen biasa atau X-ray, untuk melihat ada tidaknya patah tulang atau terkilir/dislokasi
- CT scan, untuk melihat patah tulang, bekuan darah atau kerusakan pembuluh darah.
- MRI, untuk melihat kondisi saraf dan sumsum tulang belakang atau jaringan lunak.
Mungkin juga pada beberapa kasus (jarang dilakukan) dapat dikerjakan pemeriksaan elektromiogram (EMG) untuk memeriksa aktivitas listrik di otot
Penanganan Cedera Saraf Tulang Belakang
Mungkin saja dilakukan n operasi darurat emergency / cito) untuk cedera saraf tulang belakang untuk mengatasi patah tulang belakang dana tau kerusakan sumsum tulang belakang akibat patah tulang, pembekuan darah, atau jaringan lain di sekitarnya yang rusak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suntikan obat kortikosteroid bermanfaat membantu cedera tulang belakang, jika terjadi kondisi yang disebut spinal shock yang bersifat sementara namun permanen jika tidak diobati.
Dapat juga dilakukan operasi terjadual (non emergency) jika tujuannya untuk hanya memperbaiki stabilitas tulang belakangnya, namun kerusakan sarafnya sudah permanen.
Tujuan jangka panjang dari perawatan cedera tulang belakang meliputi:
- Meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.
- Mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis (berkelanjutan).
- Memulihkan beberapa fungsi saraf pada cedera parsial.
Komplikasi jangka panjang dari cedera tulang belakang mungkin termasuk:
- Ketidakmampuan untuk mengatur tekanan darah atau suhu tubuh.
- Peningkatan risiko masalah jantung atau paru-paru.
- Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus.
- Kelumpuhan pada lengan atau kaki.
- Sakit terus-menerus.
- Spastisitas, kontraktur sendi.
- Disfungsi seksual.
Rehabilitasi medik pasca cedera saraf tulang belakang?
Kebanyakan orang dengan cedera tulang belakang memerlukan beberapa bentuk rehabilitasi fisik, atau terapi, baik dengan rawat inap (selama dirawat di rumah sakit) atau rawat jalan (setelah dirawat di rumah sakit).
Rehabilitasi dapat membantu pasien cedera saraf tulang belakang untuk :
- Belajar menggunakan alat bantu seperti alat bantu jalan / walker atau kursi roda.
- Memperoleh kembali kekuatan dan mobilitas di area tubuh dengan fungsi saraf.
- Memulihkan kemampuan untuk aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan minum sendiri , berpakaian dan ke toilet.
Alat prostesis (pengganti tangan atau kaki buatan) cukup andal untuk membantu aktifitas pasien mengatasi cedera saraf tulang belakang. Sebuah prostesis saraf dapat menggantikan fungsi yang hilang seperti prostesis lengan atau kaki.
Pencegahan Cedera Saraf Tulang Belakang
Risiko terkena cedera saraf tulang belakang dapat dikurangi dengan:
- Mengemudi mengenakan sabuk pengaman.
- Menghindari bahaya jatuh seperti tangga atau lantai kamar mandi yang licin
- Mengenakan alat pelindung selama olahraga, jika dibutuhkan
- Tidak melakukan aktifitas fisik atau olahraga ekstrim seperti mendaki tebing, bersepeda gunung dan lain-lain pada orang usia lanjut, terutama wanita menopause.
Apakah cedera saraf tulang belakang bisa cacat permanen?
Ya, jika yang terjadi adalah cedera sumsum tulang belakang yang komplit (complete) / lengkap, cacat atau kelumpuhannya akan permanen. Namun jika cedera tidak permanen, dalam arti hanya sebagian saraf sensorik, motorik atau otonom yang rusak alias tidak lengkap, masih memungkinkan beberapa perbaikan fungsional dari waktu ke waktu. Biasanya tindakan operasi atau obat kortikosteroid yang terlambat dalam hitungan jam atau hari dapat menyebabkan cedera yang incomplete / tidak lengkap menjadi permanen. Karena itu dalam penanganan cedera saraf tulang belakang ada istilah : Time is essential.
————-o0o————–
More Stories
Dampak Pemidanaan Guru oleh Ortu Siswa Terhadap Keberlangsungan Pendidikan Masa Depan
Sumber Daya Alam Melimpah, Mengapa Rakyat Susah?
KURSUS ALKITAB GRATIS YANG MENGUBAH KEHIDUPAN