21/11/2024

Jadikan yang Terdepan

Insan Negeri Tak Dihargai, Robot Industri jadi Solusi

Oleh Uqie Nai

Member AMK4

Rencana Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk memanfaatkan teknologi robot artificial intelligence (AI) demi merampingkan jumlah pegawai negeri sipil (PNS) sepertinya bukan isapan jempol belaka. Menteri PAN-RB Tjahjo Kumolo menyebut ini adalah keinginan Presiden Jokowi untuk kecepatan pelayanan dan inovasi teknologi yang harus dilakukan oleh pegawai pemerintah. Lebih dari itu pemerintah menghendaki adanya efektivitas pengambilan kebijakan hingga efisiensi anggaran.

Memperkuat pernyataan Tjahjo Kumolo, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum Dan Kerja Sama BKN Satya Pratama mengatakan  pelayanan publik nantinya akan lebih banyak menggunakan teknologi digital dengan mengurangi jumlah PNS secara bertahap. Hal ini bukan berarti semua PNS dipecat dan digantikan robot, tapi  kolaborasi antara keduanya yakni teknologi dan sumber daya manusia. (detikFinance.com, Rabu, 1/12/2021)

Pelayanan Publik dan Ilusi Kapitalisme

Rencana pemerintah mengganti PNS dengan robot demi alasan kecepatan pelayanan publik serta efisiensi anggaran negara, bukanlah keputusan yang bijak. Pemerintah terkesan terburu-buru dan tanpa pertimbangan yang matang.

Keberadaan robot yang dianggap solusi kemajuan, memungkinkan juga menjadi pengacau peradaban jika tidak dimanfatkan dengan tepat. Akan banyak dampak yang muncul dari sebelumnya  jika program pemerintah ini digolkan . Dari mulai meningkatkan angka pengangguran, mempersempit lapangan kerja, dan berikutnya meningkatkan angka kemiskinan serta kriminalitas.

Meningkatnya pengangguran akan terjadi seiring pemanfaatan robot secara massal tanpa pemilahan. Jika pekerjaan-pekerjaan manusia seperti buruh pabrik, pegawai perkantoran, teknisi, guru, pembantu, dan profesi lainnya digantikan oleh robot yang lebih canggih dan lebih murah maka akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja dan bakal memberikan dampak negatif bagi perekonomian tanah air. Padahal, pertumbuhan ekonomi suatu negara  sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat. Jika sulit mendapat pekerjaan, tentu tingkat konsumsi  masyarakat akan menurun sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejatinya, tergantikannya tenaga manusia dengan mesin tidak serta merta menghemat anggaran negara atau pelayanan publik terlaksana optimal. Negara dituntut untuk menyediakan dana pengadaan alat yang tidak murah, pelatihan tehnisi, serta proses edukasi dan sosialisasi yang tidak sebentar, sedangkan selama ini Indonesia belum mandiri, sangat tergantung kepada asing.

Ketidakmampuan Indonesia untuk mandiri dalam mengelola aset negeri dan SDMnya, mudah dimanfaatkan pihak lain meraup keuntungan termasuk penyediaan sarana dan prasarana teknologi industri. Dengan digantinya tenaga manusia dengan teknologi pun kemajuan belum tentu tercapai ketika hanya sekedar sebagai pengguna sebab tolok ukur kemajuan bangsa bukan sekadar pencapaian fisik dan kemajuan teknologi yang digunakan, melainkan bagaimana negara mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap kehidupan sehingga bisa menyejahterakan setiap individu, menciptakan stabilitas dalam negeri, dan menghasilkan peradaban yang memuliakan manusia. Inilah yang tidak mungkin diwujudkan sistem kapitalisme sekuler.

Islam dan Teknologi Paket Komplit Peradaban Gemilang

Islam merupakan agama sekaligus ideologi sempurna yang memiliki cara pandang cemerlang tentang kehidupan dan terbukti terdepan dalam membangun peradaban gemilang di saat Eropa gelap-gulita. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang bukti keesaan dan keagungan Allah Swt. agar menjadi pelajaran bagi kaum yang berpikir dan mengetahui. Di antara firman Allah tersebut adalah surat Al-An’am dan surat Al-Anbiya.

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al-An’am [6]: 97)

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kalian guna memelihara kalian dalam peperangan; Maka hendaklah kalian bersyukur (kepada Allah).” (QS. Al-Anbiya: 80)

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa Islam telah lebih dulu memiliki perhatian besar terhadap sains dan teknologi. Keduanya dijadikan wasilah untuk memperlihatkan keagungan Islam melalui dakwah dan jihad tanpa sedikit pun mengerdilkan peran manusia.

Pemerintahan yang menjadikan Islam sebagai landasan dalam membuat kebijakan, mampu mewujudkan kemajuan yang hakiki. Dorongan menjalankan syariah, dahaga terhadap ilmu serta terbukanya pintu ijtihad membuat dunia Islam dipenuhi karya emas para ilmuwan muslim sampai menjadi mercusuar dunia. Mereka pun telah mengembangkan sains dan teknologi  jauh sebelum kapitalisme lahir seperti geografi, teknik bangunan, optik, ilmu gravitasi, pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu tentang mesin kerek, teknologi militer, dll.

Sumbangsih ilmuwan muslim terhadap peradaban dunia tak terlepas dari peran negara yang memiliki perhatian besar terhadap ilmu dan dakwah. Negara dalam sistem Islam benar-benar menjalankan fungsinya sebagai raa’in dan junnah. Mengatur dan mengurus kemaslahatan publik, melindungi kemuliaan dan kehormatannya, serta menyediakan sarana dan prasarana bagi pengembangan ilmu berupa sekolah dan universitas lengkap dengan perpustakaan, laboratorium, asrama,  dsb.

Semua ini dilakukan negara karena semata-mata memenuhi tanggung jawab melayani umat sesuai arahan syariat, bukan syahwat dunia. Ini pula yang tertanam dalam diri pegawai negara yang bertugas melayani urusan publik.

Amanah tanggung jawab ini telah disabdakan baginda Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari: “Pemimpin (imam) itu adalah pengurus. Ia bertanggung jawab atas apa yang ia urus (rakyat).”

Oleh karenanya, keberadaan negara yang berfungsi sebagai pengurus dan penjaga hanya ada dalam sistem pemerintahan Islam. Pos pemasukan negara pun terkelola dengan baik melalui pengaturan zakat, fa’i, kharaj, ghanimah, dharibah, dan pengelolaan sumber daya alam. Semua ini dikumpulkan dalam Baitul Mal dan diperuntukkan untuk keperluan negara dan kesejahteraan warga masyarakat.

Sudah saatnya meraih kemuliaan dengan kembali kepada pengaturan Islam dan membuang jauh-jauh demokrasi kapitalisme yang terbukti mendatangkan kesengsaraan. Kemuliaan Islam terpatri dalam pribadi-pribadi umat yang bertakwa dan terimplementasi dalam setiap perbuatannya. Demikianlah kemajuan yang sebenarnya. Sistem yang sahih, insan bertakwa, dan pemanfaatan teknologi secara bijak akan hadir demi sebuah pencapaian amal tertinggi yakni rida Allah Swt.  Wallahu a’lam bi ash Shawwab.