Penulis : Hery
Usia 14 tahun bagi Partai Hanura pada 21 Desember 2020 ini, sudah bisa dibilang matang. Banyak dinamika yang harus dilewati sepanjang menapaki perjalanan karier politik Hanura. Partai yang selama dua dekade sempat mewarnai panggung politik nasional. Mengukir sukses mendudukkan kader-kader terbaiknya di Senayan.
Kontribusi pada negara selama dua periode di Senayan, tentulah sangat signifikan. Mereka ikut andil menentukan arah tata kelola kenegaraan dan penyelenggaran pemerintahan. Fungsi-fungsi kedewanan mereka laksanakan secara optimal untuk kepentingan rakyat.
Namun dalam perjalanannya Partai Hanura terpaksa harus minggir dari Senayan. Pemicunya, Hanura tidak lolos Parlementery Threshold ( PT) 4 persen pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019. Partai Hanura keluar, karena gagal mempertahankan ambang batas seperti yang ditentukan itu.
Gagalnya Partai Hanura mempertahankan ambang batas itu ternyata disusul oleh menyusutnya jumlah kursi mereka di DPRD Provinsi, hingga DPRD kabupaten/kota. Termasuk di Jawa Timur dan 38 DPC Kabupaten/kota di provinsi ini.
Seperti diketahui, pada pileg 2014, Hanura masih punya dua kursi di DPRD Jatim, tapi jumlahnya menyusut tinggal satu pada Pileg 2019. Sementara di 38 kabupaten/kota periode 2014-2019, Hanura punya 67 perwakilan dan jumlahnya juga berkurang 20 kursi pada Pileg 2019. Hanura kini hanya bertahan dengan 47 kursi di seluruh DPRD kabupaten/Kota di Jawa timur.
Degradasi Partai Hanura menurut hemat saya tidak menyurutkan semangat para kader untuk tetap survive. Mereka masih tetap pada misi perjuangannya membangun kejayaan Hanura ke depan. Mengutip statemen Osman Sapta Odang ( OSO) dalam pembukaan Rapimnas II ,di Sultan Hotel Jakarta awal tahun kemarin. Tagline From Zero To Hero , harus mampu memompa semangat juang para kader demi kebesaran Partai Hanura .
“Kita kembali ke NOL,” kata Bang OSO kala itu saat menandai dimulainya penataan kelembagaan struktural Partai hingga di level paling bawah. Saya berpendapat semua elemen di internal Partai seyogjanya secara trengginas melakukan penguatan partai hingga di lapisan paling bawah. Partai Hanura harus memiliki struktur pengurus sampai di tingkat ranting / desa jika ingin mendulang sukses besar , kontestasi politik Pileg 2024 mendatang.
Di Jawa Timur, Hanura di bawah kendali Yunianto Wahyudi (Cak Masteng), saya kira bakal mampu memberikan harapan baru. Sebagai seorang organisatoris, dan aktivis yang cukup berpengalaman tentunya dapat membangun warna baru bagi Partai Hanura ke depan.
Peringatan Harlah yang ke 14 adalah momentum Partai Hanura Jatim mendulang dukungan publik. Sebab tantangan dihadapi Hanura untuk mengulang berjaya pada hajatan politik Pileg 2024 tidaklah ringan. Perlu di bangun strategi jitu mengembalikan kejayaan Hanura.
Selaku partai yang lahir pasca gelombang Reformasi, Hanura kala itu memang identik dengan tokoh sentralnya Wiranto. Harapan Hanura yang berjuang untuk rakyat, tak berubah ketika tokoh sentral ini mundur sebagai ketua umum partai yang selanjutnya digantikan OSO.
Hanura tetap pada posisinya sebagai kanal perjuangan bagi masyarakat dalam memperjuangkan aspirasinya. Meski reputasi partai politik di mata rakyat pileg 2019 kemaren itu sempat tergerus suaranya. Para kader harus tetap pada komitmen, merebut simpati rakyat.
Semua pihak bisa memaklumi kondisi yang dialami Hanura. Karena minimnya perolehan kursi di legislatif bukan hanya dialami Hanura. Elektabilitas partai besar seperti Golkar ,Demokrat bahkan pernah menukik yang konon hingga di bawah 10 persen. Pada masa-masa seperti itulah sosok kepemimpinan partai politik diuji.
Pimpinan sebuah partai yang sedang terpuruk harus punya banyak jurus untuk mengembalikan soliditas dan kredibilitas partai memang. Di usianya yang sudah aqil baliq seperti sekarang, partai yang semakin matang ini memang harus terus berbenah. Para elit partai kedepan banyak turun ke akar rumput , sapa rakyat perkuat jejaring ditengah rakyat , menangkan hati nurani rakyat.
Fenomena menghadapi pemilu 2019 memang sangat memprihatinkan. Jangankan orang luar, para kader sendiripun sempat bingung ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) waktu itu sempat menyatakan seluruh berkas pencalonan bacalegnya tidak memenuhi syarat (TMS).
Kasus Partai Hanura yang terjadi saat ini tak lepas dari kesiapan parpol untuk mengikuti pemilu. Logikanya, jika bacaleg dinyatakan tak lolos, berarti partai politik yang bersangkutan tidak siap mengikuti pemilu, meski Partai Hanura pada akhirnya lolos sebagai partai politik peserta Pemilu 2019.
Beragam ganjalan itu diakui OSO. Mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini menyebut banyak sekali gangguan yang dihadapi Partai Hanura menghadapi Pemilu 2019. Pemicunya bukan hanya faktor internal, tapi juga dari eksternal yang dilakukan secara sistemik.
Beruntung, Hanura masih memiliki kader-kader militan yang loyal dan tidak terpengaruh bujuk rayu pihak – pihak tidak bertanggungjawab. Para kader militan ini diharapkan masih tetap loyal untuk membangun kembali semangat perjuangan yang tinggi dalam menyambut kemenangan Hanura untuk Pemilu 2024.
Insiden 2019 itu tak boleh terulang. Karena masyarakat sebagai pemilik suara juga ikut memantau. Mereka akan menilai sekaligus memilih, partai mana yang layak untuk dipilih, dan mana yang tidak. Hanura Jawa Timur di bawah Kepemimpinan Cak Masteng di harapkan mampu survive menghadapi kontestasi pileg 2024. DIRGAHAYU Partai Hanura . HANURA BERJAYA JAWA TIMUR MAJU , Semoga ! (*)
Penulis adalah staf BPH DPD HANURA Jatim
More Stories
Raperda APBD Jatim 2025 Resmi Disetujui, Pj Gubernur Adhy Pastikan Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Jadi Prioritas
Peringatan HKN 2024, Pj. Gubernur Jatim Komitmen Tingkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
SIAP MENANGKAN PILKADA PDIP GELAR PELATIHAN SAKSI