Oleh: Sugiharto, Dosen Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Islamiyah KP Paron Ngawi
Bupati Ngawi Budi ‘Kanang’ Sulistyo berdialog dengan 4 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Islamiyah Karya Pembangunan (KP) Paron Ngawi yang ‘dikomandani’ Ustad Samsul Hadi. Isi dialog menggelitik dan patut direnungkan oleh seluruh masyarakat Ngawi maupun khalayak umum . Sebagai seorang politikus nasionalis-religius prihatin apabila masih ada yang terus mencoba membentur-benturkan umat Islam, ataupun mengusik kehidupan umat beragama. Umat harus dijaga oleh semua elemen masyarakat.
Kala itu Bupati merespon tema “Wawasan Kebangsaan dan Keislaman “ yang diangkatPanitia Ceramah Umum STIT Islamiyah Karya Pembangunan (KP) dengan menghadirkanpembicara Tuan Guru Bajang (TGB) ( KH. M. Zainul Majdi) Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang juga seorang penghafal Al Qur’an, Alumnus Universitas Al Azhar Kairo.
Dialog dimanfaatkan Bupati mengungkapkan uneg-uneg-nya terkait persoalankehidupan bermasyarakat dan beragama di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Umatharus selalu hidup berdampingan dengan siapapun, dalam situasi apapun. Perguruan tinggi, mahasiswa dan aktivis pergerakan harus mengajak umat untuk saling hidup berdampingan. Jangan ada gerakan mengusik kehidupan beragama hingga berujung pada benturan antar umat atau sesama umat sendiri.
Kegalauan Bupati ini bisa saja mewakili kegalauan seluruh kepala daerah, mewakili masyarakat yang prihatin atas adanya gejala yang mencoba membentur-benturkan umat dengan segala cara. ‘Warning’ Bupati ini wajar. Apalagi sekarang gencar-gencarnya PemilihanKepala Daerah (Pilkada) di sejumlah daerah di Indonesia . Ada 171 daerah se-Indonesia yang akan melangsungkan pilkada serentak, Juni 2018 nanti. Meliputi 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Di Jawa Timur, ada 5 kota dan 13 kabupaten yang akan melangsungkan pilkada ini. Termasuk Jawa Timur punya gawe pilkada di tahun ini.
Pesta demokrasi serentak di seluruh Indonesia harus dikomitmen, sebagai gerakan serentak untuk meningkatkan rasa kebangsaan, rasa nasionalisme terhadap NKRI. Pilkada menjadi jembatan untuk memperkokoh nasionalisme. Bukan justru jadi gerakan kontra produktif terhadap gerakan membangun kebangsaan Indonesia. Atau sebaliknya, inilah moment gerakan nasionalisme serentak menuju pilkada serentak aman-damai. Bukan justru jadi gerakan kontra produktif terhadap gerakan membangun kebangsaan Indonesia.
Pilkada harus menciptakan kondisi nyaman, aman, damai untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Seperti tertulis di Pembukaan UUD 1945.
Dengan tujuan bangsa tersebut, mereka yang hanya berpikir kepentingan sesaat, kepentingan egosentris, kepentingan kelompok harus dikubur dalam-dalam. Itu semua pemicu prilaku anasionalis, perusak proses pilkada menuju damai dan aman.
Prilaku menyerang pihak lawan dengan kampanye hitam (black Champaign), berita hoax, berita bohong (fake news), ujaran kebencian (hate speech) dan lainnya adalah serentetan sejarah buruk di Pilkada DKI Jakarta 2017. Eloknya, masyarakat Jawa Timur membuang jauh sejarah buruk Pilkada DKI Jakarta, karena sangat mengganggu nilai-nilai kebhinekaan dan kebangsaan yang telah dirintis para leluhur bangsa.
Pun juga, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawa Pemiu/Pengawas Pemilu (Bawaslu/Panwaslu) tidak sekedar menciptakan suasana kondusif, namun penyelenggara pemilu ikut menggelorakan semangat rasa kebangsaaan NKRI di lembaga internalnya hingga tingkat KPPS/PPL, ke partai politik, calon kepala daerah dan ke masyarakat.
Berpegang teguh pada regulasi dan meningkatkan rasa kebangsaan NKRI adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan Pilkada serentak. Keduanya penguat menuju pilkada aman-damai dan penguat persatuan-kesatuan bangsa. Sudah waktu semua lapisan masyarakat menggelorakan gerakan nasionalisme serentak untuk Pilkada Serentak menuju aman dan damai.. (*)
More Stories
Dampak Pemidanaan Guru oleh Ortu Siswa Terhadap Keberlangsungan Pendidikan Masa Depan
Sumber Daya Alam Melimpah, Mengapa Rakyat Susah?
KURSUS ALKITAB GRATIS YANG MENGUBAH KEHIDUPAN