BangladeshSeptember 16, 2017, KabarGRESS.com – Penulis Dyah Sulistiowati ACTNews, COX’S BAZAR – Ketika mendengar nama “Teknaf”, hampir dipastikan masyarakat dunia akan menyandingkannya dengan kata “pengungsi”. Wilayah setingkat kecamatan di Distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, ini berbatasan langsung dengan bagian timur Sungai Naf.
Letak geografis ini lah yang membuat wilayah tersebut menjadi salah satu destinasi utama para pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar melalui Sungai Naf. Di area zero line atau titik nol perbatasan Bangladesh di Teknaf, daerah-daerah yang tadinya masih lapang kini telah dipadati puluhan ribu pengungsi baru Rohingya. Kamp Unsi Prang dan Kamp Waikong di Teknaf bahkan kini telah menampung lebih dari 50 ribu pengungsi baru.
Senin lalu (11/9) Tim SOS Rohingya ACT berkesempatan menyambangi area pengungsian yang tak kalah memprihatinkan ini. Lebih dari 2000 paket bantuan pangan dan logistik diterima oleh ribuan pengungsi Rohingya di Kamp Waikong. Namun demikian, pendistribusian di area pengungsian tersebut tidak usai saat itu juga.
Menurut Rahadiansyah selaku pimpinan Tim SOS Rohingya ACT di Bangladesh, bantuan kemanusiaan masih banyak dibutuhkan oleh para pengungsi di Waikong yang menembus angka puluhan ribu. Oleh karenanya, bantuan pangan dan logistik kembali disalurkan di Kamp Waikong pada Kamis (14/9).
Di sudut area perbukitan yang masih digenangi air hujan dan lumpur, beberapa truk yang berisi bantuan kemanusiaan amanah dari masyarakat Indonesia itu menghentikan lajunya. Sementara di sisi lain area, sejumlah pengungsi Rohingya langsung menghampiri truk-truk bermuatan bantuan kemanusiaan itu.
“Kamis kemarin (14/9), kita mendistribusikan paket sembako beserta bantuan logistik seperti tikar/alas tidur dan terpal plastik. Setidaknya ada 6000 pengungsi Rohingya yang menerima bantuan ini,” ungkap Rahadiansyah.
Layanan kesehatan gratis sapa para pengungsi Rohingya Di hari yang sama, Tim SOS Rohingya ACT juga bergerak menuju Kamp Unsi Prang yang terletak tak jauh dari Kamp Waikong. Di satu bangunan yang berada di area pengungsian itu, bantuan-bantuan kemanusiaan segera ditampung dan ditata. Kali ini bukan bantuan pangan maupun bantuan logistik, namun bantuan kesehatan. Beragam kotak obat dengan jenis yang berbeda ditempatkan pada area apotek atau lokasi penebusan obat.
Sementara itu, tiga meja dijajarkan tak jauh dari area apotek tersebut. Empat dokter lokal siap memberikan layanan kesehatan untuk para pengungsi baru yang ada di Kamp Unsi Prang. Rahadiansyah mengungkapkan, cukup banyak pengungsi di kamp itu yang terserang penyakit setelah menempuh perjalanan selama berhari-hari.
“Rata-rata pengungsi mengalami penyakit kulit, pencernaan, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), kekurangan nutrisi, dan luka-luka. Bahkan, beberapa di antara mereka (pasien) masih bayi,” jelas Rahadiansyah.
Ia melanjutkan, layanan kesehatan gratis kala itu merupakan awal pemberian bantuan kesehatan bagi pengungsi Rohingya di masa tanggap darurat. Bantuan tersebut menjadi salah satu bantuan yang sangat dibutuhkan pengungsi selain pangan dan logistik.
“Di Kamp Unsi Prang sendiri, layanan kesehatan berlangsung selama dua hari, yakni Kamis (14/9) dan Jumat (15/9). Alhamdulillah, sekitar 600 pengungsi yang tengah sakit langsung ditangani oleh relawan dokter lokal,” pungkas Rahadiansyah.
Insya Allah, berbagai bantuan emergency untuk pengungsi Rohingya akan terus disalurkan, seiring dengan derasnya kepedulian masyarakat Indonesia kepada mereka. (*/ro)
Teks foto: Manager Komunikasi dan Media Network ACT, Lukman Azis Kurniawan, menerangkan kondisi penanganan pengungsi oleh ACT.
More Stories
Pj Gubernur Adhy Resmikan Gedung Sekber PHDI dan Lembaga Keagamaan Hindu Jatim
Pemerintah Resmi Umumkan Pilkada Serentak 27 November Libur Nasional
HUT Humas Polri, Kadiv Humas Apresiasi Berangkatkan Personel dan Media Ibadah Umroh