23/11/2024

Jadikan yang Terdepan

Penduduk Miskin Jatim Kian Menurun

Surabaya, KabarGRESS.com – Sampai periode September 2016 hingga Maret 2017, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,08 poin persen, yaitu dari 11,85 persen September 2016 menjadi 11,77 persen Maret 2017.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono saat Jumpa Press di kantornya, Surabaya, Senin (17/7), mengatakan penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan turunnya jumlah penduduk miskin sebesar 21,52 ribu jiwa yang semula berjumlah 4.638,53 ribu jiwa pada September 2016 menjadi 4.617,01 ribu jiwa pada Maret 2017.

Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode September 2016 hingga sampai dengan Maret 2017, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan turun 0,04 poin persen dan di perdesaan turun 0,01 poin persen.

Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode September 2016 sampai Maret 2017 antara lain adalah, karena selama periode September 2016 sampai dengan Maret 2017 terjadi inflasi umum hanya sebesar 2,45 persen. Selain itu harga beras mengalami penurunan 1,32 persen, yaitu dari Rp9.363 per kg pada September 2016 menjadi Rp9.240 per kg pada Maret 2017.

Kemudian selama periode September 2016 sampai Maret 2017, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras, cabe merah dan gula pasir, yaitu masing-masing turun sebesar 4,19 persen, 26,30 persen, dan 4,32 persen. Ditambah nominal rata-rata upah buruh tani per hari/orang naik sebesar 13,99 persen, yaitu dari Rp38.049 pada September 2016 menjadi Rp43.371 pada Maret 2017.

Pada periode September 2016 sampai Maret 2017, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,92 persen atau naik Rp12.920 per kapita per bulan, yaitu dari Rp329.172 per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp342.092 per kapita per bulan pada Maret 2017. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan meningkat sebesar 4,53 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan meningkat hanya 3,25 persen.

Kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan adalah 5,40 persen untuk perkotaan dan 3,50 persen untuk perdesaan, dan garis kemiskinan bukan makanan 2,42 persen untuk perkotaan dan 2,51 persen untuk perdesaan.

Berdasarkan komoditas makanan, ada tujuh komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, daging ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan sebesar 0,076 poin, yaitu dari 1,948 pada September 2016 menjadi 1.872 pada Maret 2017. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0.155 poin), sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan (0,024 poin).

Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,022 poin atau turun menjadi 0,451 pada Maret 2017. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.

Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan pada Maret 2017 adalah hasil data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada bulan Maret 2017. (kj/ro)