Surabaya, KabarGress.com – PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk, tetap fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market). “Kami terus berupaya meninkatkan melayani masyarakat dari segmen itu,” kata Direktur Keuangan Arief Harris Tanjung, pada Pressconfren Investor Summit, di Grand City, Jumat (19/8/2016).
Menurut Arief Harris, BTPN telah sukses membukukan Pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dengan kualitas terjaga NPL 0,7 persen. Hal itu terekam pada data penyaluran kredit selama Semester 1 – 2016. Dimana hingga akhir akhir Juni kemarin penyaluran kredit BTPN telah mencapai Rp61,6 triliun, tumbuh 11 persen (year on year/yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp55,7 triliun. Pencapaian ini ungkap Arief Harris, di atas rata rata pertumbuhan kredit industri perbankan dan masih dalam rentang target diharapkan oleh regulator.
“Memang banyak kalangan sempat mengkhawatirkan kredit yang akan melambat sebagai imbas dari masih melemahnya daya bei masyarakat. Kami bersukur kredit BTPN tetap tumbuh 11 %,” imbuh dia.
Pertumbuhan kredit dimotori oleh penyaluran dana ke segmen UMKM dan masyarakat pra sejahtera produktif. Hingga akhir Juni kemarin , kredit UMKM, termasuk pembiayaan pra sejahtera produktif yang disalurkan melalui BTPN Syariah mencapai Rp20,8 triliun. Sementara segmen kredit lainnya juga mengalami kenaikan sebesar 9 persen ekuivalen Rp39,3 triliun. Kenaikan penyaluran kredit tetap di imbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (NPL 0,7 % (gross). “Pertumbuhan kredit sebesar 11 % dengan NPL terjaga 0,7 % memperlihatkan bahwa kami masih ekspansif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” ujar dia.
Arief Harris, menmbahkan rendahnya NPL diakui tidak lepas dari upaya BTPN melakukan pendampingan serta pemberdayaan terhadap nasabah melalui program daya. BTPN meyakini, nasabah mass market tidak hanya membutuhkan kecepatan dan kemudahan memperoleh pinjaman , namun juga memerlukan pendampingan bersifat terus menerus . Selama kurun Januari 2016 – Juni 2016 , BTPN telah menyelenggarakan 110.581 pelatihan daya dengan jumlah peserta sebanyak 791.065 nasabah.
Strategi yang dilakukan BTPN untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi sekaligus menciptakan efisiensi ,terus berupaya menyeimbangkan kecukupan likuiditas dengan laju kredit. Terhitung per 30 Juni 2016 kemarin total pendanaan ( funding) meningkat 7 % (yoy) menjadi Rp69,6 triliun. Dari jumlah tersebut ,komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp65,3 triliun atau tumbuh 14 % dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp57,1 triliun. Sedangkan pinjaman bilateral draf obligasi mencapai Rp4,2 triliun.
Beberapa obligasi dan pinjaman suah jatuh tempo, sehingga porsi pendanaan dari non-DPK semakin berkurang. Meski begitu rasio likuiditas (loan to deposit rasio/LDR) kami tetap terjaga di level 94 persen,” tandas Arief Harris seraya menegaskan bila memperhitinhkan pinjaman pihak lain dan equity, rasio likuiditas berada di level 73 %, sangat sehat dan kuat.
Dalam rangka menyeimbangkan kecukupan likuiditas dengan laju kedit secara tidak langsung berdampak ke cost of fund, sampai akhir Semestetlr 1-2016, beban bunga BTPN susut 4% (yoy)menjadi Rp2,5 triliun. Sedangkan pendapatan bunga tumbuh stabil di kisaran 7 % (yoy). Kombinasi ekpansif kredit baru dan efesiensi biaya dana ini mengerek pendapatan operasinal 12 % (yoy) menjadi Rp4,6 triliun. (hery)
More Stories
GUBERNUR PASTIKAN DPRD KOTA MALANG SENIN DEPAN DI PAW
PAKDE KARWO, NILAI SAKIP HARUS BERDAMPAK KEPUASAN MASYARAKAT
RAIH PENGHRAGAAN KEPALA DAERAH INOVATIF