Surabaya, KabarGRESS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Australia Barat yang diwakili oleh Chris Barnes selaku Western Australia Government Director for Indonesia melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur pada Rabu (10/8/2016). Kehadiran Chris Barnes beserta rombongan kurang lebih 5 orang ini merupakan tindak lanjut atas kunjungan Gubernur Jawa Timur Ir Soekarwo ke Australia bersama dengan delegasi KADIN yang saat itu diwakili Tim Ahli KADIN Jatim, Dr Ir Jamhadi, MBA.
Kunjungan rombongan Chris Barnes dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan kerjasama antara Pemerintah Negara Bagian Australia Barat dengan Pemprov Jatim yang sudah terjalin lama. Sejak tahun 1990, kedua provinsi ini telah menjalin kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) sister state – province.
Sebelum menghadap Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, terlebih dahulu rombongan dari Pemprov Australia Barat ini melakukan pertemuan dengan KADIN dan Indonesia Australia Business Council (IABC) Jatim, di De Sumatra Jl Sumatrea 35 Surabaya. Hadir dalam pertemuan itu antara lain pejabat dari Biro Kerjasama Setdaprov Jatim, pejabat Biro Penanaman Modal (BPM) Jatim, Tim Ahli KADIN Jatim, Dr Ir Jamhadi, MBA, Pejabat East Java Provincial Government Coorporation Burea, Owner Spindo Lita Mutiah, Pengurus Paliative East Java Prof Sunaryadi, IABC East Java Treasury Frans Iskandar, President IABC East Java Branch, Ayda Sulianti, Western Australia Government Director for Indonesa Chris Barnes, dan Ir Tridjono selaku Deputy Director for International Service East Java Privincial Government Coorperation Bureau.
Dalam pertemuan ini, IABC yang diwakili Ayda Sulianti dan KADIN Jatim yang diwakili Jamhadi, telah membuat kesepakatan dengan Pemerintah Negara Bagian Australia Barat untuk meningkatkan kerjasama di sektor agribisnis, pendidikan, dan maritim. Adapun bentuk kerjasamanya akan dibahas lebih detail lagi.
Yang pasti, di bidang agribisnis Pemerintah Negara Bagian Australia Barat akan membangun industri pengolahan susu dan crimer di Jatim. Di samping itu, KADIN Jatim dan IABC juga menawarkan investasi geothermal dan maritim, mengingat kedua sektor tersebut di Jatim sangat potensial untuk dikembangkan.
Jamhadi yang juga terrcatat sebagai East Java Global Economic Service mengatakan kerjasama government to government (g to g) antara Pemerintah Negara Bagian Australia Barat dan Pemprov Jatim sudah terjalin lama. Selayaknya kerjasama tersebut perlu ditingkatkan lagi di beberapa sektor, terutama di sektor maritime, wisata, perdagangan, pendidikan, dan tujuan investasi.
Jawa Timur merupakan provinsi yang paling kondusif dan baik sebagai tujuan investasi di bandingkan provinsi lain. Di sektor maritim, Jatim memiliki pelabuhan internasional terintegrasi, seperti Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, dan beberapa pelabuhan penting lainnya.
Di Jawa Timur juga terdapat produk-produk pertanian dan peternakan yang cukup melimpah. Australia Barat berkontribusi dalam pengembangan kualitas susu sapi, manajemen para peternak, dan pakan alternatif.
Sektor pendidikan juga menjadi bagian penting dari kerjasama Jatim dan Australia Barat. Contohnya, Jawa Timur mengirim santri ke Australia Barat untuk pelatihan manajemen, pertanian dan peternakan, dan perkebunan yang berlangsung sejak tahun 2006.
Begitupun sebaliknya, pelajar Australia juga menempuh pendidikan di Jatim. Pertukaran pelajar antar kedua provinsi ini sampai kini terus berjalan dengan baik.
Neraca perdagangan Australia Barat dengan Pemprov Jatim dalam kurun waktu 5 tahun terakhir berlangsung fluktuatif. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, sepanjang tahun 2015 lalu (sampai September), nilai impor dari Australia Barat sebesar 445,63 juta dollar AS, dari total impor non migas Jatim sebesar 11.934 miliar dollar AS. Nilai ini mengalami penurunan 31,66% dibandingkan nilai impor sepanjang tahun 2014 yang tercatat 565,65 juta dollar AS.Komoditi impor terbesar ialah agricultur, pertambangan, industri kimia dasar, hingga di pulp & paper.
Sementara nilai ekspor Jatim ke Australia Barat sepanjang tahun 2015 (sampai September) sebesar 291,13 juta dollar AS dari total nilai impor non migas sebesar 12.740,88 miliar dollar AS. Angka ini tumbuh 30,39% dari periode 2014 yang tercatat 542,71 juta dollar AS.
Komoditi terbesar ialah olahan kayu, food & beverages, pulp & paper, plastik, dan beberapa komoditi lainnya seperrti kulit dan produk kulit serta agriculture. (ro)
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan