Surabaya, KabarGRESS.com – Peristiwa amuk massa yang membakar vihara dan kelenteng di Tanjung Balai mencerminkan bahasa kekerasan masih dominan dalam menyikapi perbedaaan. Tak hanya dalam konteks eksternal umat beragama, di internal umat beragama pun kekerasan tak dapat dihindari. Kebinekaan bangsa akan terkoyak jika kekerasan masih diberi tempat dalam kehidupan berbangsa.
Masih munculnya gejolak konflik sosial di tengah meningkatnya sentimen kebencian terhadap kelompok yang berbeda merupakan latar belakang penyelenggaraan Jambore Pelajar SMA Se-Jawa 2016 yang diselenggarakan dari tanggal 1-6 Agustus 2016, di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur dengan mengangkat tema “Merawat Kebinekaan, Menolak Sektarianisme”.
Hal ini diutarakan Direktur Program MAARIF Institute, Muhammad AbduIlah Darraz, pada acara Penutupan jambore tersebut. “Kasus kekerasan bernuansa SARA yang kerap kali terjadi di negeri ini akibat kurangnya nilai-nilai kebinekaan, keberagaman dan toleransi,” ungkap Darraz.
Darraz menambahkan bahwa kegiatan Jambore Pelajar SMA Se-Jawa 2016 ini merupakan kegiatan tahunan kali keempat sejak tahun 2013. Tahun ini kegiatan diikuti oleh 100 pelajar dari 19 kabupaten/kota di Pulau Jawa yang telah Iolos seleksi.
Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur, Dr. KH. Saad Ibrahim, menegaskan bahwa kerjasama antara PW Muhammadiyah Jawa Timur dengan MAARIF Institute menegaskan komitmen Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu untuk turut serta merawat bangsa. “Upaya yang kami lakukan bersama merupakan bentuk partisipasi masyarakat sipil dalam membantu Negara menyikapi krisis teladan di kalangan pelajar,” tukas KH. Saad Ibrahim.
Bagi Sekar Kusuma, siswa SMA Negeri 1 Singosari Malang yang beragama Kristen Protestan, Jambore Pelajar ini merupakan kegiatan yang sangat edukatif. “Selama mengikuti kegiatan ini, saya sadar bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dinafikan,” ujar Sekar.
Sementara itu, Ghazwul Fikr, siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya merasa pandangannya semakin terbuka setelah mengikuti acara Jambore pelajar. “Saya jadi Iebih memahami Indonesia dari banyak sudut pandang. Dan merasa lebih utuh karena dipertemukan dengan teman lain yang berasal dari daerah dan latar belakang agama yang berbeda”, tukas Ghazwul.
DaIam arahan dan nasehatnya di Graha Utama LPMP Jawa Timur, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, menyampaikan bahwa inisiatif yang dilakukan oleh MAARIF Institute merupakan bentuk konkrit dari partisipasi public terhadap dunia pendidikan. “Acara Jambore yang diselenggarakan oleh MAARIF Institute dengan menggandeng PW Muhammadiyah Jawa Timur patut diapresiasi sebagai bentuk kepedulian masyarakat sipiI dalam merawat nilai-nilai luhur bangsa dan menolak kekerasan yang terjadi di bumi pertiwi,” tukasnya. (ro)
More Stories
SOAL SP 3 K JADI FOKUS ARSAN CALEG HANURA SURABAYA
PILEG 2019 , BAPPILU JATIM SUPORT CALEG HANURA GRESIK KERJA MAKSIMAL
PASANG TARGET 7 KURSI , HUSIN ; PILBUP TUBAN HANURA USUNG MUSA MAJU BUPATI