Surabaya, KabarGRESS.com – Gaya hidup masyarakat Indonesia kini sudah tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan mengkonsumsi makanan instan. Sejatinya, penganan instan bukanlah budaya asli kita, namun perubahan zaman yang disertai dengan tuntutan gaya hidup serba cepat membuat bangsa Indonesia harus terus berinovasi. Salah satunya di bidang pangan. Ada cukup banyak tanaman pangan lokal khas Indonesia yang menyimpan berjuta manfaat bagi kesehatan namun belum pernah diolah menjadi penganan siap saji. Dua contohnya adalah beras hitam varietas Jawa dan ubi jalar atau ubi ungu.
“Beras hitam varietas Jawa terutama mengandung antioksidan yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi jika dibandingkan varietas beras hitam lain. Ubi jalar sendiri kaya akan serat dan menghasilkan warna yang menarik tanpa perlu pewarna tambahan,” ujar Thomas Indarto selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengolahan Pangan di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS).
Adalah Maria Eleonora Angelina, mahasiswi FTP UKWMS semester 7 di bawah bimbingan Thomas yang memiliki ide membuat inovasi sereal instan dari beras hitam varietas Jawa dan ubi ungu. “Keduanya kaya serat sehingga dapat memperlancar saluran pencernaan dan juga kaya antosianin sehingga diharapkan dapat mencegah kanker, penuaan dini, kolestrol dan penyakit-penyakit lainnya,” ungkap Maria.
Selain antosianin yang merupakan antioksidan, beras hitam juga mengandung kadar gula yang lebih sedikit, lebih banyak serat dan vitamin E. Sayangnya beras hitam maupun ubi ungu masih jarang dimanfaatkan, rasanya yang khas dan bentuknya yang kurang praktis untuk gaya hidup modern yang serba cepat, menginspirasi Maria untuk menyajikannya dalam bentuk sereal instan. Dengan demikian, nilai jual produk pangan lokal Indonesia tersebut dapat meningkat, bahkan membuka kesempatan untuk dinikmati oleh masyarakat luar negeri.
Maria yang merupakan Mawapres Juara II tingkat Kopertis VII Jawa Timur tahun 2016 ini menamai produknya Nutrifast. Sereal instan itu disajikan dalam kemasan cangkir kertas lengkap dengan sendok di dalamnya. Tinggal diseduh dengan air panas dan sarapan kaya gizi dengan cita rasa lokal itupun siap dinikmati. “Kalau pagi-pagi sudah harus dandan dan lain-lain, masih sempat sarapan kalau dengan Nutrifast,” seloroh gadis cantik asli Surabaya itu. Selain dari segi kemasan, keunikan lain Nutrifast adalah bebas gluten, karena tidak terbuat dari gandum. Jadi produk ini juga aman dimakan oleh mereka yang menderita gluten intolerance.
Dalam membuat Nutrifast, Maria menggunakan tepung beras hitam dan tepung ubi ungu di campur air dengan perbandingan 2:1. Campuran itu kemudian dipanaskan pada suhu 90 derajat Celcius selama 1 menit sambil diaduk. Setelah terbentuk adonan, langkah selajutnya adalah ditekan dengan alat pres flakes yang panas sehingga menjadi lempengan kering berbentuk bulat. Lempengan itu kemudian dihancurkan hingga berukuran kecil dengan diameter +- 0,5cm. Terakhir serpihan-serpihan itu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105C selama 10 menit agar benar-benar kering.
Kesulitan dalam membuat Nutrifast adalah keterbatasan jumlah beras hitam, karena masih sangat sedikit yang membudidayakan. “Budidaya pangan lokal itu sangat penting. Saya ingin membuat pabrik sehingga produk ini dapat beredar di seluruh Indonesia dan membantu memperbaiki konsumsi gizi masyarakat. Bagi petani beras hitam dan ubi jalar, mereka juga akan diuntungkan secara ekonomi apabila semakin banyak yang mengkonsumsi Nutrifast,” ungkap gadis kelahiran 12 Desember 1994 itu akan cita-citanya. (ro)
More Stories
Mampu Yakinkan Panelis, Mei Diunggulkan Jadi Rektor Unitomo
Wagub Emil, Tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah Hadir di Wisuda STIT Islamiyah KP Paron
FK UKWMS Melantik Dekan Baru