Surabaya, KabarGress.Com – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya harus bekerja keras memproduksi air bersih. Kota Surabaya yang sering dilanda banjir saat hujan lebat mengguyur membuat bahan baku air semakin keruh. Sehingga, Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karang Pilang harus menambah pemakian bahan kimia supaya kualitas produksi air tetap sesuai standar.
Direktur Operasi Bidang Produksi dan Distribusi PDAM Tatur Djauhri mengatakan, pada musim hujan tingkat kekeruhan air di kali Surabaya semakin tinggi. Hal ini karena debit air meningkat dan endapan bertambah banyak. Sementara endapan di dasar kali sebelumnya terurai karena arus yang deras.
“Sehingga lebih keruh ketimbang kemarau. Dari pematusan dan kali-kali lain masuk ke kali Surabaya, dan ini berpotensi menambah endapan,” ujarnya saat inspeksi mendadak (sidak) ke IPAM Karang Pilang, Senin (1/3/2016).
Selain itu, kekeruhan air juga disebabkan oleh limbah industri yang dibuang ke kali Surabaya. Meski begitu, lanjut Tatur, IPAM Karang Pilang I, II , dan III tetap memproduksi air bersih sesuai standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Yang bisa kita lakukan adalah, kita monitor tingkat kekerugahn, dan sampai sekarang kita masih produsk sesuai standar. Kita tidak perlu menambah jernih air. Cuma pemakian bahan kimia semkain besar,” katanya.
IPAM Karang Pilang mampu memproduksi ari bersih 5.950 liter/detik. Rinciannya, IPAM Karang Pilang I sebanyak 1.450 liter/detik, II sejumlah 2.500 liter/detik, dan 2.000 liter/detik untuk Karang Pilang III.
Air PDAM hasil produksi IPAM Karang Pilang didistribusikan ke seluruh kawasan Surabaya. Hanya saja, selama ini diprioritaskan ke Surabaya Barat dan kawasan Surabaya Timur, terutama di daerah Rungkut.
“Karena dari IPAM Karang Pilang dan Ngagel nanti ketemu di pipa besar. Cuma kita prioritas ke Surabaya Barat. Untuk konsumi di rumah tangga lebih banyak, kisaran 60-70 persen, sementara sisanya untuk komersil seperti hotel dan lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Manager Produksi IPAM Karang Pilang Ahmad Nuratudin menambahkan, proses produksi air membutuhkan waktu selama enam jam. Proses itu meliputi aerasi, prasedimentasi koagulasi-flokulasi, sedimentasi (pengendapan), filterasi, desinfeksi, dan reservoir.
“Jantungya di koagulasi/proses pengendapan, kalau disini gagal, maka semuanya akan gagal,” terangnya.
Dia mengatakan, pada saat musim hujan proses produksi air membutuhkan bahan kimia yang lebih banyak. Terutama penggunaan aluminium suvail lebih tinggi. Sebab, kekeruhan air dari kali Surabaya cukup tinggi. (tur)
More Stories
SOAL SP 3 K JADI FOKUS ARSAN CALEG HANURA SURABAYA
PILEG 2019 , BAPPILU JATIM SUPORT CALEG HANURA GRESIK KERJA MAKSIMAL
PASANG TARGET 7 KURSI , HUSIN ; PILBUP TUBAN HANURA USUNG MUSA MAJU BUPATI