Surabaya, KabarGress.Com – Kisah pilu dan tragis seorang imigran asal benua ‘hitam’ itu telah menginspirasi Livi Zheng menelurkan Brush with Danger, sebagai film eksyen terbaru yang diputar serentak di bioskop-bioskop Indonesia mulai, 26 Nopember 2015. Film besutan kera Ngalam (arek Malang, red) Jawa Timur ini adalah pertama, setelah lima tahun menyutradarai tiga film produksi Hollywood di benua Paman Sam.
“Ya. Imigran Ethiopia yang menginspirasi Brush with Danger menjadi sebuah film eksyen yang saya sutradarai sendiri,” aku Livi Zheng, saat mengupas habis film besutannya pada kuliah umum di UK Petra Surabaya, Selasa (3/11/2015) sore.
Tanpa ragu, Livi mengungkapkan, imigran Ethiopia yang menjadi inspirasi film yang mengisahkan perjuangan kakak beradik dalam peran imigran gelap di Brush with Danger ini adalah temannya sendiri. Perempuan imigran yang kini ditinggal kekasihnya karena menikah dengan orang lain itu, pernah satu kelas dengan Livi di bangku kuliah. “Imgran Ethiopia itu teman semester satu di kelas Bahasa Inggris saat saya kuliah di University of Washington, Seattle Amerika Serikat,” ungkapnya.
Sutradara, sekaligus bintang utama film Brush with Danger ini mengatakan, proses pembuatan film yang semuanya dilakukan di Hollywood tersebut melalui perjuangan panjang. Livi mengaku, pernah menawarkan treatment film sekitar 6 halaman yang berlanjut ke penulisan skenario film tanpa stunt alias pemeran pengganti ini.
“Saya buat skenario dengan adik saya Ken, dan menulis beberapa bulan. Ternyata 80 persen dibuang oleh executive producer dengan alasan tidak layak shooting, karena karakternya tidak kuat. Baru setelah 32 kali saya merevisi skenario, produser eksekutif menyetujui layak shooting,” tuturnya.
Bagaimana bisa masuk nominasi Oscar? Sutradara muda Hollywood ini mengaku, telah menyisihkan 40 ribu film lokal Amerika Serikat untuk meraih predikat nominasi Oscar. Selain harus bersaing, Livi yang kini masih menjalani kuliah S2 di University of Southern California menuturkan, tidak mudah untuk menjadi nominasi di Oscar.
“Dari 40 ribu film lokal itu, Brush with Danger masuk 1 persen untuk seleksi nominasi. Saya sempat tidak percaya, kalau Brush with Danger masuk nominasi Oscar untuk kategori Best Picture,” tutur wisudawati jago bela diri wushu di University of Washington Seattle ini.
Ceritanya lucu. Kata Livi, sebelum meraih nominasi Oscar, film Brush with Danger yang sempat tayang selama dua minggu di bioskop Amerika itu mendapat respon dari badan penyelenggara Oscar. Tanpa diduga, respon tersebut menuai undangan yang dikirimkan melalui email pribadi agar menyerahkan skenarionya untuk perpustakaan Oscar sebagai koleksi dan bahan belajar.
“Saya pikir itu spam, dan saya cuekin saja. Eh, ternyata benar, film saya masuk seleksi nominasi Oscar setelah dua minggu ditanya oleh badan penyelenggara Oscar melalui email lagi,” ingat Livi yang berpasangan dalam perannya di film Brush with Danger sebagai imgran gelap bersama adiknya, Ken Zheng.
Ia mengatakan, untuk menjadi film layak tonton, Brush with Danger membutuhkan waktu produksi satu tahun setengah. Dari durasi proses pembuatan tersebut, enam bulan diantaranya digunakan sebagai persiapan.
“Selanjutnya, dua bulan shooting di Los Angeles dan Seattle, yang diteruskan post production serta editing dan pengisian suara butuh lebih setengah tahun. Kami melibatkan semua kru, mulai production house dan executive producer-nya adalah orang Amerika,” pungkasnya. (ro)
Teks foto: Livi Zheng.
More Stories
Mampu Yakinkan Panelis, Mei Diunggulkan Jadi Rektor Unitomo
Wagub Emil, Tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah Hadir di Wisuda STIT Islamiyah KP Paron
FK UKWMS Melantik Dekan Baru