PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III, sebagai kepanjangan tangan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya dalam mengelola jasa kepelabuhanan, sejauh ini sangat dinamis dalam meningkatkan kemampuan layanannya kepada customer.
Hal itu dibuktikan dengan penguatan infrastruktur berupa optimalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang sudah direvitalisasi. Bagi dunia pelayaran, kedalaman alur yang kini mencapai -13 meter LWS (low water spring) dengan lebar 150 meter tersebut akan sanggup mengakomodir kapal-kapal besar berukuran 5.000 TEUs. Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya merupakan bagian dari mega proyek tol laut yang mengintegrasikan pulau-pulau besar di Indonesia dari barat ke timur serta dari utara ke selatan.
Bukan itu saja, kemajuan pesat Pelindo III juga ditunjukkan dengan membangun infrastruktur logistik, seperti Terminal Multipurpose Teluk Lamong dan Java Integrated Industrial & Ports Estate (JIIPE). Selain itu bangunan Gapura Surya Nusantara (GSN) bisa jadi catatan tersendiri mengingat sebagai terminal penumpang kapal laut moderen yang fasilitasnya senyaman airport. “Salah satu budaya Pelindo III adalah mengedepankan nilai ‘customer focus’ di BUMN kepelabuhanan ini,” tandas Kahumas Pelindo III, Edi Priyanto, baru-baru ini.
Menurutnya, saat ini kapal-kapal internasional bermuatan besar mulai sandar di Terminal Teluk Lamong yang ke depan ditambah kedalamannya hingga -16 meter LWS, dari kedalaman dermaga yang kini mencapai -14 meter LWS. “Bahkan, revitalisasi APBS yang kini memiliki lebar alur 150 meter dengan kedalaman alur menjadi -13 mLWS, secara bertahap akan diperlebar hingga 200 meter dan dalam -16 mLWS. “Efisiensi waktu dan biaya juga bisa dihemat,” katanya.
Sementara, aktivitas bongkar muat di Terminal Teluk Lamong juga semakin tinggi dengan adanya rute kapal internasional asal Tiongkok, Hongkong, dan Korea. “Para pelanggan bisa langsung mengirimkan barang ke Indonesia melalui Terminal Teluk Lamong, tanpa harus transit ke Singapura lagi,” terangnya.
Berdasarkan catatan, pengiriman barang menggunakan kemasan peti kemas menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Realisasi 2014 menunjukkan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak tercatat 3,1 juta TEUs atau meningkat 4% dari realisasi 2013 yang sebesar 2,9 juta TEUs. “Untuk realisasi arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak sampai dengan triwulan III 2015 ini tercatat 2,2 juta TEUs,” sebutnya.
Ketua DPC INSA Surabaya, Stenvens H Lesawengan, sangat menaruh perhatian besar akan kemajuan-kemajuan yang dicapai Pelindo III khususnya dalam meningkatkan infrastruktur kepelabuhanan. “Dengan pencapaian yang ada sekarang ini, tentunya akan berdampak pada kegiatan bongkar muat yang maksimal dan meningkatkan efisiensi biaya logistik,” tukasnya.
Direktur Utama PT Pelindo III (Persero), Ir. Djarwo Surjanto, Dipl. HE., mengatakan sebagai BUMN kepelabuhanan pihaknya sudah mempersiapkan segala yang dibutuhkan demi customer. “Infrastruktur terus kita bangun demi peningkatan layanan. Begitu juga untuk sumber daya manusia (SDM) juga kita tingkatkan kemampuannya,” tukasnya.
Menurut Djarwo, pelatihan serta pendidikan SDM di bidang maritim sangat penting untuk mendukung pengembangan potensi maritim Indonesia di masa-masa mendatang. “SDM maritim perlu ditingkatkan karena penting sekali pendidikan dan pelatihan. Jangan hanya pikirkan maritimnya tapi pikirkan juga SDM-nya. SDM logistik maupun kepelabuhanan masih rendah,” ingatnya.
Untuk meningkatkan SDM tersebut, Pelindo III selalu memberikan beasiswa ke luar negeri. “Sudah ada 90 orang yang kita kirim ke Eropa seperti di Belanda, Inggris, Swedia, dan Prancis. Tahun ini ada 30 orang yang ke Asia seperti di Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong,” timpalnya.
Namun demikian, lanjut Djarwo, ada pekerjaan rumah besar yang menjadi perhatian khususnya upaya pengembalian utang-utang luar negeri yang menjadi tanggungan Pelindo III. “Kita tahu kan, alat-alat penunjang infrastruktur banyak yang didatangkan dari luar negeri yang tentunya menggunakan mata uang dollar. Dan pengembaliannya pun dengan dollar. Sementara fluktuasi rupiah dalam kondisi seperti sekarang ini. Namun kita tetap optimis,” tandas alumni Teknik Sipil ITB lulusan 1977 serta Pascasarjana (S2) jurusan Hydraulic Engineering dari IHE-Delft, Belanda (1980) ini.
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) III memperoleh pendanaan asing sebesar US$ 500 juta melalui skema global bond(obligasi global). Suntikan modal itu diperoleh dari tiga penerbitan obligasi (bond issuer) terkemuka, yakni ANZ, Credit Suisse, dan Standard Chartered. “Global bond itu untuk berbagai pembiayaan, diantaranya pendanaan tahap kedua Terminal Teluk Lamong dan Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE),” tuturnya.
Bunga kupon obligasi global yang ditetapkan hanya 4,87 persen. Angka tersebut jauh lebih kompetitif dibanding pendanaan domestik. Jadi, perseroan tak terbebani utang lebih tinggi. Komposisi utang Pelindo III saat ini sekitar 20 persen dari total aset.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, di berbagai kesempatan mengatakan Terminal Teluk Lamong diperkirakan dapat disandari kapal hingga 5.000 TEUs, sehingga aktivitas perdagangan dapat dilakukan pengusaha Jawa Timur, langsung kepada pembeli di luar negeri tanpa harus singgah di pelabuhan Singapura.
“Selama ini kapal yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak hanya 1.000 TEUs, sehingga kapal generasi keempat ini mempunyai kapasitas lebih besar, cost transportnya bisa ditekan lebih murah, dan kapal dapat langsung menuju ke negara tujuan kepada buyer, bisa tanpa harus lewat Singapura lagi. Dengan demikian maka barang-barang dari Jawa Timur dapat lebih mampu bersaing di pasaran internasional,” tukas Pakde Karwo, demikian biasa disapa.
Bahkan, Presiden Joko Widodo menegaskan, pembangunan infrastruktur transportasi seperti pelabuhan harus terencana dengan baik dan matang, agar aktivitas perekonomian di suatu daerah dapat berjalan efektif dan efisien untuk jangka waktu yang panjang.
“Kalau membangun pelabuhan jangan nanggung-nanggung, jangan hanya 10-20 hektar, bangun 200 hektar pelabuhan tetapi plus dengan kawasan industri minimal 2.000 hektar sehingga terintegrasi, di situ ada pelabuhan, ada power plan, ada kawasan industri, sehingga jarak antara kawasan industri dengan pelabuhan menjadi dekat dan sangat efisien,” ujar presiden saat meresmikan Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dan Terminal Multipurpose Teluk Lamong, pada Mei lalu.
Joko Widodo mengatakan, pembangunan pelabuhan salah satunya di Surabaya ini merupakan bagian dari pembangunan sistem transportasi logistik nasional terintegrasi, yang diharapkan dapat menekan perbedaan harga komoditas perdagangan di Jawa dengan di kawasan timur Indonesia.
“Bahwa kerja kita sekarang ini harus terintegrasi, dan nanti akan kita bangun hanya satu sistem untuk logistik nasional kita, yang dioperasikan dari satu tempat, tidak mengoperasikannya sendiri-sendiri, terintegrasi dalam satu sistem. Saya membayangkan dan juga berhitung bahwa biaya transportasi, biaya logistik kita akan jatuh (turun) mungkin bisa separuh atau sepertiganya karena sekarang ini memang biaya transportasi dan biaya logistik kita masih sangat mahal sekali kalau dibandingkan dengan negara-negara lain,” kata presiden.
Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong serta Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan dalam menerima lalu lintas kapal ukuran besar, yang selama ini tidak dapat bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan betapa pentingnya peranan Pelindo III dalam pelayanan jasa kepelabuhanan. Faktor geografis sudah sangat strategis sebagai persimpangan jalan atau lalu-lintas perdagangan laut, diapit dua benua yakni Asia dan Australia, serta dua samudera yaitu samudera Hindia dan Pasifik. Tidak perlu bersusah payah membikin terusan seperti dilakukan di Mesir dan Panama, Pelindo III banyak lahan dan potensi mengembangkan jasa kepelabuhanan.
Kemudian dari sisi ekonomi lebih luas, Pelindo III yang bermarkas di Surabaya yang sekaligus ibukota propinsi Jawa Timur mendapatkan keuntungan ganda. Tengok saja, pertumbuhan ekonomi rata-rata propinsi paling timur di Pulau Jawa ini selalu di atas rata-rata nasional. Angka inflasi juga begitu, selalu di bawah rata-rata inflasi nasional.
Ketersediaan energi listrik juga masih surplus, bahkan bisa menyumbang Jawa bagian barat serta Pulau Bali. Belum lagi kesolidan para pimpinan di segala sektor lewat Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) juga Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur dengan selalu rutin berkoordinasi membahas segala permasalahan di Jawa Timur. Tentu ini menjadi nilai plus dalam upaya Pelindo III untuk lebih tampil jauh di depan, bahkan bukan tidak mungkin akan menjadi tonggak munculnya layanan kepelabuhanan yang mampu mengalahkan negara-negara tetangga.
Pada titik idealnya, Pelindo III bisa menggandeng stakeholder dalam meningkatkan kerjasama. Investasi berbagai peningkatan layanan kepelabuhanan harus dibarengi dengan industri terutama industri kelautan bersifat produktif, misalnya industri pengolahan aneka hasil laut.
Dengan demikian investasi yang tadinya bersifat pengeluaran akan terbayarkan dengan hasil industri-industri produktif. Terlebih hasil dari industri kelautan tersebut mendapatkan pembeli dari luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. (asmu’i subiyantoro, sh)
Teks foto:
- Direktur Utama PT Pelindo III (Persero), Ir. Djarwo Surjanto, Dipl. HE., memberikan keterangan pers.
- Kegiatan bongkar muat kapal di Pelabuhan Tanjung Perak.
- Kegiatan bongkar muat kapal di Terminal Petikemas Surabaya.
- Kegiatan bongkar muat kapal di Terminal Teluk Lamong.
- Gapura Surya Nusantara, terminal penumpang yang senyaman bandara udara.
More Stories
Dampak Pemidanaan Guru oleh Ortu Siswa Terhadap Keberlangsungan Pendidikan Masa Depan
Sumber Daya Alam Melimpah, Mengapa Rakyat Susah?
KURSUS ALKITAB GRATIS YANG MENGUBAH KEHIDUPAN