Surabaya, KabarGress.com – Hari ini Schneider Electric, perusahaan global di bidang pengelolaan energi menggelar seminar bertajuk “Build and Deliver Safe, Reliable & Sustainable Infrastructure” bertempat di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Acara yang menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur listrik perkotaan yang berkualitas dan terstandar ini menghadirkan sederetan pembicara ahli dan dipadati oleh para praktisi di bidang kelistrikan serta kalangan akademisi.
Pembangunan dan pembenahan infrastruktur listrik di perkotaan menjadi sangat penting, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi urban terbesar di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Perkotaan sebagai jantung perekonomian terus menarik minat pendatang untuk tinggal dan mencari nafkah di sana. Fenomena ini terlihat jelas di Surabaya, dimana tercatat bahwa setiap tahunnya jumlah urbanisasi dapat mencapai 3-4% dari total jumlah penduduk. Tak heran, diprediksi bahwa di tahun 2025 nanti, 57% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan.
Tingginya arus urbanisasi menuntut pesatnya pembangunan infrastruktur dan fasilitas kota. Hal ini tentunya membutuhkan pasokan energi listrik yang sangat tinggi pula sebagai salah satu ‘bahan bakar’ utama bagi pembangunan. Salah satu upaya Pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan ini adalah melalui proyek ketenagalistrikan atau pembangunan pembangkit listrik 35000 MW yang dimulai tahun ini hingga 2019 mendatang. Untuk itu, kota-kota di Indonesia harus segera bersiap diri.
Di awal acara, Riyanto Mashan selaku Country President Schneider Electric Indonesia menyampaikan, “Suntikan energi listrik yang akan segera tersedia ini harus diimbangi dengan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan ketenagalistrikan dan habit yang positif dalam menggunakan listrik. Dengan demikian, energi listrik yang mereka terima dan konsumsi dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat optimal.”
“Sayangnya, hal ini masih belum terjadi. Di hampir seluruh wilayah Indonesia, listrik masih dikelola secara buruk, sehingga alih-alih memberikan manfaat secara optimal, justru listrik masih menjadi salah satu sumber bencana, terutama bencana kebakaran,” lanjutnya.
Tyar Junaidi dari Diklat Dinas Pemadam Kebakaran kota Surabaya menerangkan, “Di kota Surabaya, arus listrik pendek menjadi penyebab insiden kebakaran terbesar nomor dua setelah api langsung. Sepanjang tahun 2014, terhitung ada 596 insiden kebakaran yang terjadi, dimana sebagian besarnya diakibatkan oleh arus pendek listrik. Begitu pula pada rentang waktu Januari hingga Juni 2015, dari 125 kasus kebakaran, 73 diantaranya terjadi pada bangunan, yang mayoritas disebabkan oleh arus pendek listrik.”
Terkait hal tersebut, Riyanto menanggapi, “Salah satu penyebab utamanya adalah masih rendahnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya penggunaan perangkat listrik, panel listrik dan juga instalasi listrik yang aman, terandalkan, berkelanjutan dan terstandar. Akibatnya, masih terdapat begitu banyak penyalahgunaan pada perangkat maupun pemasangan listrik sehingga bahaya kebakaran terus mengintai.”
Untuk mengantisipasi kerugian akibat penyalahgunaan tata kelola listrik, Pemerintah dengan tegas mengatur mengenai perangkat listrik, panel listrik dan juga instalasi listrik yang baik dan benar, antara lain melalui standar-standar seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), IEC 61439-1 dan 2, serta Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Fadjar Widjaja dari Himpunan Ahli Persyaratan Umum Instalasi Listrik (HIMAPUIL) menerangkan, “PUIL disusun untuk menetapkan keselamatan manusia dan harta benda terhadap bahaya dan kerusakan yang dapat timbul pada pemakaian tidak wajar pada instalasi listrik dan untuk menetapkan fungsi yang tepat dari instalasi tersebut. Peraturan ini digunakan sebagai standar acuan dalam pemasangan instalasi tenaga listrik tegangan rendah untuk rumah tangga, gedung perkantoran, gedung publik dan bangunan lainnya.”
Mengenai masih seringnya kebakaran yang terjadi akibat pelanggaran terhadap standar perangkat, panel, dan instalasi listrik, menurut Fadjar umumnya terdapat dua penyebab:
• Jaringan listrik yang buruk: kualitas kabel yang buruk dapat menimbulkan arus bocor dan menyebabkan kebakaran. Lalu, kualitas pemasangan yang buruk, terutama pada sambungan, dapat menyebabkan los kontak yang menimbulkan busur api. Kemungkinan lainnya adalah rusaknya kabel yang kemudian menimbulkan arus bocor yang memicu kebakaran pada kabel
• Instalasi panel listrik yang kurang baik: mutu panel atau cara pemasangan yang kurang baik, pemakaian gawai proteksi yang tidak memenuhi persyaratan standar, dan terjadinya beban/arus lebih pada instalasi
Fadjar berbagi tips, “Sangat penting untuk menggunakan panel yang memenuhi persyaratan standar, yaitu IEC 61439 – 1 dan 2. Gunakan pula kabel dan gawai proteksi – seperti Mini Circuit Breaker atau MCB dan Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) – yang memiliki sertifikat SNI serta sesuai dengan beban yang digunakan. Selain itu, selalu hindari pemakaian beban atau arus lebih, pastikan pemasangan kabel dilakukan dengan rapi, serta percayakan pemasangan panel dan instalasi listrik pada tenaga terampil yang mempunyai kompetensi,”
Schneider Electric terus berkontribusi dalam mengatasi masalah-masalah di atas dengan menyediakan rangkaian solusi terbaik yang mampu menunjang pengelolaan listrik secara optimal – baik itu melalui produk terstandar berkualitas tinggi, maupun rangkaian edukasi mengenai instalasi listrik yang terstandar, aman dan bertanggungjawab.
Riyanto menjelaskan, “Seluruh rangkaian produk kami berkualitas tinggi dan bersertifikasi SNI untuk memastikan penggunaan dan pengelolaan listrik yang aman, dapat diandalkan dan berkelanjutan. Selain itu, kami bekerja sama dengan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia telah melatih kurang lebih 7500 instalatir anggota AKLI dan mahasiswa jurusan teknik di berbagai wilayah Indonesia untuk melakukan instalasi listrik berdasarkan aturan yang berlaku, dimana salah satu acuan utamanya adalah PUIL.”
“Seminar hari ini adalah salah satu upaya kami dalam mengedukasi berbagai lapisan masyarakat untuk menyongsong proyek pembangunan 35000 MW dengan pembangunan infrastruktur perkotaan yang aman, dapat diandalkan dan berkelanjutan, khususnya dalam hal pengelolaan listrik, agar nantinya kota menjadi tempat yang nyaman, layak dan aman untuk ditinggali,” tutup Riyanto. (ro)
Teks foto:
– Para pemateri berfoto bersama usai acara.
– Riyanto Mashan.
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan