* Menelisik Kejadian Kecelakaan dari Perhitungan Jawa
Di era serba moderen ini, banyak orang yang meneliti penyebab dari setiap peristiwa dari sisi logika (akal sehat). Sudut pandang di luar logika hampir tidak pernah dibuat rujukan untuk mencari sebab musabab dari peristiwa. Misalnya peristiwa kecelakaan terjadi di jalanan. Kecelakaan dianggap human eror (kesalahan manusia), situasi kondisi jalan atau karena faktor alam. Padahal ada sisi lain yang bisa untuk menelisik sebab-musabab mengapa sampai terjadi kecelakaan. Yakni ditelisik lewat perhitungan Jawa. Ini yang sering dilakukan Ir. Edi Ristiono, atau yang dikenal dengan nama Ki Lawu Maospati, Pengasuh Padepokan Kemuning Bhakti Persada, Maospati, Magetan.
Kejadian kecelakaan di Tol Cipali (Cikampek-Palimanan) Jawa Barat yang menelan korban jiwa, tak luput jadi perhatian Ki Lawu. Dia menelisik kejadian Tol Cipali itu dari sudut pandang perhitungan Jawa. Menurutnya, perhitungan Jawa sering tidak meleset dalam menelisik kejadian alam atau peristiwa lain terkait dengan musibah manusia atau alam. Memang ada yang berpendapat, mengaitkan peristiwa dengan perhitungan Jawa adalah uthak-athik gathuk. Pendapat itu wajar karena manusia tidak mampu menjangkau berpikir sampai sejauh itu. “Itu wajar karena orang sering tidak memperhitungkan perhitungan Jawa,” tutur Ki lawu.
Ki Lawu menjelaskan, kecelakaan di Tol Cipali bukan sekedar human error seperti disimpulkan saat ini. Tetapi ada faktor-faktor lain di kawasan Tol yang diresmikan Presiden 13 Juni 2015, dan beroperasi 14 Juni 2015. Beroperasi artinya dalam bahasa Jawa ‘mula bukane’, mulai dioperasinya tol itu digunakan masyarakat umum.
Menurut perhitungan Jawa hari dan pasaran jatuh pada Minggu Wage, dan neptu berjumlah 9. Menurut ilmu othak-athik gatuk ‘mangging mathuk‘ akad wage (mangkat age-age). Maksudnya segala sesuatunya berjalan dengan tergesa-gesa dan grusah grusuh kurang kewaspadaan dan mengakibatkan kecelakaan. Padahal dalam hidup seharusnya segala sesuatu haruslah disikapi dengan tenang dan hati-hati.
Hitungan neptu 9, menurut perhitungan Jawa ketiban apes dan bejane jatuh pada perhitungan gunung. Gunung secara perhitungan Jawa melambangkan sifat keangkeran dan kekerasan dan halangan. Hal ini bila dikaitkan dengan peresmian jalan tol Cipali sungguh sesuatu yang kurang pas.
Neptu 9 kalo dihitung perjalanan hari dan pasaran, jatuh pada jalannya 4 arasy atau istilahnya ketiban pancabaya. Dalam arti di setiap perjalanan melewati tol Cipali akan selalu diintai marabahaya yang tiba-tiba. Karena itu bagi pengendara yang melewati jalur tersebut apalagi dalam musim lebaran ini, banyak orang mudik, harus hati-hati. Selalu waspada dan mengingat Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha memberi keselamatan.
“Sebagai manusia hanya bisa menjangkau atau memperkirakan saja. Berdasarkan kearifan budaya Jawa dan kebenaran yang hakiki adalah milik Allah karena semua berasal dari Allah, Walllahu ‘alam bissawab,” tutur Ki Lawu yang memliki ratusan benda-benda kuno ini. (gie)
More Stories
Dampak Pemidanaan Guru oleh Ortu Siswa Terhadap Keberlangsungan Pendidikan Masa Depan
Sumber Daya Alam Melimpah, Mengapa Rakyat Susah?
KURSUS ALKITAB GRATIS YANG MENGUBAH KEHIDUPAN