Bangkalan, KabarGress.Com – Pertamina Hulum Energi West Madura Offshore (PHE WMO) sedang membuat buku yang bertujuan mengangkat batik Tanjung Bumi sebagai heritage yang sudah terkenal di Eropa dan Amerika sejak awal tahun 1990-an.
“Hingga saat ini belum ada buku khusus tentang Batik Tanjungbumi yang diterbitkan di dalam negeri. Sementara di berbagai buku batik terbitan luar negeri, batik Madura utamanya Batik Tanjungbumi menjadi perhatian khusus,” kata Ulika Triyoga, East Area HR Ops & Comdev Team Leader PT PHE WMO. Hal itu disampaikan Ulika saat menjadi dosen tamu pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Bangkalan, Kamis (11/6/2015).
Ulika menambahkan, buku berjudul ”Batik Tanjoeng Boemi” The Art of Madura Batik ini diharapkan bisa diterbitkan tahun 2015. Ini sebagai wujud komitmen PHE WMO dalam menerapkan program Corporate Social Responsibity (CSR) yang berorientasi pada pengembangan masyarakat khususnya pelestarian kearifan lokal berkelanjutan.
“Selama ini salah satu program CSR, PHE WMO telah mendukung pengembangan Batik Gentongan, sebagai batik heritage Bangkalan. Untuk pengembangnya potensi budaya lokal itu kami membuat buku yang cakupannya lebih luas, yakni Batik Tanjungbumi ,” jelas Ulika.
Dipaparkan, dari studi pustaka yang dilakukan tim penyusun buku Batik Tanjoengbumi diketahui, Bati Tanjungbumi bahkan pernah diangkat dalam sebuah artikel yang diterbitkan sebuah harian di Amerika Serikat pada tahun 1900-an.
“Jadi Batik Madura yang paling melegenda adalah Batik Tanjungbumi. Karena itulah kami ingin mengangkatnya menjadi sebuah buku yang layak dikoleksi pencinta batik, termasuk para wisatawan mancanegara,” katanya.
Ditambahkan, dalam pelaksanaan program CSR PHE WMO fokus pada lima program yakni pemberdayaan ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan pemberdayaan perempuan, termasuk lewat pengembangan kesenian batik yang dilakukan ibu-ibu di Tanjungbumi.
“Itu salah satu contoh bagaimana PHE WMO mensinergikan program CSR. Pemberdayaan enomomi, lingkungan dan pemberdayaan perempuan bisa bersinergi,” tambahnya.
Di hadapan sekitar 100 mahasiswa jurusan Agribisnis itu Ulika menambahkan, program CSR PHE WMO mengacu pada salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia yakni Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan, yang disingkat PROPER.
“Dengan berpatokan pada PROPER, PHE WMO menjadi lebih mudah mengukur capaian dari program CSR yang dilakukan. Semua terukur, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara aspek pemberdayaan masyarakat, lingkungan dan bisnis yang berkelanjutan,” katanya.
Dicontohkan, dalam program pengembangan Taman Pendidikan Mangrove di Pantai Labuhan Kecamatan Sepulu, misalnya,bisa diketahui dari 15.000 pohon yang ditanam ada 85%. “ Dari sini bisa dihitung berapa Oksigen dan menyerap Co2 yang dihasilkan,” katanya.
Di area yang disiapkan sebagai lokasi wisata mangrove itu juga telah dilakukan pembibitan tanaman langka mangrove yaitu Xylocarpus granatum. Selain itu juga dilakukan konservasi & pemuliaan tanaman langka yang dilindungi sesuai jurnal IUCN, antara lain mangrove jenis Sentigi (Pemphis acidula).
“Tanaman ini sebelumnya banyak diburu masyarakat untuk dijadikan bonsai atau jimat,” jelas Ulika.
Sementara dari sudut manfaat ekonomi, program ini telah menghasilan bibit cemara laut dan mangrove sebanyak 22.600 polibag. Lebih dari itu juga terbentuknya kelompok tani Mangrove ekonomi, Cemara Sejahtera Desa Labuhan beranggotakan 13 orang.
“Kawasan ini nantinya akan menjadi sentra pembibitan cemara laut Kelompok menjadi sentra pembibitan cemara laut pertama di Pulau Madura. Kelompok ini mampu menghasilkan kader kelompoknya sebagai kader-kader lingkungan baru sekaligus trainer pendidikan mangrove bagi kalangan pendidikan dan masyarakat umum,” katanya.
Dalam perkembangan, kawasan ini mulai mendapat kunjungan dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa Program Pasca Sarjana Universita Ciputra, Mahasiswa KKN Universitas Trunojoyo Madura, Alumni dan Mahasiwa ITS, maupun kalangan umum seperti travel agent dari Surabaya.
“Perkembangan program CSR yang mengarah pada pembangunan berkesinambungan dan pemberdayaan masyarakat itulah yang membuat, PHE WMO saat ini sudah dua kali mendapatkan penghargaan PROPER Hijau,’ jelas Ulika. (ro)
Teks foto: Ulika Triyoga, East Area HR Ops & Comdev Team Leader PT PHE WMO saat menjadi dosen tamu pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Bangkalan, Kamis (11/6/2015).
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan