Ngawi, KabarGress.Com – Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Ngawi, H Siras Santoso, kali pertama terpilih menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kabupaten Ngawi. Terpilihnya pria yang juga Ketua Gapeknas Kabupaten Ngawi ini melalui Musyawarah Pemilihan pembentukan HPN yang dihadiri tokoh-tokoh NU dari 19 kecamatan, para pengusaha dan para kiai, di Hotel Sukowati, Selasa (4/11/2014).
Terpilihnya Siras sudah diperkirakan sebelumnya, karena pria yang biasa dipanggil Mbah Siras aktif bersama para tokoh NU membidani HPN. Selain itu, dia pengusaha yang juga dekat dengan nahdliyin, dekat dengan para sesepuh dan kiai NU. “Menjadi ketua atau pengurus organisasi itu, orang yang benar-benar ingin bekerja dan mengabdi di organisasi,” tutur Siras setelah acara pemilihan.
Terpilihnya Siras ini melengkapi jabatan yang telah diemban selama ini. Saat ini Siras masih menjabat Ketua Kadin Kab. Ngawi sejak tahun lalu, Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gapeknas) Indonesia Kab. Ngawi, di Ormas sebagai Ketua Pemuda Pancasia (PP) Kab. Ngawi.
Siras mengingatkan sekarang ini banyak pengusaha tapi dalam struktural NU, para pengusaha kurang maksimal diperhatikan. Dunia usaha belum diakomodasi sehingga belum terlihat greget mengembangkan ekonomi di daerah. Padahal para pengusaha nahdliyin terlibat dalam mengembangkan dakwah ahlus sunnah wal jamaah. “Kalau semua bergerak, maka dakwah dan dunia usaha akan makin berkembang,” tuturnya.
Diharapkan dengan berhimpunnya pengusaha nahdliyin nantinya bisa saling mengisi dan bekerjasama menghadapi era globalisasi dan ekonomi bebas. Apalagi menghadapi perdagangan bebas ASEAN tahun 2015, mau tidak mau pengusaha harus mampu bersaing langsung dengan pengusaha dari negara lain.
Dia mencontohkan, setelah harga gula impor Vietnam lebih murah dari produk dalam negeri, ujung-ujunganya, pengusaha tebu banyak yang gulung tukar. Beras dalam negeri mengalami hal yang sama. Harganya lebih tinggi dari harga beras impor. “Makanya pentingnya pengusaha NU bertemu membentuk asosiasi agar mampu memanfaatkan peluang-peluang usaha,” ujarnya.
Pengusaha dari nahdliyin, menurut Siras, cukup banyak. Mereka bergelut dari berbagai jenis usaha. Mereka butuh dukungan agar usahanya berkembang dan mampu bersaing dalam situasi dan kondisi apapun. “Manfaat asosiasi ini sangat dibutuhkan. Misal kalau ada program dari pemerintah agar tidak terjadi oyok-oyokan. Tidak ada yang menang-menangan,” ujarnya.
Sementara KH Ulil Nuha Rozi, wakil Suriah NU Kab. Ngawi, konsep berjamaah adalah konsep yang pas untuk menghadapi gerakan kapitalis. Para pengusaha nahdliyin harus berhimpun dalam wadah pengusaha agar mampu menghadapi era persaingan ekonomi bebas dan kapitalis. “Konsep berjamaah adalah konsep mujarab menghadapi kapitalis. Dalan kapitalis itu semua diatur dengan begitu-begitu, artinya begitu-begitu itu adalah moto duwiten. Menghadapi yang begitu-begitu itu dengan bangunan komunitas, atau berkumpul dalam wadah yang kuat.
Membangun pengusaha dalam wadah berjamaah, menurut pengasuh Ponpes Temulus Kedungharjo Mantingan, sangat penting. Karena pengusaha juga menopang kegiatan dakwah nahdiyin. “Dalam sejarah NU, para pengusaha dari Nahdliyin juga digerakkan. Waktu itu KH Wahab Chasbullah tergugah ingin menggerakkan pengusaha-pengusaha berbasis nahdliyin. Kalau sekarang pengusaha nahdlyin berhimpun maka itu mengikuti jejak kiai NU dulu untuk menopang dakwah dengan menata ekonomi,” ujarnya. (gie)
Teks foto: H Siras Santoso
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan