Surabaya, KabarGress.Com – Ide kreatif memang dapat muncul seketika. Seperti dilakukan seorang mahasiswa jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Maureen Florencia Dharmawan, memanfaatkan pelepah palem menjadi berbagai model tas. Produk-produk hasil kreasinya dirilis di Gedung International Village Kampus II Ubaya Tenggilis Jalan Kalirungkut Surabaya, pada Selasa (12/8/2014).
Perlu diketahui, tidak banyak material alam yang tumbuh di sekeliling kita dimanfaatkan sebagai benda berguna dan bernilai tinggi. Pelepah palem, salah satunya. Pohon palem yang telah tua biasanya menggugurkan pelepahnya dan berserakan menjadi sampah.
Berawal dari sampah pelepah palem yang selalu mengotori halaman di luar pagar rumahnya membuat gadis asal Surabaya inipun gemas. Ia pun mencari cara untuk memanfaatkan sampah-sampah tersebut agar menjadi produk yang bernilai guna. “Menurut saya pelepah palem ini bagus, punya tekstur garis-garis vertikal, warna cokelatnya juga bagus. Ada 3 jenis pohon palem yang dipakai yaitu palem raja, palem putri, dan palem ekor tupai. Ketiganya saya manfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat tas-tas ini,” ujar alumni SMA Kr Petra 5.
Adapun bahan pendukung selain pelepah palem agar menjadi sebuah tas yang unik diantaranya karton, kain, lem epoksi, dan kulit. Bahan-bahan pendukung ini didesain sedemikian rupa hingga saling menyatu membentuk tas yang berkesan natural, eksotis, edgy, dan bertekstur garis-garis keras sebagaimana karakter pelepah palem itu sendiri. Konsepnya pun terinspirasi dari ArtDeco yaitu desain berunsur geometri.
Dengan mendesainnya sebagai bagian dari produk lifestyle, produk bernama Areca (diambil dari istilah botani family palem: Arecaceae) ini diperuntukkan bagi kalangan wanita berusia 20-30 tahun. Tas pelepah palem sementara ini dibuat menjadi 3 jenis yaitu clutch yang diberi nama cluecy bag dengan desain rantai sebagai handle-nya, tas tablet yang diberi nama tabby dengan desain lebih besar dan terdapat tempat menyimpan tab maksimal berukuran 8 inch di dalamnya, dan tas jinjing bernama LoLa bag dengan desain paling besar dan bergaya serut sebagai pembuka bagian dalamnya.
Proses pembuatannya pun tak mudah. Pelepah palem awalnya dicuci agar bersih dan dikeringkan namun tidak sampai terlalu kering. Kemudian pelepah palem harus melalui proses kimia seperti dengan merendamnya dengan bayclin maupun soda api agar diperoleh tekstur warna yang diinginkan. Selanjutnya, pelepah palem yang sudah memiliki warna tertentu dipotong dan ditata sesuai dengan pola desain tertentu dengan alas karton.
Sebagai proses finishing, pelepah palem yang sudah ditata di atas karton dibentuk menjadi berbagai model tas dengan hiasan kulit, resleting, dan gantungan logo. “Prosesnya sendiri memakan waktu 1-2 minggu per produk,” ujar Maureen anak bungsu dari dua bersaudara.
Tas-tas tersebut dikemas dalam packaging dengan desain yang sesuai sebelum dipasarkan. Masing-masing tas dibanderol dengan harga sekitar 400 ribuan. Ke depannya, tas-tas ini mungkin akan dipamerkan melalui media sosial, pameran produk handmade, dan gerai-gerai toko untuk menarik konsumen.
“Pembuatan tas milik Maureen ini semua dilaksanakan dengan hand made sehingga masih tampak kurang sedikit rapi akibat bahan palem yang mudah menyusut. Bagi adik tingkat yang akan ingin mengolah lebih lanjut bahan palem, saya sarankan untuk pemotongan menggunakan mesin pemotong sederhana supaya hasilnya bisa sama besar,” ungkap Wyna Herdiana, S.T., M.Ds salah satu dosen pembimbing tugas akhirnya. (Ro)
More Stories
Mampu Yakinkan Panelis, Mei Diunggulkan Jadi Rektor Unitomo
Wagub Emil, Tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah Hadir di Wisuda STIT Islamiyah KP Paron
FK UKWMS Melantik Dekan Baru