Batu, KabarGress.com – Bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terlalu tinggi menjadi pemicu melambatnya serapan rumah, terutama di Provinsi Jatim. Hal itu dikatakan Gubernur Jatim Pakde Karwo ketika membuka Musda XIII Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jatim, di Singhasari resort, Batu, Selasa (17/6) malam.
Menurutnya, bunga KPR yang realistis, berkisar 9,5% dengan perhitungan riil bunga 7,5% dan asuransi kredit 2%. Akibat rendahnya serapan properti, terutama perumahan, maka angka backlog perumahan menjadi tinggi. Bunga KPR di Indonesia jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama di negara maju menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat. Dampaknya, ada dana idle di perbankan yang pada 2013 mencapai Rp600 triliun karena tidak diserap pasar, termasuk pasar properti.
“Padahal penyediaan perumahan bagi masyarakat mutlak karena merupakan kebutuhan primer. Oleh karena itu pembangunan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui pembangunan Rumah Sederhana Tapak (RST) perlu dukungan semua pihak,” katanya.
Kebutuhan rumah di Jatim tahun 2014 mencapai 530 ribu unit, terdiri dari 212 ribu unit di perkotaan dan 318 ribu unit di pedesaan. Sementara yang sudah dilakukan Tim Percepatan Pembangunan RST Prov Jatim pada tahun 2010 terealisasi 12.500 unit targetnya 15 ribu unit.
Kemudian tahun 2011 dari target 20 ribu unit tercapai 16.300 unit, dan tahun 2012 target 25 ribu unit dicapai 20.182 unit, sedangkan tahun 2013 mencapai 11.047 unit. Hal ini jauh dari target semula sebanyak 28.231 unit. Berarti capaian target tahun 2010 – 2013 rata-rata 80 %, dan tahun 2013 hanya 39,13 %.
“Dari data tersebut membuktikan penyediaan RTS terjadi penurunan yang sangat drastis. Semua itu hambatannya perbankan. Skema pembiayaan rumah murah, suku bunga yang tinggi. Padahal daya saing bidang infratruktur Jatim menempati urutan kedua setelah DKI. Urutan ke-3 Kalimantan Timur, diikuti Jabar,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy menambahkan, untuk nasional, angka backlog perumahan pada 2010 sesuai data Badan Pusat Statistik mencapai 13,36 juta unit dan tahun ini diperkirakan mencapai 15 juta unit. Hal itu terjadi karena target pembangunan rumah per tahunnya selalu tidak tercapai. Setiap tahun pemerintah mentargetkan membangun rumah 700.000 unit, namun realisasinya hanya 400.000 unit sehingga angka backlog terus bertambah.
Ketua DPD REI Jatim Erlangga Satriagung mengatakan, intinya problem melambatnya bisnis properti terutama karena faktor pembiayaan. Hal itu terjadi karena industri properti sangat tergantung pembiayaan bank, mulai dari kredit, konstruksi sampai KPR. Karena itulah, dengan tingginya bunga perbankan maka berdampak pada sektor riil, terutama properti menjadi kelabakan, tidak jalan.
Rumah sederhana tahun 2013 sebanyak 120 ribu unit tapi teralisasi 50 ribu unit. Kebutuhan masyarakat kalangan menengah kebawah sangat tinggi tapi secara nasional backlog karena tidak ada terobosan kebijakan perumahan.
Meski akhir-akhir ini sektor properti mengalami kendala, tapi para pengembang menggelar aksi sosial dengan memberikan bantuan rumah sederhana secara grastis kepada 15 orang dhuafa di beberapa daerah antara lain di Banyuwangi, Jember, Kediri, Madiun, dan Malang.
Dalam rangkaian acara Musda yang berlangsung tiga hari tgl 17 – 19 Juni, Gubernur Pakde Karwo mendapatkan anugerah Karnika Graha Abinaya karena dinilai peduli terhadap pembangunan perumahan di Jatim. (Eri)
More Stories
East Java Tourism Award, Ukir Prestasi Ditengah Pandemi
Kolaborasi Q5 Steak n Bowl – Tahta Makarim, Hadirkan Menu Segala Umur
LBM Wirausaha Indonesia Adakan Kunjungan Kerjasama Dengan Lentera Digital Nusantara dan Ketua DPRD Pacitan