Oleh Ummu Kholda
Komunitas Rindu Surga, Pegiat Dakwah
Beberapa minggu yang lalu, Badan Intelijen Israel, Mossad melakukan aksi penculikan terhadap warga Palestina di negeri jiran Malaysia. Media New Straits Times juga memberitakan hal serupa, yakni seorang pemrogram komputer asal Palestina telah diculik dengan dimasukkan ke dalam mobil pada tanggal 28 September 2022. Pria yang tidak disebutkan namanya dan diduga anggota Hamas mengaku dipukuli pada saat dibawa ke sebuah rumah di pinggiran ibu kota. Di tempat tersebut ia diinterogasi melalui panggilan video terkait hal-hal yang berhubungan dengan organisasi politik Palestina, Hamas dan sayap bersenjatanya, Brigade Qassam. (CNBC Indonesia, 19/10/2022)
Sebetulnya, ini bukan kali pertama Mossad beraksi di Kuala Lumpur Malaysia, karena sebelumnya pada tahun 2018 seorang profesor Palestina yang juga merupakan anggota Hamas tewas akibat terkena tembak. Keluarga korban menuding Mossad sebagai dalang di balik penembakan tersebut, meski Mossad sendiri membantah bahwa mereka terlibat. (CNN Indonesia, 19/10/2022)
Fakta di atas menggambarkan betapa warga Palestina mengalami nasib yang kian memprihatinkan penuh dengan penderitaan. Bahkan derita itu terus mengintai di mana pun mereka berada, tidak hanya di negerinya saja. Selain didera kesusahan, mereka hidup di bawah ancaman keselamatan termasuk pengusiran dari negeri sendiri. Mereka selalu dikaitkan dengan organisasi Hamas sehingga keberadaannya selalu diburu dan nyaris nyawa mereka selalu menjadi taruhannya.
Derita yang terus berulang tersebut sudah cukup lama berlangsung. Sebagaimana kita ketahui, penjajahan Palestina oleh Zionis Yahudi sudah berlangsung lebih dari 70 tahun jika dihitung sejak tahun 1948. Semenjak itu penderitaan dan tragedi berdarah terus terjadi mengancam warga Palestina. Ratusan ribu korban terus berjatuhan, luka-luka hingga berujung pada kematian.
Sayangnya kondisi yang demikian hingga saat ini belum ada yang benar-benar serius berupaya untuk memberikan pertolongan kepada mereka. Tidak PBB, AS, Rusia, Eropa atau Cina. Bahkan tidak juga pertolongan datang dari penguasa muslim. Tidak pula dari penguasa Arab yang diyakini dekat sebagai negara tetangga. Sejauh ini mereka hanya menonton atau sekadar mengutuk dan mengecam saja.
Miris memang, kaum muslim yang begitu banyak nyaris tak mampu mengakhiri penderitaan saudara kita di Palestina, padahal secara logika sangatlah mampu. Namun tidak adanya persatuan kaum muslimin dan kekuatan yang membela perjuangannya sehingga persoalan Palestina tidak dapat terselesaikan secara tuntas. Sejatinya, sebagai sesama muslim sudah seharusnya kita saling tolong-menolong. Karena Allah Swt. telah menjadikan sesama muslim adalah saudara. Bahkan diibaratkan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka anggota tubuh lainnya pun ikut merasakan sakit. Demikian pula dengan penderitaan warga Palestina, yang sejatinya menjadi derita kita semua.
Selain itu, persoalan bumi Palestina sesungguhnya bukan sekadar masalah bangsa Arab atau Palestina saja. Apalagi tanah Palestina merupakan tanah wakaf milik kaum muslimin. Palestina telah berada di bawah kekuasaan Islam saat dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. pada tahun 15 Hijriyah. Namun sejak Khalifah Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924, bumi Palestina jatuh ke tangan Zionis Yahudi. Mereka berhasil mendirikan entitas negaranya pada tahun 1948 dengan menduduki 77℅ wilayah Palestina dan mengusir 2/3 warga Palestina dari tanah mereka. Semenjak itu, penderitaan hingga pengusiran pun tidak pernah usai bahkan sangat akrab dengan warga Palestina.
Sudah saatnya kaum muslim membela Palestina, menyatukan kekuatan di bawah satu nafas yaitu akidah Islam. Mengembalikan Al-Quds dan membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis Yahudi dengan jihad sebagaimana yang dilakukan oleh Salahudin Al-ayyubi. Juga adanya kesadaran politik dari penguasa Arab maupun negeri muslim sangat diperlukan untuk mengusir penjajah Yahudi.
Namun saat ini mengharapkan yang demikian seolah jauh panggang dari api. Di mana tembok besar yang bernama nasionalisme (paham cinta tanah air) begitu membatasi jarak antara kaum muslim. Padahal jarak mereka sesungguhnya begitu dekat, namun karena berbeda bangsa, menjadikan persoalan Palestina seolah bukan urusan kaum Muslim. Ditambah lagi sistem yang mendukung semakin tersisihkannya persoalan Palestina, yaitu Kapitalisme Sekularisme. Paham yang didasari oleh asas manfaat dan keuntungan. Sementara paham sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Hal tersebut telah menjadi dasar suatu perbuatan ketika tidak ada manfaat yang didapatkan maka untuk apa dilakukan. Selain itu kaum Muslim juga tidak menjadikan agama sebagai pemecah segala persoalan umat, agama hanya dibatasi pada ranah ibadah ritual semata. Alhasil bumi Palestina kian sulit terbebas dari cengkeraman Zionis Yahudi karena solusi yang digunakan tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya.
Penindasan Yahudi terhadap Palestina sebenarnya bukanlah satu-satunya yang dialami umat Islam. Di belahan bumi lainnya seperti di Myanmar, Xinjiang China, Kashmir, India dan lainnya umat Islam pun mengalami nasib yang tak kalah tragisnya. Untuk itulah dibutuhkan satu kekuatan dan kepemimpinan yang mampu mengerahkan pasukannya dan mengusir penjajah Yahudi. Sebuah sistem pemerintahan Islam yang mampu menciptakan keamanan, ketenteraman serta kemerdekaan bagi rakyat Palestina. Karena pemimpin dalam pemerintahan Islam akan benar-benar bertanggung jawab dan melindungi warganya dari ancaman musuh. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya: “Imam (khalifah) laksana perisai. Kaum muslim berperang dan berlindung di belakangnya.” (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah saw. tersebut pernah dibuktikan dalam sejarah oleh para khalifah pada masa lalu. Salah satunya adalah Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Beliau berhasil menaklukan kota Amuriyah, yaitu kota terpenting bagi Imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel.
Maka jelaslah kaum muslim saat ini sangat membutuhkan pemimpin, pengayom yang akan menyatukan berbagai negeri Islam, menjaga kehormatan kaum muslim dan menolong kaum yang tertindas. Sehingga tidak ada lagi negeri-negeri Islam lainnya yang akan menjadi bulan-bulanan kaum penjajah dan terusir dari negerinya.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
More Stories
Pemberdayaan Ekonomi Jadi Siasat, Peran Ibu Tengah Dibajak
Membangun Infrastruktur Negeri tanpa Bergantung pada Investasi
Pernikahan Megah Anak Pejabat, di Tengah Kesusahan Rakyat