20/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Konser Coldplay Benarkah Akan Membawa Berkah Ekonomi?

Oleh Reni Rosmawati
Ibu Rumah Tangga

Di tengah Covid-19 yang masih membayangi, Indonesia kembali menjadi tempat konser berbagai grup band asing. Salah satunya grup band Coldplay. Diketahui Konser Coldplay ini akan digelar pada 15 November 2023 mendatang. Tiket konser Coldplay sendiri dibandrol dengan harga fantastis yakni mulai dari Rp800.000 sampai Rp11.000.000. Meskipun demikian, masyarakat siap berburu dan mengarungi war tiket (perang tiket) demi hiburan. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang berniat menggunakan pinjol (pinjaman online) agar bisa membeli tiket konser Coldplay tersebut. (Viva.co.id, 11/05/2023)

Rupanya, konser Coldplay ini diklaim dapat memajukan perekonomian Indonesia. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Menteri Pariwisata dan Kreatif, Sandiaga Uno. Menurut Sandiaga, konser Coldplay dapat membawa berkah ekonomi dan lapangan pekerjaan. Khususnya bagi pelaku usaha event dan ekonomi kreatif. Sandiaga pun memperkirakan keuntungan dari konser Coldplay ini bisa mencapai Rp800 miliar hingga Rp1,3 triliun. Sementara keuntungan dari wisatawan asing yang datang untuk menonton ditaksir mencapai Rp400 miliar. (METROTVNEWS.COM, 20/05/2023)

Berkah Ekonomi bagi Siapa?

Sungguh miris, di tengah gonjang-ganjing perekonomian Indonesia pasca wabah pandemi, konser musik asing justru dianggap akan membawa berkah ekonomi.

Memang benar, bagi sebagian kalangan (para pelaku usaha dan pemilik modal besar) mungkin konser Coldplay ini akan membawa berkah ekonomi. Terutama bagi penyelenggara konser, pemilik hotel, dan transportasi. Tapi tentunya tidak bagi rakyat biasa. Rakyat tetap akan terus mengalami kesulitan ekonomi tak bertepi. Adanya konser Coldplay tidak akan berpengaruh signifikan bagi perekonomian rakyat. Jika pun rakyat (pengusaha UMKM) kecipratan ekonomi, tentunya hanya remahannya saja.

Sejatinya, penyelenggaraan berbagai konser di tanah air menunjukkan matinya empati penyelenggara dan pihak pemberi izin terhadap penderitaan sesama yang ditimpa berbagai problem kehidupan. Konser Coldplay juga mengonfirmasi tingginya kesenjangan kesejahteraan di masyarakat. Sebagian masyarakat dengan mudah mengeluarkan uang jutaan rupiah demi kesenangan, sementara sebagian lainnya untuk makan saja demikian sulit.

Di sisi lain, antusiasme masyarakat berebut war tiket juga membuktikan bahwa kesenangan dunialah yang saat ini dikejar-kejar oleh manusia. Mereka rela melakukan cara apapun, termasuk merogoh kocek dalam-dalam demi meraih kebahagiaan yang diinginkannya. Meskipun harus menggunakan uang pinjol berunsur ribawi yang jelas diharamkan. Mereka sudah tak peduli halal dan haram.

Realita Sistem Kapitalisme-Sekuler

Inilah realita kehidupan dalam sistem Kapitalisme-sekuler. Manusia dalam sistem ini lebih mementingkan keinginan ketimbang kebutuhan asasi. Dalam sistem ini kesenangan duniawi demikian dituhankan. Kesenangan dan kebahagiaan dijadikan satu-satunya tujuan hidup. Sehingga manusia lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya yakni meraih rida Allah. Lupa bahwa semua yang hidup akan kembali kepada-Nya dan harus mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia.

Sistem ini pun demikian mendewakan materi. Demi keuntungan materi apapun dilakukan, termasuk menyelenggarakan konser di tengah penderitaan rakyat. Dalam sistem Kapitalisme, rakyat bak sapi perah. Mereka bekerja di perusahaan para kapitalis dengan upah seminimum mungkin. Kemudian ketika mendapatkan upah, rakyat pun didorong untuk membelanjakan gaji yang didapat tersebut melalui berbagai cara. Salah satunya dengan membeli tiket konser yang harganya fantastis.

Siapa yang diuntungkan? Tentunya para kapitalis lagi. Lantas apa yang didapatkan rakyat? Kesenangan sesaat. Alih-alih menghilangkan stress melalui konser, yang ada selepas konser rakyat kembali dibebani segudang masalah pemicu stress. Belum lagi harus membayar cicilan pinjol yang digunakan untuk membeli tiket konser. Alamak, inilah kenyataan pahit sistem Kapitalisme-sekuler.

Di sisi lain, penerapan sistem Kapitalisme-sekuler pun telah melahirkan penguasa yang minim empati terhadap rakyat. Di saat kemiskinan merajalela dan banyak masyarakat yang mengalami kelaparan, pemerintah justru mendukung penyelenggaraan konser. Padahal alangkah eloknya jika pemerintah lebih memfokuskan perhatian dan serius menyelesaikan masalah kemiskinan yang membelenggu negeri ini. Daripada mengurusi konser yang jelas tidak akan menjadi solusi efektif bagi permasalahan rakyat.

Makna Kesenangan dalam Islam

Sebagai agama sempurna Islam hadir ke dunia untuk mengatasi seluruh masalah kehidupan. Islam juga mengajarkan skala prioritas atas amal dalam kehidupan. Islam mengatur bagaimana seorang Muslim menikmati hidup. Dalam pandangan Islam, tujuan hidup adalah untuk meraih rida Allah, bukan untuk bersenang-senang. Sebab kesenangan di dunia hanyalah semu. Kesenangan sesungguhnya (hakiki) adalah di akhirat kelak, yakni berupa kebahagiaan mendapat limpahan karunia terbesar berupa surga-Nya.

Islam juga mengajarkan bahwa seorang Muslim harus memiliki empati atas nasib sesama. Seorang Muslim, tidak boleh bersuka cita di atas penderitaan sesamanya. Karena umat Muslim itu laksana satu tubuh.

Rasulullah saw. bersabda:

“Perumpamaan seorang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi laksana satu tubuh. Apabila ada satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian lainnya akan merasakan sakit.” (HR. Muslim)

Hal ini tentunya akan didukung oleh negara. Negara yang menerapkan aturan Islam akan senantiasa mendorong rakyatnya agar senantiasa empati kepada sesama. Pengusaha Islam pun akan menyarankan rakyatnya agar membelanjakan hartanya untuk perkara yang wajib dan sunnah serta melarang berbelanja yang haram. Namun ini bukan berarti Islam melarang berbelanja untuk hal mubah. Belanja hal yang mubah diperbolehkan, asalkan tidak berlebihan.

Negara Islam tidak akan mengizinkan aktivitas yang ada keharaman di dalamnya. Seperti konser yang berpeluang terjadinya campur baur antara laki-laki dan perempuan. Negara Islam tidak akan membiarkan rakyatnya terbuai kesenangan dunia. Negara Islam akan senantiasa mengingatkan rakyatnya akan tujuan hidup yang sesungguhnya. Yakni meraih rida Allah.

Di sisi lain, negara yang menerapkan aturan Islam pun akan menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan asasi atas setiap individu. Negara Islam akan fokus meriayah (mengurusi) seluruh kebutuhan dasar rakyatnya. Sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan, keamanan akan dipenuhi secara adil dan merata. Sehingga tidak ada rakyat yang mengalami kesenjangan ekonomi.

Demikianlah betapa hebatnya sistem Islam dalam mengatur kehidupan. Betapa sempurna bukan? Dari sini, maka tidak ada alasan untuk menolak sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Karena hanya sistem Islamlah yang mampu menjadi solusi efektif bagi seluruh masalah kehidupan.

Wallahu a’lam bi ash-shawwab.