19/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Sosok Ibu, Terkikisnya Peran Akibat Tergerus Zaman

Oleh Irma Faryanti
Member Akademi Menulis Kreatif

Entah apa yang ada dalam benak ibu muda berusia 25 tahun ini hingga tega melakukan tindakan asusila yang tidak pantas diperbuat. Wanita berinisial YN/NT yang tinggal di kawasan Alam Barajo, Kota Jambi diduga telah melakukan pelecehan kepada 17 orang anak. Peristiwa itu sempat menyedot perhatian publik dan masyarakat pun dibuat geram karenanya.

Bagaimana tidak, aksi nekatnya telah membuat banyak pihak geleng kepala, ia tega memaksa anak-anak tersebut menonton hubungan intimnya dengan sang suami, memaksanya menonton video porno dan menyentuh bagian sensitif tubuhnya. Bisnis play station (PS) yang digelutinya, ia jadikan peluang untuk menarik anak-anak dan melancarkan aksi busuknya.

Aksi bejat itupun akhirnya dilaporkan oleh keluarga korban, yang merasa sangat dirugikan dengan perilaku tersangka. Ayah dari salah seorang korban mendatangi Polda Jambi dan menceritakan semua yang dialami anaknya, bahwa mereka diminta mengintip melalui celah ketika YN melakukan hubungan suami istri, lalu anak-anak perempuan dipaksa menonton film dewasa, sementara anak laki dibiarkan menyentuh bagian dada wanita tersebut. Bahkan ada juga yang mengalami kekerasan seksual, yang tidak hanya sekali dilakukan melainkan berulang kali. (tvOnenews.com, 5 Februari 2023)

Pihak kepolisian pun segera melakukan penangkapan terhadap YN. Andri Ananta selaku Kombes Pol Ditreskrimum Polda Jambi menyatakan bahwa pihaknya telah menahan dan menetapkan pelaku sebagai tersangka, sementara proses observasi masih terus dilakukan. Korban yang semula diduga berjumlah 11 orang, bertambah menjadi 17 anak. Ironisnya, kasus ini mulai terungkap setelah YN melapor karena mengaku telah dilecehkan anak di bawah umur, namun ternyata fakta berkata sebaliknya.

Anehnya, suami pelaku tidak mengetahuinya, ia pun merasa kaget dengan perilaku istrinya. Hal itu karena korban diminta mengintip di balik celah jendela setelah anak-anak itu dicekoki dengan film-film dewasa. Aksi YN berakhir saat polisi meringkusnya tepat jam 12 malam, di kediaman orang tuanya di daerah Penyengat Rendah.

Pengamat masalah perempuan, dr. Arum Harjati menyatakan bahwa terkuaknya kasus ini menjadi bukti tercerabutnya fitrah seorang ibu pada diri pelaku. Kejahatan seksual yang selama ini selalu dialamatkan kepada perempuan, ternyata bisa berlaku sebaliknya. Bahkan aksi yang dilakukannya lebih keji lagi.

Sistem yang saat ini berlaku, menyisakan masalah tersendiri bagi umat manusia. Tingginya biaya hidup membuat kaum ibu semakin tertekan. Kondisi yang dialami menjadikannya gelap mata, bahkan keberadaan anak yang semestinya menjadi penyejuk hati, menjadi korban hawa nafsunya.

Aturan kapitalisme sekular yang saat ini diberlakukan, membawa kesengsaraan yang panjang bagi umat manusia. Alih-alih kesejahteraan yang diraih, justru kesempitan hidup yang didapatkan. Tidak adanya jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok, membuat kemiskinan menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Kondisi semacam inilah yang bisa memicu terjadinya peristiwa di luar nalar manusia, di mana halal dan haram, baik ataukah buruk tidak lagi menjadi standar perbuatan.

Inilah buah dari diterapkannya sistem kapitalisme yang rusak dan tidak manusiawi, hanya menyisakan kesengsaraan dan penderitaan bagi bagi seluruh umat. Ideologi yang menyingkirkan peran agama dalam kehidupan, menjadikan orientasi hidup manusia hanya untuk mendapatkan kebahagiaan materi dan kenikmatan jasadi semata. Lemahnya iman karena sekularisme yang dianut, membuatnya melakukan segala cara untuk meraih yang diinginkannya, akibat aturan hidup yang menyalahi fitrah.

Berbeda dengan Islam, sebagai agama sempurna yang Allah turunkan, kesesuaiannya dengan fitrah manusia, tidak terbantahkan. Manusia akan merasakan ketenangan, terjaga kehormatan dan kemuliaannya hanya dalam naungan penerapan syariat Allah Swt. Manusia akan hidup tenang dan tercukupi segala kebutuhannya baik fisik maupun psikis.

Demikian pula terkait rusaknya peran ibu akibat penerapan kapitalisme, Islam telah memiliki aturan yang rinci terhadapnya. Dalam menjalani perannya sebagai ummu wa rabbatul bait, yang merupakan tugas yang tidak mudah, di mana ia akan menjadi sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Selain itu seorang ibu adalah ibu bagi anak-anak yang lain sehingga harus muncul kepeduliannya walaupun bukan anak sendiri. Oleh karenanya harus ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

Pertama, ia harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, agar dapat mendidik anak-anaknya dengan Islam dan mengajarkan bahwa tujuan hidup adalah semata demi meraih rida Allah Swt. Disamping itu ikut menyayangi anak-anak yang lain. Kedua, Ia juga akan memahami bahwa anak adalah titipan, yang harus dijaga, dididik dan diurus dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab perlindungan bukan hanya untuk anak-anaknya saja, karena Islam tidak mengajarkan egoisme dengan mementingkan keluarganya saja. Ketiga, seorang ibu harus menyadari betul bahwa buah hatinya juga anak-anak yang lain adalah aset umat yang kelak akan menjadi pemimpin yang tangguh.

Islam tidak akan menciptakan kesengsaraan bagi umat juga para perempuan. Mereka hidup dengan penuh ketenangan dan kesejahteraan. Mereka terbina menjadi pencetak generasi yang tangguh, berorientasi akhirat. Siap melakukan tugasnya yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Ada banyak sosok ibu tangguh di masa kejayaan Islam, sebut saja Ummu Imarah dan al Khansa yang telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi mujahid. Ada juga ibunda Imam Syafi’i atau Khalifah Harun ar Rasyid yang mampu mengantarkan anaknya menjadi sosok yang membanggakan.

Keberhasilan itu tentu tidak akan bisa diraih tanpa adanya dukungan sistem, manakala Islam diterapkan secara menyeluruh dalam naungan sebuah kepemimpinan Islam. Kehadirannya menjadi sesuatu yang niscaya, janji Allah Swt. yang pasti akan terwujud suatu saat nanti, atas seizinNya. Semoga Allah menyegerakan pertolonganNya.
“(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (ar Rum ayat 6)

Wallahu a’lam Bishawwab