25/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Mahasiswa UPN Veteran Adakan Kegiatan Sosial di UPT Rehabilitas Sosial Bina Netra Malang

MALANG, kabargress.com – Sebagai bentuk perhatian terhadap penyandang tuna netra, mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, mengadakan kegiatan sosial di UPT Rehabilitas Sosial Bina Netra Malang.

Kegiatan ini berupa pendampingan dan pelatihan merawat diri pada penyandang tuna netra, selama tiga hari, sejak 12-14 Desember. Dan diikuti 18 mahasiswa-mahasiswi dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Medan, Padang, Makasar, NTT dan Jakarta yang mengikuti program pertukaran mahasiswa selama satu semester, dalam pelaksanaan kurikulum merdeka.

“Awalnya kami akan melakukan pendampingan anak jalanan. Tapi Dinsos Jatim menyarankan pendampingan pada penyandang tuna netra saja. Luar biasa, disini anak-anak senang mendapat pengalaman baru,” kata Egan Amriel, dosen Modul Nusantara yang juga pembina Unit Pemberdayaan Masyarakat.

Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, mengadakan kegiatan sosial di UPT Rehabilitas Sosial Bina Netra Malang.

Ia menyampaikan selama ini kegiatan pendampingan dilakukan pada anak jalanan yang ada di wilayah Surabaya dan sekitarnya saja. Pendampingan untuk penyandang tuna netra ini yang pertama. Awalnya ia sempat bingung pendampingan apa yang bisa dilakukan. Mengingat kemampuan penyandang tuna netra sangat terbatas. Namun, setelah melakukan diskusi dan melihat antusias mahasiswa, Egan berniat melakukan penelitian, guna mengembangkan kemampuan penyandang tuna netra selain memijat, bermusik dan membuat keset.

Sementara Agung, mahasiswa UPN Veteran, mengaku sangat senang bisa bertemu dengan saudara tuna netra di Malang. “Ini pengalaman baru buat saya. Kita yang biasanya mengeluh ini-itu. Jadi semangat melihat mereka yang penuh keterbatasan tapi tetap semangat dan mau berusaha. Jadi ada semangat baru dalam diri saya,” ceritanya.

Anantya Wulandari, staf bagian fungsional UPT Netra, menyampaikan, turut terbantu dengan kedatangan peserta program tersebut. Terutama untuk mensosialisasikan keberadaan tuna netra di masyarakat. Untuk menghargai jasa pekerjaannya. “Umumnya setelah keluar dari sini, mereka berprofesi sebagai tukang pijat. Sebagian besar tinggal di desa, orang desa kurang menghargai tenaga mereka. Kalau pijat bayar seikhlasnya. Kasian kan,” ceritanya. (Ro)

Teks foto: Egan (paling kiri), Agung (nomor 2 dari kiri), Anantya (paling kanan) memamerkan hasil karya.