29/03/2024

Jadikan yang Terdepan

Ambruknya Raksasa Digital yang Memicu PHK Massal

Oleh Ummu Kholda
Komunitas Rindu Surga, Pegiat Dakwah

Menjelang akhir tahun 2022, masih banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya. Bahkan PHK juga terjadi pada sejumlah stratup besar di Indonesia.

Dilansir CNBC Indonesia, Minggu, 20/11/2022, yang menyatakan adanya sejumlah perusahaan besar yang melakukan PHK baru-baru ini. Di antaranya Shopee, GoTo, Ruang Guru, dan masih banyak lagi. Shopee dikabarkan telah melakukan PHK yang ketiga kalinya dan gelombang PHK ini hanya berselang dua bulan setelah Shopee merumahkan ratusan pegawainya September lalu. Sea, Ltd., induk Shopee juga diberitakan melakukan PHK terhadap 7.000 karyawannya atau 10℅ dari total pegawainya di seluruh dunia selama 6 bulan terakhir.

Masih dari laman yang sama, selain Shopee, GoTo juga memutuskan merumahkan 1.300 orang atau 12℅ dari total karyawannya. Menurut CEO Andre Soelistyo, keputusan ini tidak akan memengaruhi layanan kepada konsumen dan komitmen pada mitra pengemudi, merchants dan seller. Demikian juga dengan Ruang Guru, startup di bidang pendidikan yang terpaksa melepaskan ratusan karyawannya pada Jumat (18/11/2022). Pihaknya beralasan dilakukannya PHK karena kondisi pasar global.

Di luar ketiga startup tersebut, keberadaan perusahaan seperti Fabelio, Zenius, LinkAja, JD.ID, juga melakukan hal serupa. Bahkan ada di antaranya yang terpaksa gulung tikar seperti Airy Rooms, Stoqo, dan Sorabel.

Sekilas bisnis di atas terkesan menjanjikan. Bagaimana tidak, bisnis yang bergerak di bidang teknologi internet ini begitu diminati publik dan berkembang begitu cepat. Namun, seiring berjalannya waktu bisnis ini pun mengalami penurunan bahkan kebangkrutan sehingga terjadilah PHK. Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi perekonomian Indonesia. Perusahaan yang digadang-gadang menjadi penyelamat ekonomi nyatanya ambruk dalam waktu singkat.

Lebih buruknya lagi, badai PHK tersebut tidak hanya terjadi di tahun ini saja, akan tetapi diprediksi terjadi hingga tahun 2023. Dapat dibayangkan betapa banyaknya pengangguran baru bermunculan. Padahal angka pengangguran sebelumnya juga sudah demikian tinggi dan belum mendapatkan solusi, terlebih pasca pandemi.

PHK massal yang menimpa berbagai startup raksasa diduga akibat dari resesi ekonomi yang tengah melanda dunia. Namun ada juga dugaan bahwa resesi bukanlah satu-satunya penyebab tumbangnya perusahaan raksasa tersebut. Ada hal lain yang lebih mendasar yakni karena memang sistem bisnisnya yang rapuh dan mudah goyah. Hal ini disebabkan karena bisnis ini tidak berbasis pada ekonomi riil. Namun lebih bergantung pada suntikan dana investor. Yang mana investor ini tidak serta merta menyuntikkan dananya, tetapi akan melihat bagaimana kinerja perusahaan yang akan tercermin dari pendapatan yang diperolehnya.

Dengan kondisi ekonomi yang karut-marut, investor tentu akan sangat berhati-hati dalam menyuntikkan dananya. Jika dinilai menguntungkan maka dana investasi akan dikucurkan, namun sebaliknya akan sulit cair jika dinilai minim profit. Terlebih pasca pandemi kegiatan ekonomi yang semula banyak melalui online, kini beralih ke offline. Ini akan berpengaruh terhadap transaksi digital pastinya.

Di sisi lain, perusahaan tidak ingin bangkrut. Ketika transaksi melemah, agar tetap bisa meraih profit, perusahaan startup lebih memilih untuk melakukan efisiensi. Salah satu bentuk efisiensi yang sangat memungkinkan untuk dilakukan adalah PHK atau mengurangi jumlah karyawannya. Karena perusahaan startup tidak memiliki aset gedung, mesin, kendaraan dan sebagainya. Namun asetnya adalah sumber daya manusia dengan jumlah yang banyak. Maka dari itu PHK pun terpaksa harus dilakukan.

Selain itu, dalam alam Kapitalisme Sekuler, perusahaan senantiasa bersaing ketat dalam memenangkan bisnisnya serta memperoleh keuntungan sebanyak mungkin. Untuk itu berbagai cara pun dilakukan agar dapat memenangkan persaingan dan untung besar. Seperti merekrut banyak karyawan misalnya atau promosi besar-besaran yang dikenal dengan istilah ‘bakar duit’. Dengan begitu konsumen akan tertarik untuk bertransaksi. Dana dari investor pun mengalir lancar. Akan tetapi jika promosinya kurang atau levelnya diturunkan maka perusahan akan kalah saing dan investor pun akan berpindah ke yang lain.

Seolah memang menggiurkan bisnis semacam ini bahkan digadang-gadang menjadi penyelamat ekonomi, apalagi di awal mampu merekrut banyak orang. Namun ketika bisnis tidak mampu lagi berjalan karena berbagai sebab, tidak diterima di pasar, kehabisan dana dan lain sebagainya, pada akhirnya perusahaan ambruk satu per satu. Gelombang PHK pun tak terelakkan lagi.

Itulah fenomena bisnis di alam Kapitalisme yang begitu rapuh. Karena hanya mengejar keuntungan materi belaka sebagai asas dari sistem tersebut dan tidak didukung sistem yang kuat terlebih pendanaannya.

Lain halnya dengan Islam. Islam mempunyai sistem praktis yang penerapannya berguna untuk kemaslahatan rakyat termasuk sistem ekonominya. Sistem ini bertumpu pada sektor riil bukan nonriil. Islam melarang sektor nonriil berkembang di masyarakat. Karena sektor ini merusak perekonomian sehingga seluruh bisnis harus bertumpu pada sektor riil.

Sistem ekonomi Islam juga mengatur tentang kepemilikan, terlebih dalam urusan bisnis. Di antaranya kepemilikan individu, negara dan kepemilikan umum. Individu tidak boleh menguasai harta milik negara seperti usyr, kharaj, jizyah, ghanimah dan sejenisnya maupun kepemilikan umum seperti sumber daya alam. Begitupun sebaliknya negara tidak boleh melarang individu mengembangkan hartanya. Individu boleh berbisnis di bidang pertanian, peternakan dan ekonomi.

Dalam masalah bisnis, Islam mempunyai landasan yang solid, tidak mengutamakan keuntungan materi semata, namun juga disesuaikan dengan syariat. Terkait permodalan juga sangat diperhatikan dalam Islam sebagaimana diatur di dalam ilmu fikih terkait syirkah (kerjasama), serta strategi promosi yang juga dipilih secara hati-hati agar tidak melanggar syariat.

Begitupun dengan mata uang, kondisinya akan stabil karena di-back up oleh emas, sehingga nilai mata uang relatif stabil. Semua itu menjadikan sistem ekonomi Islam tahan terhadap krisis. Sistem ekonomi Islam juga menuntut seorang pemimpin untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya. Sehingga permasalahan pengangguran dapat teratasi. Tidak ada satu orangpun yang tidak mendapatkan pekerjaan. Alhasil gelombang PHK pun tidak akan terjadi.

Begitulah Islam menjadikan sistem ekonominya sebagai satu-satunya yang mampu mengatasi permasalahan umat, termasuk mengatasi gelombang PHK massal. Namun keberadaannya mesti kita perjuangkan bersama dengan institusinya agar penerapannya benar-benar sempurna.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.