20/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Islam Memiliki Solusi dalam Menjaga Generasi

Oleh Irma Faryanti
Member Akademi Menulis Kreatif

Pasca pandemi, masyarakat seperti haus akan hiburan. Setelah sekian lama terkungkung karena larangan adanya kerumunan, kini seakan kembali bebas berekspresi dan mencari kesenangan. Setelah lama menahan diri, akhirnya mereka bisa menikmati musik yang digemari dengan bermacam artis yang menjadi idola.

Sebuah acara musik baru-baru ini digelar di Istora Senayan, Jakarta  Pusat. Namun sayangnya, konser bertajuk “Berdendang Bergoyang” yang  diadakan pada hari Sabtu 29 Oktober 2022 akhirnya harus dihentikan karena dianggap melebihi kapasitas. Selain itu juga dicurigai adanya konsumsi minuman keras di kalangan penonton, sehingga polisi pun membubarkannya pada pukul 22.10 WIB. (www.tvonenews.com Minggu 30 Oktober 2022)

Pihak kepolisian telah memeriksa sejumlah panitia penyelenggara untuk mendalami peristiwa tersebut. Acara rencananya digelar dari Jumat hingga Minggu, tetapi terpaksa harus dihentikan di hari kedua karena membludaknya penonton dan berpotensi membahayakan mereka sendiri. Sebenarnya pihak panitia telah mendapatkan teguran dari aparat yang berwenang  di hari pertama konser, dan meminta panitia memperbaiki beberapa kekurangan pada pergelaran di hari berikutnya. Misalnya dengan meminta  tambahan dua tenda kesehatan, dan menyarankan dua panggung di luar Istora Senayan ditutup dulu untuk mengantisipasi jumlah penonton yang semakin membludak.

Teguran aparat diabaikan, akibatnya pada hari ke dua penonton banyak yang pingsan karena berdesak-desakan dan terjadi aksi saling dorong di salah satu pintu masuk. Situasi semakin kacau ketika mereka tidak diizinkan memasuki Istora Senayan karena sudah melebihi kapasitas. Tuntutan pengembalian uang tiket pun terjadi dan kekisruhan tidak bisa dihindari. Akhirnya polisi mengambil tindakan tegas dengan menutup gate.

Permintaan maaf akhirnya datang dari Vino Sefvirrano, selaku CEO dari Emvrio Production yang kebetulan menjadi promotor konser Berdendang Bergoyang tersebut. Ia menyatakan bahwa pihaknya telah mengantongi izin dan mengikuti prosedur yang berlaku. Pengaturan ulang jumlah penampilan, penyesuaian alur penonton, serta penambahan keamanan dan tim medis  telah dilakukan. Vino juga berjanji akan menjadikan kejadian tersebut sebagai pembelajaran untuk festival berikutnya. Ia pun setuju untuk meniadakan pertunjukan di hari ketiga.

Meskipun demikian, yang mesti disoroti bukan hanya perizinan. Pemerintah seharusnya memikirkan kembali dampak yang akan terjadi, manfaat serta mudaratnya bagi tumbuh kembang generasi. Jika tidak ada faedahnya bahkan cenderung melenakan maka acara semacam di atas sebaiknya tidak berlangsung.

Memberhentikan acara hiburan walaupun jauh dari kata bermanfaat sepertinya sulit dilakukan. Hal ini akibat penerapan sistem Kapitalis sekuler, yang menjauhkan agama dari urusan kehidupan. Sementara ide kebebasan digaungkan sedemikian masifnya melalui tayangan/tontonan, gaya hidup bahkan pendidikan. Generasi muda terlena dengan gaya hidup hedonis, permisif dan serba bebas. Padahal mereka adalah penentu maju mundurnya sebuah peradaban. Dengan membiarkan konser dilaksanakan, menjadi wujud abainya penguasa terhadap calon penerus masa depan.

Alih-alih bernilai positif, konser tersebut justru cenderung menggiring ke arah kemaksiatan, seperti terjadinya ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan), terbukanya aurat, bahkan miras dan obat-obatan terlarang pun seringkali digunakan. Ancaman rusaknya generasi, menjadi hal yang tidak bisa dihindari lagi.

Penguasa yang seharusnya menjamin perlindungan terhadap kaum pemuda, justru membiarkan ancaman kehancuran dengan digelarnya acara-acara yang semakin menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama. Atas nama kebebasan berekspresi dan semata mencari hiburan, negara lupa atas bahaya lemahnya generasi.

Sangat jauh berbeda dengan Islam, generasi muda adalah sosok yang mendapatkan perhatian sangat besar sehingga penguasa memberi lingkungan yang kondusif demi pembentukan kepribadiannya. Menjadikan mereka insan bertakwa yang senantiasa patuh akan aturan Rabbnya. Ada beberapa upaya yang dilakukan seorang pemimpin kaum muslim untuk mewujudkannya, diantaranya: Pertama, mengajak para orang tua untuk mengajarkan syariat Islam sejak dini bahkan sedari masih dalam kandungan. Agar mereka terbiasa mendengar lantunan ayat-ayat Allah dan berbagai kalimat baik lainnya.

Kedua, negara akan menerapkan kurikulum berbasis akidah di berbagai jenjang pendidikan baik dasar, menengah dan tinggi, sehingga terbentuk pola pikir dan sikap sesuai tuntunan syariah, yang keduanya akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian mereka. Ketiga, ditetapkannya aturan pergaulan sesuai dengan ketentuan Islam seperti larangan  khalwat (berdua-duaan dengan selain mahram), mewajibkan mengenakan pakaian syar’i yaitu khimar dan jilbab, tidak bersolek berlebihan (tabarruj) dan mewajibkan kaum laki-laki untuk menahan pandangannya.

Keempat, penguasa akan menghentikan tayangan-tayangan yang merusak berbau pornografi dan pornoaksi, dengan melarang pihak media baik elektronik maupun bukan. Kelima,  ditetapkannya sanksi bagi setiap pelanggaran syariat seperti mabuk-mabukan, pelecehan, pemerkosaan dan lain sebagainya yang dapat memberi efek jera bagi pelaku.

Demikianlah cara Islam mengatur dan melindungi generasi muda yang akan menjadi penerus tonggak perjuangan Islam, mengarahkan mereka untuk selalu berprestasi, mengisi waktu dengan kegiatan positif dan selalu produktif demi kemaslahatan umat. Untuk itu peran besar seorang pemimpin muslim sangat lah besar, karena seorang penguasa adalah pihak yang bertanggung jawab atas tumbuh kembang para pemuda di masa yang akan datang.

Sosok penguasa yang seperti demikian hanya akan terwujud dalam sebuah naungan sistem pemerintahan Islam. Ia akan mengayomi penuh dan menyadari bahwa kelak akan mempertanggungjawabkan amanahnya di hadapan Allah Swt. Rasulullah saw pernah bersabda dalam HR Bukhari:
“Imam adalah raa’in (penggembala) dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya.”

Wallahu a’lam Bishawwab