25/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Makna Kemerdekaan yang Sesungguhnya

Oleh: Reni Rosmawati
Ibu Rumah Tangga

Perhelatan akbar hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77 telah selesai dilaksanakan. Jika dua tahun sebelumnya perayaan HUT RI digelar tertutup karena adanya ujian pandemi, berbeda dengan tahun ini. HUT RI tahun 2022 dirayakan secara semarak dan terbuka di hampir seluruh wilayah di tanah air.

Gegap gempita perayaan HUT RI ke-77 ini tidak bisa dilepaskan dari tema ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’. Slogan yang dirilis dan tertuang dalam surat edaran Menteri Sekretaris Negara tersebut, diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia agar bersinergi dalam merayakan kemerdekaan. Sehingga bisa mewujudkan Indonesia yang pulih, kuat dan maju. (date.pikiranrakyat.com, 15/8/2022)

Kesenangan Semu di Balik Perayaan Kemerdekaan

Selama berpuluh-puluh tahun, masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan RI dengan semarak dan penuh sukacita. Berbagai cara dilakukan demi menyambut hari kemerdekaan. Mulai dari membuat berbagai macam perlombaan, menggelar festival kostum, panjat pinang, hingga arak-arakan. Tetapi sayang, semuanya itu hanya kemeriahan sesaat dan kesenangan yang bersifat semu, tidak hakiki.

Indonesia Belum Merdeka Secara Hakiki

Sebagai seorang muslim, maka wajib bagi kita mensyukuri kemerdekaan dan perjuangan para pahlawan yang telah berjuang membebaskan negeri ini dari para penjajah. Tetapi, tentunya bersyukur tak cukup hanya dengan memuji kebesaran Allah ataupun melakukan berbagai macam pagelaran dan perlombaan. Perlu ada upaya lain agar makna kemerdekaan Indonesia terasa secara hakiki.

Merdeka secara hakiki itu pada dasarnya dimaknai ketika sebuah negara beserta rakyatnya mampu menentukan sendiri hidupnya, peradabannya, politiknya, sosial budayanya dan tidak disetir negara lain. Serta Merdeka juga bermakna bahwa negara dan rakyat bebas menghamba hanya kepada Sang Pencipta saja (Allah Swt.), tidak menghamba kepada sesama manusia. Tetapi kenyataannya saat ini tidak demikian.

Merdeka Secara Fisik, Dijajah Secara Ideologi

Memang benar, secara fisik bangsa Indonesia sudah merdeka karena telah terbebas dari penjajahan Belanda, Jepang, dan Portugis dengan segala penindasan yang dilakukannya. Indonesia sudah merdeka sebagaimana yang dinyatakan dalam proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945. Namun faktanya, setelah 77 tahun disebut telah merdeka, tetapi di luar sana demikian banyak masyarakat yang tak jua merasakan kemerdekaan. Lihat saja, betapa tak terhitung masyarakat yang hidup di garis kemiskinan, mereka hidup serba sulit karena biaya hidup, pendidikan hingga kesehatan selangit.

Secara pemikiran, masyarakat Indonesia pun jauh dari kata merdeka. Sekarang, para penjajah -Barat khususnya- memiliki cara halus dan jitu dibandingkan dengan dahulu. Jika dulu penjajah menggunakan kekuatan fisik untuk mengeksploitasi kekayaan negeri ini, maka sekarang mereka memakai kekuatan ideologi untuk mendoktrin bangsa ini agar tunduk pada cara pandang dan nilai Barat.

Melalui fun (kesenangan), food (makanan), fashion (penampilan/gaya hidup), film (tontonan), song (nyanyian/konser musik). Para penjajah telah sukses membius, membuai dan melenakan bangsa ini, membawa ke dalam angan-angan kesenangan dunia. Sehingga bangsa ini tidak sadar jika pemikiran mereka sedang dijajah habis-habisan oleh para penjajah. Akhirnya kekayaan alam dan berbagai bahan tambang berhasil dirampok dan dijarah oleh penjajah dengan leluasa atas nama investasi.

Dari sisi kebijakan, hukum dan perekonomian negeri ini pun belum merdeka. Karena masih mengadopsi sistem warisan penjajah Belanda dan sekutunya. Yakni sistem Kapitalisme-sekuler-liberal. Sistem inilah yang menjadi biang keladi munculnya berbagai kesengsaraan di negeri ini.

Paham sekuler-liberal telah menggiring manusia ke jalan kebebasan tanpa batas. Bebas berperilaku, berbicara, berakidah, berkepemilikan, dan lain sebagainya. Alhasil, berkembanglah budaya kebarat-baratan yang jauh dari budaya ketimuran, terlebih dari nilai-nilai agama mayoritas penduduknya (Islam), seperti LGBT, perzinaan, dan seterusnya.

Inilah yang dinamakan penjajahan modern. Penjajahan ini lebih berbahaya daripada penjajahan secara fisik. Karena penjajahannya bersifat halus. Sehingga kita tak sadar bahwa sekarang kita tengah dijajah dari segala arah (pemikiran, kebijakan, perekonomian, dan lain sebagainya) oleh asing dan aseng.

Tersebab itu, kita harus waspada dan tidak boleh terlena apalagi berpuas hati karena merasa telah merdeka secara fisik. Sebab, sejatinya kita belum merdeka secara hakiki.

Merdeka dalam Pandangan Islam

Sebagai agama sempurna, Islam mempunyai misi memerdekakan manusia dari perbudakan juga membebaskan dari kemiskinan, kebodohan serta penderitaan dan kesengsaraan.

Umar bin Khattab ra pernah berkata:
“Manusia terlahir merdeka, darimana engkau mendapatkan hak untuk memperbudaknya?”

Dalam pandangan Islam merdeka adalah terbebas dari penjajahan baik secara fisik, politik, ekonomi juga budaya. Merdeka dalam Islam adalah menghamba hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukannya dengan yang lain. Merdeka adalah ketika sebuah negara mampu menerapkan aturan Allah secara menyeluruh dalam berbagai kebijakannya.

Karena itu, negeri-negeri muslim harus menyadari bahwa merdeka yang hakiki adalah bisa melepaskan diri dari aturan-aturan kufur dan dominasi kaum kafir yang membelenggu. Kemudian kembali mengambil aturan yang diturunkan Allah Sang Pencipta Alam sebagai sandaran dalam kehidupan.

Wallahu a’ lam bi ash-shawwab.