25/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Pandemi Belum Berlalu, Dunia Terancam Wabah Baru

Oleh: Irma Faryanti
Ibu Rumah Tangga & Member Akademi Menulis Kreatif

Meski di Indonesia dinyatakan melandai, nyatanya wabah Covid-19 belum sepenuhnya sirna. China, sebagai negara awal virus ini tersebar, tengah berjibaku kembali mengatasi pandemi. Sekitar 40 stasiun kereta bawah tanah dan 158 rute bus ditutup di Beijing. Umumnya penutupan terjadi di distrik Chaoyang yang menjadi pusat penyebaran. (TribunGorontalo 5 Mei 2022)

Wabah yang telah mengguncang dunia hampir 3 tahun lamanya ini tentu menjadi momok yang menakutkan. Kemunculannya di kota Wuhan pada akhir tahun 2019 mampu mengobrak-abrik perekonomian dunia. Tidak sedikit perusahaan yang guncang akhirnya tumbang karena tidak sanggup menghadapi tekanan yang kian parah.

Berbagai kasus baru selalu bermunculan setiap harinya, Beijing melakukan segala upaya agar tidak bernasib sama seperti Shanghai yang mengalami penguncian ketat kotanya hingga menutup beberapa bisnis, bangunan tempat tinggal dan terjadinya penimbunan besar-besaran akibat kepanikan akan terjadinya lockdown.

Namun belum lagi pandemi dipastikan usai, masyarakat yang berada di Indonesia juga tengah menghadapi ancaman kesehatan lainnya. Kemunculan virus Hepatitis akut yang menyerang anak-anak, sempat memicu kekhawatiran para orang tua. Menyusul adanya himbauan dari pemerintah untuk lebih waspada, setelah 3 orang pasien anak di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dinyatakan meninggal karena penyakit tersebut.

Ketiganya menunjukkan gejala yang sama seperti mual, muntah, diare, demam, kejang dan menurunnya kesadaran. Pihak Kementerian Kesehatan saat ini tengah melakukan investigasi serta meminta agar masyarakat tetap waspada dan tenang. Prokes pun harus tetap dilaksanakan dengan selalu mencuci tangan, memastikan kematangan makanan yang dikonsumsi dan menghindari kontak dengan orang yang tengah sakit.

Sejak diputuskan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO, ditemukan 170 kasus lebih yang telah dilaporkan oleh 12 negara. Laporan pertama datang dari Inggris Raya yang menemukan 10 kasus Hepatitis akut pada anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari – Maret 2022 di wilayah Skotlandia tengah. (CNBC indonesia 8 Mei 2022)

Penyakit ini umumnya terjadi pada anak usia 1 bulan hingga 16 tahun. Adapun gejala yang biasanya ditemukan adalah peningkatan enzim hati, kuning, nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah. Hingga saat ini, penyebab dari Hepatitis akut ini belum dapat terdeteksi secara pasti, walaupun ada dugaan dari pihak WHO bahwa kemunculannya disebabkan oleh Adenovirus.

Berlarut-larutnya penanganan pandemi hingga muncul Hepatitis akut yang belum ditemukan sebab utamanya, menunjukkan ketidakmampuan sistem Kapitalis dalam menangani kesehatan rakyatnya. Belajar dari tingginya kasus Covid-19 yang melanda dunia, solusi yang diberikan tidak mengarah pada akar permasalahan. Sistem kapitalis yang menjadikan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu, lebih mengkhawatirkan ambruknya perekonomian daripada harus melakukan lockdown total demi menghentikan penyebaran.

Lambannya penanganan kasus Hepatitis akut ini pun akan menemui akhir yang sama jika dibiarkan tanpa solusi yang tepat. Status KLB yang terjadi memungkinkan untuk terus meningkat. Walau dari sisi kebahayaan tidak separah Covid-19, namun penanganan yang dilakukan tetap saja belum mampu mengatasinya.

Penguasa kapitalis hanya mencukupkan dengan himbauan untuk tetap menjaga kesehatan tanpa melakukan upaya tegas menghentikan penyebaran. Padahal sejatinya rakyat butuh penanganan secara kuratif dan preventif terhadap wabah, disertai dengan pelayanan kesehatan yang maksimal dan bisa diakses secara mudah dan murah.

Sayangnya hal itu tidak akan pernah didapatkan dalam pengayoman sebuah kepemimpinan kapitalis. Karena dalam sistem ini hubungan penguasa dan rakyat tak ubahnya seperti penjual dan pembeli. Yang kuat secara materi lah yang akan mampu bertahan dan bisa menikmati segala fasilitas yang disediakan.

Pengayoman terbaik hanya akan dijumpai dalam sebuah pemerintahan Islam. Dalam sistem ini, layanan kesehatan menjadi kebutuhan mutlak yang harus ditunaikan negara kepada rakyatnya dan menjadi instrumen penting dalam menjaga nyawa manusia tanpa adanya unsur komersial. Pun jika ditemukan kasus penyakit baru, penguasa Islam akan segera melakukan analisis oleh para ahli dan menyampaikan segera hasil rekomendasi tersebut secara cepat dan tepat.

Selain himbauan untuk menjaga protokol kesehatan, pemerintah Islam juga akan menyediakan fasilitas terbaik bagi siapapun yang terpapar penyakit hingga sembuh. Dari mulai perawatan, pengobatan, dokter juga peralatan kesehatan yang dibutuhkan akan diberikan secara cuma-cuma karena semua ditanggung pembiayaannya oleh negara yang pendanaanya diambil dari kas Baitul Mal.

Demikianlah pengayoman penguasa kaum Muslim terhadap rakyatnya yang dilakukan sebagai penjagaan nyawa manusia. Semua didasarkan atas kewajiban yang dibebankan pada seorang pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Abdullah bin Umar dalam HR Bukhari mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka.”

Wallahu a’lam Bishawwab