20/04/2024

Jadikan yang Terdepan

Terjerumus Syirik Akibat Ritual Mistik

Oleh Irma Faryanti
Ibu Rumah Tangga & Member Akademi Menulis Kreatif

Di tengah gonjang ganjing kelangkaan dan mahalnya harga minyak, ada satu peristiwa yang luput dari perhatian masyarakat yaitu digelarnya ritual “Kendi Nusantara” di titik nol Ibu Kota Negara (IKN). Di tempat itu, presiden bersama 34 Gubernur se-Indonesia akan melaksanakan prosesi tersebut, bahkan ia pun berkemah di sana bersama lima Gubernur Kalimantan.

Juru Bicara Gubernur Kaltim, HM Syafranuddin menegaskan bahwa para Gubernur tersebut diinstruksikan untuk membawa tanah dan air dari masing-masing daerahnya untuk diisikan ke dalam kendi yang kemudian akan disimpan di titik nol. Air yang dibawa sebanyak satu liter dan tanah sekitar 2 kilogram, semua akan disatukan dalam sebuah kendi tembaga berukuran besar. (Kumparan.com 12 Maret 2022)

Menyikapi hal di atas, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ubedilah Badrun menyatakan bahwa praktik tersebut dalam kacamata sosiologi budaya dan politik dikategorikan sebagai politik klenik. Sebuah aktivitas yang mengimplementasikan keinginan penguasa dengan didasarkan oleh imajinasi irasional melalui keyakinan akan adanya mistisisme tertentu. Ubedilah menilai praktik itu sebagai sesuatu yang mengada-ada tapi memiliki pesan mistik. Menurutnya politik klenik adalah suatu kemunduran peradaban politik yang bertentangan dengan rasionalitas masyarakat modern.

Adapun menurut sudut pandang kepala negara sendiri, proses penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi merupakan wujud dimulainya proses pembangunan IKN. Jokowi juga menegaskan bahwa peletakan kendi Nusantara di titik nol Kalimantan mengandung filosofi untuk mengingat asal usul nenek moyang juga merupakan kearifan leluhur.

Pada dasarnya, keberadaan politik klenik tidak bisa dilepaskan dari prinsip sistem kepemimpinan yang tengah diemban saat ini. Di mana demokrasi yang dijadikan landasan nyatanya bersumber dari sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Pemisahan ini berdampak pada pola pikir dan pola sikap masyarakat beserta penguasanya. Sehingga berakibat pada pengabaian batasan syariat terhadap perbuatan. Halal maupun haram, perintah dan larangan tidak lagi dijadikan standar dalam menjalani kehidupan.

Itulah sebabnya, perbuatan mistik justru dilanggengkan sebagai sebuah ritual yang bisa menjadi pemersatu dan mampu meredam gejolak publik. Inilah dampak dari penerapan sistem kapitalis demokrasi yang seakan tidak peduli jika masyarakat menjadi terbelakang karena konsep kesyirikan.

Seandainya yang diperlukan adalah simbol pemersatu sebuah negara, cukuplah Rasulullah saw. dijadikan sebagai teladan ketika beliau berhasil mendirikan pemerintahan Islam di Madinah. Di mana heterogenitas di kota tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk diselesaikan. Jika tidak disolusikan dengan prinsip yang benar maka akan terjadi kekacauan di kemudian hari.

Pada saat itu di Madinah terdapat 3 kelompok besar, yaitu: kelompok muslim dari kalangan muhajirin dan Anshar, kelompok musyrik Aus dan Khajraj yang pada saat itu belum masuk Islam serta beberapa golongan orang Yahudi. Rasulullah saw. berhasil mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar dengan ikatan yang kuat yaitu Akidah Islam. Kemudian menyatukan suku Aus dan Khajraj yang telah bermusuhan sejak zaman jahiliyah. Dengan suasana keimanan yang beliau ciptakan, akhirnya keduanya tunduk pada pemikiran, perasaan dan aturan Islam. Adapun Yahudi, keberadaanya mampu diselesaikan dengan cara mengadakan perjanjian politik yang dapat mengikat dan mencegah provokasi akibat kelicikan mereka.

Demikianlah, suasana keimanan yang menyelimuti masyarakat Madinah, mampu membawa keberkahan bagi seluruh umat. Tidak menempuh cara mistis seperti yang terjadi saat ini. Karena alih-alih ritual yang dilakukan mendatangkan kebaikan, ritual itu justru bisa mengundang azab Allah Swt. karena dengan melakukannya berarti mengakui adanya kekuatan lain yang lebih besar dari Sang Pencipta. Hal ini jelas merupakan perbuatan syirik yang jelas dilarang oleh Allah Swt. karena merupakan dosa atau kezaliman yang besar. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS Luqman ayat 13, yang artinya:
“……. Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebuah kezaiman yang besar.”

Wallahu a’lam Bishawwab