29/03/2024

Jadikan yang Terdepan

Berkonsep Hunian Building Community, Cairnhill Nine Bangkitkan Kerukunan Hidup Bertetangga

Oleh: Asmu’i Subiyantoro, SH

Meningkatnya populasi manusia seiring dengan semakin sempitnya lahan, menjadikan hunian vertikal menjadi solusi problem bertempat tinggal. Tak ayal apartemen bermunculan dimana-mana khususnya daerah perkotaan.

Cairnhill-Nine-FacadeEfek sosialnya, banyak sekali persoalan antarmanusia yang timbul. Gaya hidup yang kian moderen ditunjang majunya informasi dan teknologi serasa telah mengubah pola hidup sosial masyarakat, semakin apatis dan cuek dengan lingkungan terlebih dengan sesama. Memprihatinkan!

Sementara jika dilihat secara mendasar, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan harus berkelompok karena memang harus saling membutuhkan.

Entah karena ego atau faktor lain, kehidupan bertetangga semakin luntur. Jangankan tetangga jauh, tetangga terdekat yang pagarnya berhimpitan seringkali tidak pernah saling sapa dan tidak saling kenal. Kalau dibiarkan terus akan jadi apa kehidupan bermasyarakat di masa mendatang?

Manusia tetaplah manusia yang butuh interaksi satu sama lain dan saling tolong-menolong. Jangan sampai berubah menjadi robot akibat perkembangan zaman.

Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak jarang, tetangga kita lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan. Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang pertama membantu kita.

Cairnhill NineKita harus berbuat baik kepada tetangga, karena dampak hubungan yang harmonis antar tetangga mendatangkan manfaat yang begitu besar. Saat musibah melanda tetangga sebisa mungkin kita membantunya, baik bantuan materi ataupun dukungan moril.

Menghibur dan meringankan beban penderitaannya dengan nasihat, tidak menampakkan wajah gembira tatkala dia dirundung duka. Menjenguknya ketika sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya serta membantu pengobatannya bila memang dia membutuhkannya.

Salah seorang penghuni apartemen di Surabaya, Aryani Widagdo, tepatnya bertempat tinggal di Apartement Puncak Bukit Golf Tower B – unit B-3380, Jl Bukit Darmo Boulevard, Surabaya Barat, menuturkan kepada penulis akan keprihatiannya tentang hidup bertetangga khususnya di apartemen.

“Selama saya tinggal disini (apartemen Puncak Bukit Golf, red), belum pernah ada tetangga penghuni apartemen ini yang dolan. Dan saya tentunya juga belum pernah dolan ke tetangga karena lumayan sepi mengingat banyak yang mengambil unit sebagai investasi bukan untuk ditinggali. Dan hingga saat ini juga belum ada semacam paguyuban atau RT penghuni sini,” tuturnya.

Diakuinya memang kesibukan sehari-hari sangat berpengaruh dalam melakukan interaksi dengan tetangga. Perlu adanya upaya-upaya dari berbagai pihak untuk mengatasi hal-hal semacam ini. “Mungkin juga dari pihak pengembang apartemen bisa membikin konsep bangunan atau unit yang secara otomatis bisa mendorong penghuninya untuk saling berinteraksi. Demikian juga pemerintah hendaknya juga memberikan dorongan kepada para pengembang agar dalam membangun sebuah apartemen mengedepankan konsep bagiamana agar kehidupan bertetangga di dalam lingkungan apartemen bisa terjaga,” katanya.

 

Gerakan Peduli Tetangga

Bahkan, di tataran eksekutif, karena merasakan keprihatinan yang sangat mendalam terkait lunturnya kearifan budaya lokal kehidupan bertetangga ini, Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul mensosialisasikan Gerakan Peduli beberapa waktu yang lalu.

Gus Ipul menyerukan gerakan peduli tetangga ini dapat menyelesaikan masalah sosial di lingkungan yang kita tempati, tentunya termasuk lingkungan apartemen. Dia mencontohkan, apabila ada tetangga yang sakit selayaknya sebagai tetangga kita tidak boleh diam atau cuek.

Gerakan yang diinisiasinya ini untuk menyikapi semakin lunturnya perhatian dan kepedulian terhadap sesama, khususnya mereka yang ada di lingkungan sekitar. Antartetangga satu dengan lainnya saling cuek dan acuh tak acuh.

“Gerakan ini untuk membangkitkan kesadaran bahwa bertetangga bukanlah soal kedekatan tempat tinggal, tapi lebih dari itu, tetangga adalah orang terdekat yang bisa kita andalkan saat terjadi sesuatu pada kita, jadi mari kita sukeskan gerakan ini, agar hubungan persaudaraan dengan tetangga makin baik, semangat gotong-royong dan kebersamaan kembali menyala, dan muaranya, Indonesia bisa lebih bersatu,” tandas orang nomor dua di Jawa Timur ini.

Menurutnya, untuk menjadi warga negara yang baik, harus diawali dengan menjadi tetangga yang baik dan peduli dengan lingkungannya. Caranya, dengan menjaga silaturahmi, gotong-royong, dan bersama-sama mencari jalan keluar dari setiap masalah yang timbul di lingkungan sekitar.

“Contohnya, warga baru tahu tetangganya digerebek karena rumahnya dijadikan sarang teroris dari televisi, atau baru tahu tetangganya yang menderita kelaparan, atau tidak bisa sekolah setelah diangkat di media sosial atau koran, dan masih banyak kasus lainnya” terangnya.

Jika hubungan antartetangga kondusif, maka hubungan antardesa juga ikut kondusif, kemudian hubungan antarkecamatan ikut kondusif, kemudian antara kabupaten/kota solid, begitu seterusnya ke tingkat di atasnya hingga terciptalah Indonesia yang solid, kuat, bersatu, dan maju.

Menurut Gus Ipul, melalui Gerakan Peduli Tetangga, pihaknya berharap dapat membangun kembali kesadaran, bahwa bertetangga bukanlah soal kedekatan tempat tinggal. Bukan sekadar komunikasi sewaktu-waktu, dan bukan sebagai tempat berkembang biaknya persoalan, tapi juga tempat menemukan jalan keluar dan saling berbagi.

Gus Ipul bercerita, ide mengkampanyekan Gerakan Peduli Tetangga muncul, setelah dirinya bersama pemerhati politik dan sosial, Eep Saefulloh Fatah, melihat keprihatinan kondisi nilai-nilai luhur bangsa semakin terkikis.

Hidup pertetanggaan tidak seakrab dulu, makin banyak orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri, tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. Dengan begitu, hubungan orang bertetangga kembali baik, semangat gotong-royong dan kebersamaan juga kembali muncul. Sehingga upaya membangun Indonesia berbasis Rukun Tetangga (RT) bisa mulai diwujudkan.

Berangkat dari riset, dewasa ini sedang giat dibangun sebuah hunian ekskulisif di jantung kawasan elit Orchard Road, yaitu Cairnhill Nine dari pengembang papan atas Singapura CapitaLand. Yang menarik, bukan saja lokasinya yang prominen. Tapi konsep huniannya, yaitu building community.

Mereka menawarkan gaya hidup sosial yang layak diteladani pengembang apartemen disini. Pengaturan arsitektur dan tata-ruangnya dibuat sedemikian rupa. Membuat para penghuninya bisa berinteraksi dan bersosialisasi antartetangga. Selayaknya hidup di tengah perumahan berbudaya Indonesia.

Dimana ada kedekatan yang akrab dalam hubungan antarwarga. Konsep ini tentu saja sangat diminati warga kita. Karena itulah banyak orang yang memilih Cairnhill Nine sebagai hunian masa depan. Video terkait CapitaLand di link:

https://www.youtube.com/watch?v=ASoJL3OnNP0

(***)